5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kitosan merupakan senyawa turunan dari kitin dengan rumus D-Glukosamin. Analisa proksimat dan derajat deasetilasi menunjukkan spesifikasi
mutu kitosan larut asam yang digunakan sebagai berikut kadar air 10,75 , kadar abu 0,75 , kadar nitrogen 5,65 , dan derajat deasetilasi sebesar 88 .
Kitosan larut asam yang digunakan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan kedelai selama awal fase generatif, tetapi
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan kedelai selama fase vegetatif parameter tinggi tanaman kedelai. Parameter tinggi tanaman
kedelai terbaik diberikan oleh kitosan dengan kosentrasi 75 ppm. Selain itu pemberian kitosan berpengaruh nyata terhadap parameter daya berkecambah
dengan kosentrasi pemberian kitosan terbaik 75 ppm, jumlah bintil akar dengan kosentrasi pemberian kitosan terbaik 100 ppm, dan biomassa kering dengan
kosentrasi kitosan terbaik 100 ppm.
5.2 Saran
Penelitian selanjutnya dilakukan dengan penyeleksian mutu biji kedelai, penggunaan kualitas biji kedelai dari varietas unggul, sampel jumlah biji kedelai
ditambah, pengamatan dilakukan sampai diperoleh hasil panen, dan ukuran polibag yang dipergunakan diperbesar. Selain itu frekuensi pemberian kitosan
ditambah dan penggunaan spesifikasi mutu kitosan yang berbeda perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Analysis of the Association of Official Analytical Chemist. 1995. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analytical
Chemist 16
th
Ed. Washington DC. Adie MM, Krisnawati A. 2007. Biologi tanaman kedelai, hal 45-47. Dalam
Sumarno, Suyamto AW, Hermanto, H Kasim Eds. Kedelai : Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
tanaman Pangan, Bada Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor.
Adisarwanto T, Wudianto R. 2005. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah-Kering-Pasang Surut. Jakarta : Penebar Swadaya.
Adisarwanto T. 2007. Kedelai. Jakarta: Penebar Swadaya. Ali M, Takatsugu H, Shuichi M. 1997. Nodulation, nitrogen fixation and growth
soybean plants glycine max Merr. in soil supplemented with chitin and chitosan. J. Crop Sci. 66 : 100-107.
Angka SL, Suhartono MT. 2000. Pemanfaatan Limbah hasil Laut : Bioteknologi Hasil Laut. Bogor : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB.
Anonim. 2009. Pembuatan kitosan untuk penjernihan air dari cangkang udang. http:krismanbandung.blogspot
.com [10 November 2009]. Boonlertnirun S, Boonraung C, Suvanasara R. 2008. Application of chitosan in
rice production. Journal of Metal, Materials, and Mineral. 18: 47-52. Chandrkrachang S, Sompongchaiyakul P, Sangtain S. 2005. Profitable Spin-off
from Using Chitosan in orchid Farming in Thailand. Journal of Metal, Materials, and Mineral. 15 : 45-48.
Chibu H, Hidejiro S. 1999. Effects of chitosan application on shoot growth of several crop seedlings. J. Hort Scie. 9 : 15-20.
Deputi Menegristek. 2005. Kedelai. http:google.com [09 Juni 2009] Dewi IR. 2008. Peranan dan fungsi fitohormon bagi tanaman. Bandung : Fakultas
Pertanian, Universitas Padjadjaran. Gardner FP, Brent RP, dan Roger LM. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Herawati dan Susilo Penerjemah. Jakarta: UI Press. Kumar MNR. 2000. A review of chitin and chitosan aplication. J. Reac and Func
Poly. 46 :1-27. Mervina. 2009. Formulasi biskuit dengan subtitusi tepung ikan lele dumbo
Clarias gariepinus dan isolate protein kedelai Glycine max sebagai makanan potensial untuk anak balita gizi kurang [Skripsi]. Bogor :
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Nge KL, New N, Chandrkrachang S, Stevens WF. 2006. Chitosan as a growth stimulator in orchid tissue culture. J. Plant Scie. 170: 1185-1190.
