baku, sumber bahan baku dan kualitas, proses produksi, wilayah pemasaran, serta sumber modal awal yang digunakan ketika memulai usahanya, adapun hasil
output produksi dari kedua pola usaha ini adalah hanya menghasilkan tempe saja dan tidak menghasilkan output yang lain. Secara spesifik karakteristik umum
pengusaha pola kemitraan dan pola mandiri dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Karakteristik Ekomomi pengusaha tempe pola kemitran dan pola
mandiri
Karakteristik Umum Pola Kemitraan
Pola Mandiri Input
Kedelai Kedelai
Sumber Input kualitas Koperasi Impor, pengusaha
pola kemitraan mendapatkan jaminan kemudahan
memperoleh kedelai karena disediakan oleh koperasi
Non Koperasi Impor, pengusaha pola mandiri tidak mendapataka n
jaminan dalam kemudaha memperoleh kedelai karena tidak
disediakan oleh koperasi
Proses Produksi Menggunakan cara
Tradisional yang sudah turun temurun sejak lama dan tidak
mengikuti anjuran penyuluhan dari KOPTI
Menggunakan anjuran dari KOPTI dan meninggalkan tradisi
yang turun temurun sejak lama
Output Tempe
Tempe Pemasaran
Pasar Ciampea Desa-desa dalam Kecamatan
Cibungbulang Sumber Modal Awal
Modal Pribadi Modal Pribadi dan Patungan
Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 12 menunjukan bahwa input yang digunakan oleh pengusaha tempe pola kemitraan dan pola mandiri adalah
sama menggunakan kedelai sebaga bahan baku utamanya. Pengusaha pola kemitaan memperoleh bahan baku tersebut dari koperasi yang ada di daerah Desa
Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang. Sedangkan pengusaha pola mandiri memperoleh bahan baku dari non koperasi pedagang biasa yang ada di pasaran.
Jenis kedelai yang digunakan oleh pengusaha pola kemitraan dan pola mandiri adalah jenis kedelai impor. Keduanya sama-sama menggunakan kedelai jenis
impor daripada kedelai lokal, dikarenakan kedelai impor memiliki kualitas lebih baik serta ketersediaannya yang relatif stabil dibadingkan dengan kedelai lokal.
Dalam melakukan proses produksi tempenya pengusaha pola kemitraan menggunakan cara tradisional yang sejak lama telah mereka gunakan. Sedangkan
pengusaha pola mandiri menggunakan cara terbaru yaitu cara-cara yang diajarkan oleh penyuluh-penyuluh KOPTI Kabupaten Bogor. Jika melihat dari status
keanggotaan seharusnya pengusaha pola kemitraan menggunakan cara yang
dianjurkan oleh KOPTI Kabupaten Bogor, akan tetapi pengusaha pola kemitraan kurang menyakini cara-cara yang dianjurkan oleh KOPTI sehingga daripada
menggunakan cara yang dianjurkan pengusaha pola kemitraan lebih memilih menggunakan cara yang biasa digunakan sejak lama. Sedangkan pengusaha pola
mandiri justru menggunakan cara-cara produksi yang disosialisasikan oleh KOPTI Kabupaten Bogor.
Pengusaha pola kemitraan dan pola mandiri dalam melakukan usaha ini hanya menghasilkan output tempe, baik pengusaha pola kemitraan maupun pola
mandiri sama-sama tidak menghasilkan produk turuan lain dari kedelai, seperti tahu atau oncom. Tempe yang dihasilkan dari proses prduksi tersebut selanjutnya
dipasarkan ke wilayah di dalam Kecamatan Cibungbuulang dan daerah terdekat dari Kecamatan Cibungbulang. Berdasarkan Tabel di atas menjelaskan bahwa
pengusaha pola kemitraan menjual produk tempenya di Pasar Ciampe Kabupaten Bogor, sedangkan pengusaha pola mandiri menjual produknya ke wilayah desa
yang ada di kawasan Kecamatan Cibungbulang. Hal ini dikarenakan antara pengusaha pola kemitraan dan pola mandiri telah memiliki pelanggan tempe
masing-masing di setiap tempat pemasaran.
6.3 Karakteristik Produksi Pengusaha Pola Kemitraan dan Pola Mandiri
Suatu kegiatan produksi akan menghasilkan output yang optimal jika proses produksi yang dilakukan mengguanakan langkah-langkah yang benar
secara teori keilmuan. Begitu pula dengan produksi tempe di kedua pola pengusaha yang ada di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang, dalam
melakukan proses produksinya kedua pelaku usaha memiliki cara yang berbeda. Perbandingan proses produksi pengusaha pola kemitraan dan pola mandiri di Desa
Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang dapat dillihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Karakteristik produksi pengusaha tempe pola kemitran dan pola mandiri
Pengusaha Pola Kemitraan Pengusaha Pola Mandiri
1. Mencuci kedelai sampai bersih
menggunakan air yang bersih. 2.
Merendam Kedelai yang telah dicuci bersih selama 30-40 menit.
3. Merebus kedelai yang telah direndam
selama 1-1.5 jam. 4.
Meniriskan lalu merendam kedelai yang telah direbus untuk menghilangkan
kandungan asam yang ada pada tempe selama 12-18 jam.
