Rumusan Masalah Analisis Pendapatan dan Fungsi Produksi Tempe Pada Industri Pola Kemitraan dan Pola Mandiri (Kasus Desa Cimanggu I Kec. Cibungbulang Kabupaten Bogor)

4. Pelaku usaha, dimana pelaku usaha tempe dapat mengetahui langkah mana yang haris diambil agar usaha yang di jalankan dapat memberikan pendapatan yang optimal dan berlanjut keberadaanya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini memiliki batasan-batasan sebagai berikut, yaitu: 1. Wilayah penelitian adalah, Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. 2. Objek penelitian adalah masyarakat Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. 3. Responden penelitian adalah masyarakat Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, yang merupakan pengusaha dalam industri tempe pada pola kemitraan Prikompti dan pola mandiri.

1. 6 Batasan Penelitian

1. Pengusaha yang menjadi sample yaitu pengusaha tempe pola kemitraan dan pola mandiri Desa Cimanggu I Kec. Cibungbulang Kab. Bogor 2. Penerapan teknik budidaya petani dalam satu kelompok usahatani relatif sama. 3. Satuan input produksi yang digunakan yaitu kedelai kg, ragi kg, plastik pack, tenaga kerja HOK, dan air liter. 4. Ukuran tenaga kerja dinyatakan dalam Hari Orang Kerja HOK, upah harian antara laki-laki dan wanita besaranya sama. 5. Pengusaha pola kemitraan menggunakan kedelai yang disediakan di koperasi, sedangkan pengusaha pola mandiri menggunakan bahan baku kedelai yang ada di pasaran atau non koperasi 6. Harga satuan air untuk pengusaha pola kemitraan dan pola mandiri yaitu menggunakan harga air PDAM Tirta Kahuripan sebesar Rp 2.2000-10m 3 . 7. Analisis fungsi produksi yang digunakan yaitu analisis fungsi produksi Cobb- Douglas dengan faktor produksi kedelai, ragi, air, tenaga kerja. 8. Jumlah penggunaan input dan pengeluaran tunai usahatani dihitung per tahun. 9. Analisis pendapatan pengusaha tempe pola kemitraan dan pola mandiri biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani dihitung per tahun. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Ketentuan Umum Koperasi

Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian bab I tentang ketentuan umum, Pasal 1 : Ayat 1 Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi yang kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasar atas azas kekeluargaan; ayat 2 Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan koperasi; ayat 3 Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang; 5 Gerakan koperasi adalah keseluruhan organisasi dan kegiatan perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama koperasi. Menurut International Cooperative Alliance ICA, 1995 dalam Nasution, 2002 : Koperasi adalah perkumpulan orang-orang yang mandiri autonomous bersatu secara sukarela untuk memenuhi kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan aspirasi melalui badan usaha enterpise yang dimiliki bersama dan dikontrol secara demokratis. Menurut Hatta 1995 dalam Nasution 2002 : Koperasi yang benar-benar koperasi the ideal type cooperative adalah bentuk kerjasama dengan sukarela antara mereka yang sama cita-citanya untuk membela keperluan dan kepentingan bersama. Koperasi sebenarnya tidak dikemudikan oleh cita-cita keuntungan, melainkan oleh cita-cita memenuhi keperluan bersama. Fungsi dan peran koperasi menurut Undang-Undang Perkoperasian Nomor 25 tahun 1992 adalah : 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya; 2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat; 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan berkoperasi sebagai sokoguru; 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Prinsip koperasi menurut Undang-Undang Perkoperasian nomor 25 tahun 1992 adalah : 1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis; 3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota; 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; 5. Kemandirian. Selanjutnya, dalam ayat dua dikatakan bahwa dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi sebagai berikut : 1. Pendidikan perkoperasian; 2. Kerjasama antar koperasi.

2.2 Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia

Koperasi berasal dari bahasa Latin cooperere yang dalam bahasa Inggris menjadi cooperation, berarti bekerja sama. Menurut UU No 25 Tahun 1992, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi berdasar atas azas kekeluargaan. Koperasi berbeda dengan badan usaha lainnya, perbedaannya terletak pada tujuan koperasi yang tidak hanya mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya, tetapi juga mempertinggi kesejahteraan anggotanya. Keberhasilan koperasi dilihat dari kemampuan koperasi untuk hidup terus dengan kekuatannya sendiri dan memberikan pelayanan kepada anggotanya secara kontinyu. Faktor yang paling menentukan keberhasilan koperasi adalah faktor manajemen. Hal ini sangat penting dalam pengelolaan koperasi yang dapat menentukan kemajuan usaha koperasi yang bersangkutan Ruswan, 2013. Anggota koperasi di Indonesia memiliki bermacam-macam jenis usaha, diantaranya mempunyai usaha kecil seperti tahu dan tempe. Koperasi yang menaungi pelaku usaha kecil tahu dan tempe adalah KOPTI. KOPTI berdiri sejak Tahun 1979 di Jakarta yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan pengrajin tahu dan tempe dalam memperoleh kedelai dan menghasilkan tahu tempe yang baik.