Ohta K, Morishita S, Suda K, Kobayashi N, Hosoki T. 2004. Effects of chitosan soil mixture treatment in the seedling stage on the growth and flowering of
several ornament plants. J. Hort Scie .73: 66-68. Pastucha A. 2005. The effect of chitosan on the formation of microorganism
communities in the rhizosphere soil of soybean. J. Hortor Cult. 4 : 69-77. Prihmantoro H. 1999. Memupuk Tanaman Buah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Purwono, Purnawati H. 2007. Budidaya 8 Jenis tanaman Pangan Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya.
Rahadia KW. 2008. Pengaruh kedelai Glycine max terhadap penambahan pupuk kandang dan pupuk guano [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Lukman, DR dan
Sumaryono Penerjemah. Bandung : Penerbit Institut Teknologi Bandung. 343 hal. Terjemahan dari Plant Physiology.
Suptijah P, Salamah E, Sumaryanto H, Purwaningsih S, Santoso J. 1992. Pengaruh berbagai isolasi khitin kulit udang terhadap mutunya [laporan
penelitian]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Suptijah P. 2006. Deskripsi Karakteristik Fungsional dan Aplikasi Kitin dan Kitosan. Prosiding Seminar Nasional Kitin dan Kitosan.
Sutedjo. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Rieneka Cipta. Tawaha AM, Seguin P, Smith DL, Beaulie C. 2005. Biotic elicitors as a means of
increasing isoflavone cocentration of soybean seeds. Jour Annal of App Bio. 146 : 303-310.
Tupani. 2009. Kedelai di Indonesia. www.mediaindonesia.com
[08 Desember 2009]
Uthairatanakij A, Silva JAT, Obsuwan K. 2007. Chitosan for improving orchid production and quality. J. Orchid Sci and Biotech. 1 : 1-5
Lampiran 1-a Hasil pengukuran rata-rata tinggi tanaman kedelai Perlakuan
Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai cm 2 MST
3 MST 4 MST
5 MST 6 MST
Kitosan 0 ppm 35,5
63,2 99
130 154,3
Kitosan 25 ppm 37,8
76,4 116,8
152,4 160,5
Kitosan 50 ppm 36,3
69,7 105,7
133,6 141,3
Kitosan 75 ppm 40,9
83,2 121,9
155,2 165,5
Kitosan 100 ppm 38,2
71,4 90,3
134,3 141
Kontrol 37,6
78,1 116,4
137,9 138,1
Lampiran 1-b Hasil pengukuran rata-rata jumlah cabang tanaman kedelai Perlakuan
Rata-Rata Jumlah Cabang Tanaman Kedelai 4 MST
6 MST Kitosan 0 ppm
6,2 8
Kitosan 25 ppm 6,8
8 Kitosan 50 ppm
4,8 9,5
Kitosan 75 ppm 7,1
10,3 Kitosan 100 ppm
8,2 11,2
Kontrol 5,1
10,1 Lampiran 1-c Hasil pengukuran rata-rata jumlah daun tanaman kedelai
Perlakuan Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Kedelai helai
2 MST 4 MST
6 MST Kitosan 0 ppm
3,8 6,3
8,7 Kitosan 25 ppm
3,8 6,8
8,2 Kitosan 50 ppm
3,6 6,9
10 Kitosan 75 ppm
3,7 8,2
11,8 Kitosan 100 ppm
4 8,2
10,3 Kontrol
3,3 6,4
7 Lampiran 1-d Hasil pengukuran rata-rata jumlah bunga tanaman kedelai
Perlakuan Rata-Rata Jumlah Bunga Tanaman Kedelai cm
5 MST 6 MST
Kitosan 0 ppm 0,7
5,8 Kitosan 25 ppm
2,9 6,3
Kitosan 50 ppm 3,1
8,7 Kitosan 75 ppm
4 8,7
Kitosan 100 ppm 5,2
6,8 Kontrol
5,7 6,7
Lampiran 1-e Hasil pengukuran rata-rata jumlah polong tanaman kedelai Perlakuan
Rata-Rata Jumlah Polong Tanaman Kedelai cm 5 MST
6 MST Kitosan 0 ppm
2,4 Kitosan 25 ppm
0,3 5,8
Kitosan 50 ppm 0,3
3,1 Kitosan 75 ppm
0,4 5,4
Kitosan 100 ppm 0,1
6,7 Kontrol
0,11 6,2
Lampiran 2-a Hasil uji statistik pengaruh pemberian kitosan terhadap daya berkecambah kedelai
DF SS MS F P Konsentrasi 5 6778 1356 9,76 0,001
Error 12 1667 139 Total 17 8444
Lampiran 2-b Hasil uji statistik pengaruh pemberian kitosan terhadap tinggi tanaman
DF Seq SS Adj MS F P Konsentrasi 5 1147,5 229,5 5,09 0,004
Lama Penanaman 4 52793,9 13198,5 292,57 0,000 Error 20 902,2 45,1
Total 29 54843,6
Lampiran 2-c Hasil uji statistik pengaruh pemberian kitosan terhadap jumlah cabang
DF SS MS F P Konsentrasi 5 10,676 2,135 1,81 0,265
Hari ke- 1 29,384 29,384 24,93 0,004 Error 5 5,894 1,179
Total 11 45,954
Lampiran 2-d Hasil uji statistik pengaruh pemberian kitosan terhadap jumlah daun DF SS MS F P
Konsentrasi 5 10,473 2,095 2,42 0,109 Hari ke- 2 101,425 50,713 58,69 0,000
Error 10 8,641 0,864 Total 17 120,538
Lampiran 2-e Hasil uji statistik pengaruh pemberian kitosan terhadap jumlah bunga
DF SS MS F P Konsentrasi 5 14,701 2,940 1,62 0,306
Hari ke- 1 37,926 37,926 20,84 0,006 Error 5 9,099 1,820
Total 11 61,725
Lampiran 2-f Hasil uji statistik pengaruh pemberian kitosan terhadap jumlah bintil akar
DF Seq SS
Adj SS Adj MS
F P
Konsentrasi 5
9,9753 9,9753
1,9951 4,09
0,011 Error
12 4,8889
4,8889 0,4074
Total 17
14,8642 Lampiran 2-g Hasil uji statistik pengaruh pemberian kitosan terhadap biomassa
kering DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
Konsentrasi 5 70,303 70,303 14,061 3,55 0,033 Error 12 47,507 47,507 3,959
Total 17 117,809
Lampiran 3 Uji lanjut tukey terhadap daya berkecambah tanaman kedelai
Difference SE of Adjusted Konsentrasi of Means Difference T-Value P-Value
2 16,67 9,623 1,732 0,5380 tn 3 -23,33 9,623 -2,425 0,2218 tn
4 26,67 9,623 2,771 0,1307 tn 5 -26,67 9,623 -2,771 0,1307 tn
6 -6,67 9,623 -0,693 0,9793 tn Konsentrasi = 2 subtracted from:
Difference SE of Adjusted Konsentrasi of Means Difference T-Value P-Value
3 -40,00 9,623 -4,157 0,0130 A 4 10,00 9,623 1,039 0,8956 tn
5 -43,33 9,623 -4,503 0,0073 B 6 -23,33 9,623 -2,425 0,2218 tn
Konsentrasi = 3 subtracted from: Difference SE of Adjusted
Konsentrasi of Means Difference T-Value P-Value 4 50,000 9,623 5,1962 0,0024 A
5 -3,333 9,623 -0,3464 0,9992 tn 6 16,667 9,623 1,7321 0,5380 tn
Konsentrasi = 4 subtracted from: Difference SE of Adjusted
Konsentrasi of Means Difference T-Value P-Value 5 -53,33 9,623 -5,543 0,0014 A
6 -33,33 9,623 -3,464 0,0419 A Konsentrasi = 5 subtracted from:
Difference SE of Adjusted Konsentrasi of Means Difference T-Value P-Value
6 20,00 9,623 2,078 0,3581 tn
Lampiran 4 Hasil uji lanjut tukey terhadap tinggi tanaman kedelai
Tukey Simultaneous Tests Response Variable Tinggi Tanaman
