adalah konsentrasi perlakuan kitosan 100 ppm sedangkan perlakuan yang kurang baik ditunjukkan oleh pemberian konsentrasi kitosan 0 ppm. Boonletrium et al.
2008 menyatakan bahwa penggunaan kitosan tanpa pupuk kimia mampu meningkatkan populasi mikroba dalam jumlah yang besar, dan proses
transformasi nutrien dari organik ke anorganik yang mana lebih mudah diserap oleh akar tanaman. Peningkatan populasi ini disebabkan oleh adanya sumber
karbon yang diperoleh dari kitosan dan juga sumber nitrogennya.
4.7 Perlakuan Kitosan terhadap Biomassa Kering Kedelai
Biomassa kering tumbuhan merupakan hasil penimbunan bersih asimilasi CO
2
terhadap pertumbuhan tanaman. Asimilasi CO
2
ini digunakan untuk melihat efisiensi energi matahari dalam memfiksasi CO
2
Gardner et al. 1991. Efisiensi energi matahari berhubungan dengan proses fotosintesis yang ada di daun, dimana
semakin tinggi efisiensi energi matahari semakin efisien proses fotosintesis dan semakin berat biomassa keringnya. Hasil penelitian mengenai pengaruh perlakuan
kitosan terhadap biomassa kering disajikan pada Tabel 11 Lampiran 1g dan Gambar 15.
Gambar 15 Diagram batang pengaruh konsentrasi kitosan terhadap biomassa kering kedelai
Gambar 15 menunjukkan adanya pengaruh pemberian kitosan dengan konsentrasi yang berbeda terhadap biomassa kering kedelai. Pemberian kitosan
dengan konsentrasi 0 ppm memiliki nilai paling rendah dan pemberian konsentrasi kitosan 100 ppm merupakan perlakuan konsentrasi terbaik bila dibandingkan
dengan perlakuan konsentrasi kitosan yang lain, selain itu masing-masing
3,6 6,8
6,4 8,9
9,4 8,7
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
0 ppm 25 ppm
50 ppm 75 ppm
100 ppm kontrol positif B
o b
o t
K er
in g
gr am
Perlakuan Pemberian
a ab
ab ab
ab b
perlakuan konsentrasi kitosan memberikan respon yang berbeda terhadap biomassa kering tanaman kedelai. Hasil tersebut sesuai dengan hasil uji statistik,
dimana Lampiran 1g menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi kitosan yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap biomassa kering
tanaman kedelai. Hal ini dapat diduga karena masing-masing konsentrasi memberikan respon yang berbeda terhadap fisiologi tanaman kedelai untuk
melakukan proses asimilasi CO
2
Gardner et al. 1991. Proses asimilasi CO
2
dipengaruhi oleh fiksasi CO
2
dan aktifitas hormon Asam Absisat ABA Ait Barka et al. 2004 dan azian et al. 2004 dalam Uthairatanakij et al. 2007 .
Fiksasi CO
2
akan mempengaruhi hasil fotosintesis, sedangkan hormon ABA berpengaruh terhadap regulasi air di dalam tanaman dan berpengaruh terhadap
hasil fotosintesis. Hasil yang berbeda nyata tersebut kemudian dilakukan uji lanjut
menggunakan Tukey. Hasil uji lanjut Tukey menunjukkan perlakuan kitosan dengan konsentrasi 100 ppm memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
perlakuan pemberian kitosan dengan konsentrasi 0 ppm, sedangkan perlakuan kitosan dengan konsentrasi yang lain tidak memberikan pengaruh yang berbeda
nyata terhadap pemberian kitosan dengan konsentrasi 0 ppm dan 100 ppm. Berbeda nyata antara kitosan 100 ppm dan 0 ppm disebabkan oleh efisisensi
dalam proses fotosintesis. Perlakuan pemberian kitosan dengan konsentrasi 100 ppm ternyata lebih
efisien dibandingkan pemberian kitosan dengan konsentrasi 0 ppm. Hasil ini terlihat dalam Gambar 15 yang menunjukkan perlakuan terbaik ada pada
perlakuan pemberian kitosan dengan konsentrasi 100 ppm, sedangkan perlakuan yang kurang baik ada pada perlakuan pemberian kitosan dengan konsentrasi
0 ppm. Menurut Chibu dan Hidejiro 1999 menyatakan bahwa kitosan mampu meningkatkan bobot kering tanaman kedelai, karena kitosan merangsang proses
dekomposisi bahan organik dan meningkatkan fungsi nitrogen di dalam tanah. Selain itu dipengaruhi proses peningkatkan fiksasi CO
2
dan produksi O
2
akibat dari penambahan kitosan. Peningkatan ini disebabkan kitosan memberikan
pengaruh positif terhadap fisiologi grapevine Air Barka et al. 2004 dalam Uthairatanakij et al. 2007. Fisiologi tanaman dipengaruhi oleh kemampuan
kitosan untuk merangsang hormon ABA, dimana hormon ini berperan dalam pencegahan kekeringan dalam tanaman Dewi 2008. Pencegahan ini disebabkan
oleh adanya sistem transportasi air dari tanah ke daun, dimana air sebagai sumber bahan baku dari proses fotosintesis. Agar air dalam tanah tidak mengalami
evapotranspirasi, maka hormon ABA memberikan sinyal agar stomata menutup untuk mengurangi hilangnya air. Selain itu kitosan juga memberi asupan nutrien
yang dibutuhkan oleh tubuh dengan mengubah bahan organik menjadi bahan anorganik agar mudah diserap oleh tanaman Boonlertnirun et al. 2008.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan