proses pembentukan biji secara penuh. Perlakuan konsentrasi terbaik berdasarkan Gambar 12 untuk menghasilkan polong pada tanaman kedelai adalah pemberian
konsentrasi kitosan 100 ppm, sedangkan pemberian konsentrasi kitosan 0 ppm merupakan perlakuan yang kurang baik untuk mengahsilkan polong pada kedelai.
Proses terbentuknya polong menurut Gardner et al. 1991, dipengaruhi hormon auksin dan giberelin. Hormon auksin berperan dalam mempercepat pertumbuhan
buah karena meningkatkan induksi perkembangan buah sedangkan giberelin berperan dalam pertumbuhan buah Dewi 2008.
4.6 Pengaruh Kitosan terhadap Bintil Akar Kedelai
Bintil akar merupakan simbiosis anatra kedelai dengan bakteri Rhizobium japonicum yang mampu mengikat gas nitrogen bebas dari udara. Adanya
simbiosis ini menyebabkan kedelai terpenuhi sebagian hara nitrogen untuk pertumbuhannya dan menyebabkan tanah tersebut menjadi subur. Hasil pengaruh
perlakuan kitosan terhadap bintil akar disajikan pada Lampiran 1f dan Gambar 13.
Gambar 13 Diagram batang pengaruh perlakuan kitosan terhadap bintil akar Gambar 13 menunjukkan pengaruh perlakuan kitosan terhadap jumlah
bintil akar yang diproduksi kedelai dan dengan peningkatan konsentrasi kitosan yang diberikan dapat meningkatkan produksi bintil akar kedelai. Peningkatan
produksi jumlah bintil akar kedelai diduga dikarenakan gugus N yang reaktif pada kitosan Ohta et al. 2004, sehingga merangsang proses fiksasi nitrogen
1,2 1,2
1,6 2
0,1 0.5
1 1.5
2 2.5
0 ppm 25 ppm
50 ppm 75 ppm
100 ppm kontrol
positif R
a ta
-R a
ta J
um la
h B
in ti
l A
ka r
Perlakuan Pemberian Kitosan a
a
ab ab
ab b
Ali et al. 1999 dan mempercepat proses simbiosis yang terjadi antara bakteri Rhizobium dan kedelai.
Hasil Lampiran 1f menunjukkan bahwa pemberian perlakuan konsentrasi kitosan yang berbeda terhadap jumlah bintil akar tanaman memberikan pengaruh
yang berbeda nyata karena nilai P 0,05. Pengaruh ini disebabkan kitosan merupakan sumber karbon bagi kehidupan bakteri Patkowska 2001 dalam
Pastucha 2005 dan memiliki unsur N yang dibutuhkan Ohta et al. 2004 oleh Rhizobium japonica. Hal ini terkait dengan simbiosis mutualisme yang terjadi
antara akar dan bakteri tersebut membentuk bintil akar.
Gambar 14 Bintil akar tanaman kedelai Hasil uji statistik menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata, maka
diperlukan uji lanjut Tukey untuk melihat pengaruh terbaik dan pengaruh mana yang menunjukkan adanya perbedaan. Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa
perlakuan pemberian kitosan dengan konsentrasi 100 ppm memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan pemberian kitosan dengan konsentrasi
0 ppm dan kontrol, sedangkan perlakuan yang lainnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap pemberian kitosan dengan konsentrasi 0 ppm,
100 ppm, dan kontrol. Perbedaan ini disebabkan oleh perlakuan pemberian kitosan dengan konsentrasi 0 ppm kurang mendukung adanya asupan karbon dan
nitrogen terhadap bakteri Rhizobium japonica, sehingga bintil akan sulit terbentuk Boonlertnirun et al. 2008. Selain itu menurut Pastucha 2005 kitosan mampu
meningkatkan jumlah mikroorganisme yang ada di tanah. Gambar 13 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya konsentrasi
kitosan berkorelasi positif terhadap pembentukan bintil akar. Konsentrasi terbaik
adalah konsentrasi perlakuan kitosan 100 ppm sedangkan perlakuan yang kurang baik ditunjukkan oleh pemberian konsentrasi kitosan 0 ppm. Boonletrium et al.
2008 menyatakan bahwa penggunaan kitosan tanpa pupuk kimia mampu meningkatkan populasi mikroba dalam jumlah yang besar, dan proses
transformasi nutrien dari organik ke anorganik yang mana lebih mudah diserap oleh akar tanaman. Peningkatan populasi ini disebabkan oleh adanya sumber
karbon yang diperoleh dari kitosan dan juga sumber nitrogennya.
4.7 Perlakuan Kitosan terhadap Biomassa Kering Kedelai