All Pairwise Comparisons among Levels of persentase pupuk persentase pupuk = 0 subtracted from:
persentase Difference SE of Adjusted pupuk of Means Difference T-Value P-Value
1 9,380 4,248 2,208 0,2772 tn 2 0,253 4,248 0,060 1,0000 tn
3 13,980 4,248 3,291 0,0368 a 4 -4,324 4,248 -1,018 0,9064 tn
5 2,416 4,248 0,569 0,9920 tn persentase pupuk = 1 subtracted from:
persentase Difference SE of Adjusted pupuk of Means Difference T-Value P-Value
2 -9,13 4,248 -2,148 0,3037 tn 3 4,60 4,248 1,083 0,8825 tn
4 -13,70 4,248 -3,226 0,0422 a 5 -6,96 4,248 -1,639 0,5838 tn
persentase pupuk = 2 subtracted from: persentase Difference SE of Adjusted
pupuk of Means Difference T-Value P-Value 3 13,727 4,248 3,231 0,0417 a
4 -4,578 4,248 -1,078 0,8845 tn 5 2,162 4,248 0,509 0,9952 tn
persentase pupuk = 3 subtracted from: persentase Difference SE of Adjusted
pupuk of Means Difference T-Value P-Value 4 -18,30 4,248 -4,309 0,0040 A
5 -11,56 4,248 -2,722 0,1143 tn persentase pupuk = 4 subtracted from:
persentase Difference SE of Adjusted pupuk of Means Difference T-Value P-Value
5 6,740 4,248 1,587 0,6159 tn
Lampiran 5 Hasil uji lanjut tukey terhadap bintil akar tanaman kedelai
Tukey Simultaneous Tests Response Variable Bintil Akar
All Pairwise Comparisons among Levels of Konsentrasi Konsentrasi = 0 subtracted from:
Difference SE of Adjusted Konsentrasi of Means Difference T-Value P-Value
1 1,2222 0,5212 2,3452 0,2489 2 1,2222 0,5212 2,3452 0,2489
3 1,6667 0,5212 3,1980 0,0654 4 2,0000 0,5212 3,8376 0,0223
5 0,1111 0,5212 0,2132 0,9999 Konsentrasi = 1 subtracted from:
Difference SE of Adjusted Konsentrasi of Means Difference T-Value P-Value
2 0,000 0,5212 0,000 1,0000 3 0,444 0,5212 0,853 0,9509
4 0,778 0,5212 1,492 0,6751 5 -1,111 0,5212 -2,132 0,3339
Konsentrasi = 2 subtracted from: Difference SE of Adjusted
Konsentrasi of Means Difference T-Value P-Value 3 0,444 0,5212 0,853 0,9509
4 0,778 0,5212 1,492 0,6751 5 -1,111 0,5212 -2,132 0,3339
Konsentrasi = 3 subtracted from: Difference SE of Adjusted
Konsentrasi of Means Difference T-Value P-Value 4 0,333 0,5212 0,640 0,9854
5 -1,556 0,5212 -2,985 0,0928 Konsentrasi = 4 subtracted from:
Difference SE of Adjusted Konsentrasi of Means Difference T-Value P-Value
5 -1,889 0,5212 -3,624 0,0320
Lampiran 6 Hasil uji lanjut tukey terhadap biomassa kering tanaman kedelai
Konsentrasi = 0 subtracted from: Difference SE of Adjusted
Konsentrasi of Means Difference T-Value P-Value 1 3,167 1,625 1,949 0,4209
2 2,767 1,625 1,703 0,5545 3 5,267 1,625 3,242 0,0608
4 5,767 1,625 3,550 0,0363 5 5,067 1,625 3,119 0,0746
Konsentrasi = 1 subtracted from: Difference SE of Adjusted
Konsentrasi of Means Difference T-Value P-Value 2 -0,4000 1,625 -0,2462 0,9998
3 2,1000 1,625 1,2926 0,7837 4 2,6000 1,625 1,6004 0,6132
5 1,9000 1,625 1,1695 0,8427 Konsentrasi = 2 subtracted from:
Difference SE of Adjusted Konsentrasi of Means Difference T-Value P-Value
3 2,500 1,625 1,539 0,6486 4 3,000 1,625 1,847 0,4747