5. Memasukan kedelai yang telah ditiriskan
kedalam mesin pemecah kulit kedelai agar kulit ari kedelai tersebut
mengelupas. 6.
Melakukan pencucian kedelai yang telah mengalami pemecahan kulit ari.
7. Pencucian kedelai dilakukan sebanyak
satu kali pencucian. 8.
Melakukan peragian secara merata terhadap tempe yang telah dicuci bersih
dan membiarkannya merata selama 15- 20 menit.
9. Memasukan kedelai yang telah
mengalami peragian kedalam plastik pembungkus yang telah diberikan
lubang angin dengan jarak yang tidak beraturan.
10. Menata kedelai yang telah dibungkus
kedalam rak fermentasi. 11.
Proses fermentasi selama 1 malam. 12.
Tempe siap jual. 1.
Mencuci kedelai sampai bersih menggunakan air yang bersih.
2. Merendam Kedelai yang telah dicuci
bersih selama 1 jam. 3.
Merebus kedelai yang telah direndam selama 2 jam.
4. Meniriskan lalu merendam kembali
kedelai yang telah direbus untuk menghilangkan kandungan asam yang
ada pada tempe selama 24 jam. 5.
Memasukan kedelai yang telah ditiriskan kedalam mesin pemecah kulit kedelai
agar kulit ari kedelai tersebut mengelupas.
6. Melakukan pencucian kedelai yang telah
mengalami pemecahan kulit ari. 7.
Pencucian kedelai dilakukan sebanyak dua kali pencucian.
8. Melakukan peragian secara merata
terhadap tempe yang telah dicuci bersih dan membiarkannya merata selama 10
menit. 9.
Memasukan kedelai yang telah mengalami peragian kedalam plastik
pembungkus yang telah diberikan lubang angin dengan jarak 2 cm per lubang.
10. Menata kedelai yang telah dibungkus
kedalam rak fermentasi. 11.
Proses fermentasi selama 1 malam. 12.
Tempe siap jual.
Berdasarkan data pada Tabel 13 menunjukan bahwa ada beberapa perbedaan pada proses produksi kedua pengusaha. Pengusaha pola kemitraan
yang menggunakan cara tradisional merendam kedelai sebelum direbus selama 30-40 menit. Sedangkan pengusaha pola mandiri merendam kedelai sebelum
direbus selama 1 jam mengikuti anjuran dari KOPTI Kabupaten Bogor. Pencucin kedelai dilakukan untuk membersihkan kotoran yang masih menempel pada
kedelai dan juga untuk menghasilkn kedelai yang lebih remah dan mekar. Pengusaha tempe pola kemitraan melakukan perebusan kedelai selama 1-1,5 jam
sedangkan pengusaha pola mandiri merebus kedelainya selama 2 jam sesuai anjuran KOPTI. Perebusan ini dilakukan untuk menghasilkan kedelai yang remah
dan mengembang yang siap olah serta membuat kulit ari kedelai mudah mengelupas. Langkah selanjutnya adalah meniriskan kedelai yang telah direbus
lalu direndam kembali. Perendaman yang dilakukan oleh pengusaha pola kemitraan adalah selama 12-18 jam sedangkan perendaman yang dilakukan oleh
pengusaha pola mandiri adalah selama 24 jam. Perendaman ini dilakukan untuk menghilangkan zat asam yang ada pada tempe hasil rebusan. Setelah kedelai
selesai direndam selanjutnya kedelai tersebut dicuci kembali supaya kulit ari kedelai benar-benat lepas dari kedelai. Pengusaha kemitraan melakukan pencucian
kedelai yang telah direndam selama satu kali saja, sedangkan pengusaha pola mandiri melakukan pencucian selama dua kali karena dengan mencuci dua kali
akan menghasilkan pencucian yang lebih bersih, dan cara ini adalah cara yang dianjurkan oleh KOPTI Kabupaten Bogor.
Setelah pencucian selanjutnya adalah melakukan peragian terhadap tempe yang akan dimasukan kedalam plastik. Pergaian ini dilakukan secara merata
terhadap tempe yang telah disimpan rata di wadah peragian. Pengusaha pola kemitraan melakukan peragian selama 15-20 menit lamanya, sedangkan
pengusaha pola mandiri melakukan peragian selama 10 menit. Peragian ini harus benar-benar tepat karena proses peragian ini adalah penanaman mikroba hidup
yang akan tumbuh selama proses fermentasi. Setalah proses peragian selanjutnya adalah memasukan kedelai tersebut kedalam plastik sesuai dengan takaran yang
disiapkan. Plastik yang digunakan untuk membungkus tempe ini adalah plastik yang sebelumnya telah diberikan lubang lubang. Tujuan dari pelubangan ini
adalah untuk memberikan lubang udara yang akan membantu kesempurnaa proses fermentasi. Pelubangan terhadap plastik yang dilakukan oleh pengusaha pola
kemitraan adalah dengan jarak lubang yang tidak beraturan, sedangkan pengusaha pola mandiri memberikan lubang di plastiknya dengan jarak yang rapi yaitu 2 cm
tiap lubang sesuai dengan arahan dari KOPTI Kabupaten Bogor. Tempe yang dihasilkan oleh pengusaha pola kemitraan dan pola mandiri di Desa Cimanggu I
telah melalui tahapan proses produksi yang dijelskan pada Gambar 2.