Pupuk Kandang Waktu dan Tempat Pelaksanaan Alat dan Bahan

Tabel 2 Penanda pertumbuhan generatif kedelai Singkatan Stadia Tingkatan Stadia Keterangan R1 Mulai Berbunga Munculnya bunga pertama pada buku mana pun pada batang utama. R2 Berbunga penuh Bunga terbuka penuh pada satu atau dua buku paling atas pada batang utama dengan daun yang telah terbuka penuh. R3 Mulai berpolong Polong telah terbentuk dengan panjang 0,5 cm pada salah satu buku batang utama. R4 Berpolong penuh Polong telah mencapai panjang 2 cm di salah satu buku teratas pada batang utama. R5 Mulai pembentukan biji Ukuran biji dalam polong mencapai 3 mm pada salah satu buku batang utama. R6 Berbiji penuh Setiap polong pada batang utama telah berisi biji satu atau dua. R7 Mulai masak Salah satu warna polong pada batang utama telah berubah menjadi cokelat kekuningan atau warna masak. R8 Masak penuh 95 jumlah polong telah mencapai warna polong masak Sumber : Adisarwanto 2007

2.5 Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran padat dan cair urine hewan ternak Prihmantoro 1999. Pupuk mengandung unsur hara lengkap untuk pertumbuhan, terdiri dari unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor, kalium, dan mengandung unsur hara mikro seperti seng dan mangan. Selain penyediaan unsur hara bagi tanaman, pupuk kandang berfungsi memperbaiki unsur tanah sebagai media tumbuh, meningkatkan kapasitas kation, dan mendorong kehidupan jasad renik dalam tanah Sutedjo 1994. Dengan kata lain pupuk kandang memiliki kemampuan mengubah berbagai faktor dalam tanah, sehinggga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah. Jenis kotoran hewan yang umum digunakan sebagai pupuk kandang adalah kotoran sapi yang ketersediaannya lebih banyak dibandingkan hewan lain Marsono dan Sigit 2002 dalam Rahadia 2008. Pupuk kandang sapi adalah pupuk kandang yang banyak mengandung lendir dan air. Pupuk ini terdiri dari 44 bahan padat dan 6,3 bahan cair. Komposisi unsur hara yang terkandung di dalam pupuk kandang sapi yaitu 0,6 N, 15 P 2 O 5 , dan 0,45 K 2 O Sutedjo 1994.

2.6 Fitohormon

Fitohormon merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang disintesis pada bagian tertentu dalam tanaman dan ditranslokasikan ke bagian tertentu sebagai tanggapan biologi, kimia, maupun fisik. Fitohormon berperan sebagai pengatur pertumbuhan, perkembangan,dan pergerakan pada tanaman. Fitohormon dalam tanaman disebut dengan Zat Pengatur Pertumbuhan ZPT Gardner et al. 1991. ZPT dalam tanaman ada lima, antara lain auksin, sitokinin, giberelin, etilen, dan asam absisat. Namun dari kelima hormon ini yang digunakan hanya empat hormon yang berbengaruh terhadap diferensiasi sel-sel pada tanaman. Hormon-hormon ini juga dapat mengubah ekspresi gen, dengan mempengaruhi aktivitas enzim yang ada, atau dengan mengubah sifat membran Dewi 2008.

2.6.1 Hormon auksin

Auksin merupakan sekelompok senyawa kimia yang berperan untuk perpanjangan kuncup yang sedang berkembang. Auksin dihasilkan secara alami oleh tumbuhan dari asam amino tritofan di dalam ujung tajuk tumbuhan dan berupa Asam Indol Asetat IAA Gardner et al. 1991. Hormon auksin, terutama IAA mempengaruhi pertumbuhan batang dan akar tanaman. IAA diproduksi di tunas ujung dan diangkut ke bagian bawah dan mendorong pemanjangan sel batang dalam kosentrasi tertentu 0,9 gl, apabila melebihi kosentrasi tersebut akan menghambat pemanjangan sel batang. Selain bagian batang, IAA juga mempengaruhi pemanjangan akar dengan kosentrasi kurang dari 10-6 gl. Bila melebihi kosentrasi yang ada akan menginduksi produksi etilen, yaitu suatu hormon yang berperan sebagai inhibitor dalam perpanjangan sel Dewi 2008. Mekanisme auksin berdasarkan hipotesis pertumbuhan asam yaitu pemompaan proton membran plasma, dimana proses ini merespon pertumbuhan sel. Daerah perpanjangan tunas, auksin menstimulasi pemompaan proton membran plasma, dan beberapa menit akan meningkatkan potensial membran dan menurunkan pH di dalam dinding sel. Pengasaman dinding sel akan mengaktifkan enzim ekspansin yang memecah ikatan hidrogen antara mikrofibril selulosa dan melonggarkan struktur dinding sel. Sedangkan peningkatan potensial membran, akan meningkatkan pengambilan ion ke dalam sel, yang menyebabkan pengambilan air secara osmosis dan akan meningkatkan plastisitas dinding sel. Plastisitas inilah yang memungkinkan sel memanjang. Auksin juga berpengaruh terhadap pertumbuhan buah karena meningkatkan induksi perkembangan buah Salisbury dan Ross 1995.