5 2,300 1,625 1,416 0,7181 Konsentrasi = 3 subtracted from:
Difference SE of Adjusted Konsentrasi of Means Difference T-Value P-Value
4 0,5000 1,625 0,3078 0,9995 5 -0,2000 1,625 -0,1231 1,0000
Konsentrasi = 4 subtracted from: Difference SE of Adjusted
Konsentrasi of Means Difference T-Value P-Value 5 -0,7000 1,625 -0,4309 0,9976
Lampiran 7 Spektrum infra merah kitosan pada spektrofotometer infra merah IR 408
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kitosan merupakan senyawa turunan dari kitin dengan rumus D-glukosamin. Kitosan diperoleh dari pengolahan limbah kulitcangkang udang,
kepiting, kapang, dan lain-lain melalui proses deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi Kumar 2000. Kitosan memiliki banyak manfaat di berbagai bidang,
sehingga banyak industri mengkomersialkan kitosan sesuai standar mutu kitosan. Manfaat kitosan antara lain mengabsorbsi logam berat, antimikroba,
edible coating, dan penjernih air Suptijah 2006. Banyaknya manfaat kitosan, membuat kitosan dapat diaplikasikan di luar
bidang perikanan, salah satunya bidang pertanian. Manfaat kitosan di bidang pertanian antara lain membantu proses perubahan unsur organik menjadi
anorganik, sumber karbon bagi mikroorganisme, dan mempercepat proses fiksasi nitrogen Boonlertnirum et al. 2008 dan Ali et al. 1997. Selain itu kitosan
memiliki sifat non toksik dan biodegradable, sehingga kitosan aman untuk diaplikasikan.
Bidang pertanian memiliki banyak komoditas, salah satu komoditas pertanian penting di Indonesia adalah kedelai. Kedelai merupakan salah satu
sumber protein nabati yang cukup potensial dikembangkan di Indonesia, karena kandungan proteinnya yang tinggi sebesar 34,9 Koswara 1995 dan Matthews
1989 dalam Mervina 2009. Menurut Deptan 2009 dalam Tupani 2009 Indonesia perlu meningkatkan produksi kedelai, meskipun produksi kedelai tahun
2009 meningkat sebesar 1,7 dibandingkan tahun 2008 karena total kebutuhan kedelai Indonesia tahun 2009 sebesar 2 juta ton kedelai belum terpenuhi oleh
Indonesia dengan nilai produksi kedelai di Indonesia tahun 2009 sebesar 775 ribu ton. Untuk memberikan solusi awal masalah tersebut, salah satu
alternatifnya adalah pemanfaatan kitosan. Ali et al. 1997 dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kitosan dapat meningkatkan fiksasi nitrogen kedelai dan
fiksasi nitrogen memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Berdasarkan penelitian Ali et al. 1997 kitosan dapat diaplikasikan di tanaman
kedelai Indonesia, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
perlakuan kitosan terhadap pertumbuhan tanaman kedelai Glycine max selama fase vegetatif dan awal fase generatif.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk : 1
Menentukan spesifikasi mutu kitosan larut asam. 2
Menentukan pengaruh perlakuan kitosan terhadap pertumbuhan kedelai Glyine max selama fase vegetatif dan awal fase generatif.