2.6.2 Hormon sitokinin

Sitokinin merupakan zat perangsang pertumbuhan yang mendorong pembelahan. Sitokinin secara alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama akar, embrio, dan buah. Sitokinin yang telah diproduksi akan diangkut ke xylem menuju sel-sel target pada batang Dewi 2008. Sitokinin memiliki banyak aplikasi antara lain meningkatkan pembelahan, pertumbuhan, perkembangan kultur sel tanaman, menunda penuaan daun; bunga; dan buah dengan cara mengontrol proses kemunduran penyebab kematian sel-sel tanaman. Penuaan pada daun melibatkan penguraian klorofil dan protein-protein, kemudian produk tersebut diangkut jaringan floem menuju jaringan meristemjaringan lain yang membutuhkan Gardner et al. 1991. Hormon sitokinin memiliki interaksi dengan auksin dengan perbandingan tertentu. Sitokinin diproduksi di akar dan diangkut menuju tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di kuncup terminal dan diangkut di bagian bawah tumbuhan. Auksin cenderung menghambat aktivitas meristem lateral yang letaknya berdekatan dengan meristem apikal sehingga membatasi pembentukan tunas-tunas cabang. Kuncup aksilar yang terdapat dekat dengan kuncup terminal. Hal ini menunjukkan rasio sitokinin terhadap auksin lebih tinggi pada bagian bawah tumbuhan. Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin merupakan salah satu peranan dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas Dewi 2008.

2.6.3 Hormon giberelin

Giberelin merupakan senyawa kimia yang dapat meningkatkan pertumbuhan pada tanaman. Giberelin sebagian besar dalam bentuk inaktif, sehingga memerlukan precursor untuk menjadi aktif yaitu asetil koA. Peran giberelin untuk menstimulasi pertumbuhan pada daun dan batang, pertumbuhan buah, dan perkecambahan Gardner et al. 1991. Mekanisme giberelin dalam pertumbuhan tanaman seperti halnya auksin yaitu mengendorkan dinding sel, tetapi tidak mengasamkan dinding sel, yang memfasilitasi penetrasi ekspansi ke dalam dinding sel untuk bekerja sama dalam meningkatkan perpanjangan sel. Saat fase tumbuhan menjadi fase generatif, terjadi ledakan giberelin yang menginduksi internodus ruas menjadi memanjang dengan cepat sehingga kuncup bunga menjadi tinggi dan berkembang pada ujung batang Dewi 2008.

2.6.4 Hormon asam absisat ABA

Asam absisat merupakan zat yang dihasilkan untuk menghambat pembelahan sel pada jaringan meristem apikal dan pada kambium pembuluh sehingga menunda pertumbuhan primer maupun sekunder. ABA memiliki fungsi terhadap dormansi biji dan cengkaman kekeringan Dewi 2008.

2.6.5 Etilen

Etilen secara umum memiliki pengaruh terhadap respon fisiologi pascapanen tanaman. Peranan dari hormon fisiologi pada pascapanen untuk mempercepat proses pemasakan buah dan meningkatkan kualitas biji Gardner et al. 1991 3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan September 2009. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 meter di atas permukaan laut m dpl dengan jenis tanah Latosol, Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

3.2 Alat dan Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu kitosan larut asam, akuades, benih tanaman kedelai, pupuk kandang, media tumbuh tanaman, polybag, pupuk urea, HCl, H 2 SO 4 , air, NaOH, asam borat, kjeldtec, dan pupuk KCl. Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah neraca analitik, cawan porselen, semprotan, plastik, cawan porselin, desikator, pipet ukur, bulb, erlenmeyer, gelas ukur, oven, tabung Kjeldahl, kertas coklat, dan penggaris.

3.3 Metode Penelitian