KOPTI diharapkan mampu menjadi pusat pelayanan bagi anggota khususnya maupun masyarakat umum di wilayah kerja. KOPTI juga dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu tahu dan tempe yang dibuat oleh pengrajin anggota KOPTI tersebut, antara lain dibidang manajemen dan administrasi, bidang modal dalam
bentuk bantuan kredit kepada pada pengusaha. Keberadaan KOPTI di Desa Cimanggu I memberikan kemudahan kepada pengusaha tempe pola kemitraan
yang karena ketersediaan kedelai yang lebih pasti ketimbang ketersediaan kedelai bagi pengusaha pola mandiri yang disediakan oleh pasar.
2.3 Karakteristik Tempe
Tempe adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Rhizopus oligosporus, kegiatan fermentasi
melibatkan tiga faktor pendukung yaitu, bahan baku yang diolah kedelai, mikroorganisme jamur tempe dan lingkungan tumbuh. Proses pembuatan tempe
yang terdiri atas perendaman, pencucian, pembilasan dan fermentasi secara akumultatif telah mampu menghancurkan zat gizi yang terdapat pada kedelai
mentah. Teknologi tradisional dan relatif sederhana ini telah mampu menghancurkan zat anti gizi pada kedelai sekaligus menghasilkan zat gizi utama
yang mampu memperbaiki mutu gizi kedelai Winarno, 1993. Tempe merupakan makanan tradisional yang telah dikenal masyarakat
Indonesia sejak dulu terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Produk ini berbahan baku utama kedelai
dan merupakan hasil dari proses fermentasi. Terdapat tiga faktor pendukung dalam proses pembuatan tempe yaitu bahan baku yang diurai, mikroorganisme,
dan keadaan lingkungan tumbuh. Bahan baku yang dimaksud yaitu keping-keping biji kedelai yang telah direbus, mikroorganisme berupa kapang tempe Rhizopus
oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, dan yang terakhir yaitu keadaan lingkungan tumbuh seperti suhu 30° C, pH awal 6,8 serta kelembapan
nisbi 70-80 Sarwono, 1994. Permintaan akan tempe ini dipastikan akan terus meningkat seiring dengan
meningkatnya populasi penduduk di Indonesia, sehingga akan berpengaruh pula pada peingkatan produsen tempe yang ada di setiap daerah atau kota yang ada di
Indonesia guna memenuhi kebutuhan tempe yang ada di pasaran. Tingginya permintaan terhadap tempe tersebut merupakan sebuah peluang bisnis bagi para
pelaku usaha tempe yang ada di Indonesia, sehingga akan memacu pada perilaku usaha yang efisien dalam produksi dan optimal dalam pendapatannya.
2.4 Jumlah Industri
2.4.1 Jumlah Industri Kecil di Indonesia
Data Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada tahun 2003 memperlihatkan bahwa jumlah industri kecil di Indonesia sebanyak 42.326.519
unit yang terdiri dari 24.735.693 unit pada sektor pertanian, perikanan dan peternakan, 379.141 unit pada sektor pertambangan dan penggalian, 2.560.846
unit pada sektor industri pengolahan, 9.185 unit pada sektor listrik, gas dan air bersih, 170.359 unit pada sektor bangunan, 8.456 unit pada sektor perdagangan,
hotel dan restoran, 2.963.768 unit pada sektor pengangkutan dan komunikasi, 29.508 unit pada sektor keuangan, persewaan jasa perusahaan, dan 3.021.955 unit
pada sektor jasajasa. Industri tempe termasuk dalam kategori industri pengolahan non migas. Data jumlah industri kecil berdasarkan sektor
ekonomi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah industri kecil berdasarkan sektor ekonomi tahun 1999 - 2004
Sektor Tahun 1999
Tahun 2000 Tahun 2001
Tahun 2002 Tahun 2003
Pertanian, peternakan dan perikanan
23.174.579 23.516.865
24.012.534 24.619.874
24.735.693 Pertambangan, dan
Panggalian 132.617
150.495 199.382
285.752 379.141
Industri, pengolahan 2.526.163
2.536.886 2.551.347
2.556.693 2.560.846
Listrik,gas dan air bersih
4.492 3.868
4.372 8.099
9.185 Bangunan
102.332 120.750
111.033 187.360
170.359 Perdagangan,hotel
dan restoran 8.688.215
8.675.045 8.477.380
8.466.650 8.456.064
Pengangkutan dan komunikasi
1.707.762 1.868.081
1.779.150 2.295.984
2.963.768 Keuangan,
perusahaan perseroan, dan jasa
24.143 25.034
25.667 27.392
29.508 Jasa-jasa
1.499.206 1.699.416
1.692.876 2.258.472
3.021.955 Jumlah
37.859.509 38.669.355
38..853.741 40.705.676
42.326.519 Sumber : Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Tahun 2004 diolah
2.4.2 Jumlah dan Sebaran Industri Tempe di Kabupaten Bogor
Industri tempe umumnya merupakan sektor informal yang jumlahnya sulit diketahui secara pasti. Hanya sedikit industri tempe yang mendaftarkan usahanya
ke Departemen Perindustrian. Akan tetapi kebanyakan industri tempe tercatat dalam keanggotaan KOPTI. Berdasarkan data yang diperoleh dari KOPTI
Kabupaten Bogor tahun 2012 terdapat 1.373 penggrajin tempe yang tersebar di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor.
Sedangkan di wilayah kotamadya terdapat 165 pengrajin tempe. Berbeda dengan Kabupaten Bogor, kotamadya Bogor mengalami penurunan jumlah
pengrajin tempe sebesar 50. Penurunan ini terjadi karena beberapa wilayah pelayanan yang dulu tergabung dalam KOPTI kotamadya Bogor sekarang
berpindah ke KOPTI daerah masing-masing seperti Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Cianjur. Pengrajin tempe di Kabupaten Bogor tersebar kedalam 22 wilayah
pelayanan. Setiap wilayah pelayanan dikepalai oleh seorang Kepala Wilayah Pelayanan KWP yang ditetapkan dari KOPTI. Wilayah pelayanan kedelai di
Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Penyebaran dan jumlah anggota KOPTI di Kabupaten Bogor
No. Penyebaran Wilayah
Jumlah Anggota 1.
Ciseeng 101
2. Parung
106 3.
Cibinong 105
4. Citereup I
115 5.
Citereup II 82
6. Bojonggede
49 7.
Sukaraja 45
8. Ciawi Megamendung
23 9.
Caringin Cijeruk 65
10. Tamansari
50 11.
Leuwiliang 39
12. Ciampea
62 13.
Cibungbulang 34
14. Jasinga
20 15.
Dramaga 19
16. Cimanggu
37 17.
Cilrndek 84
18. Depok I
68 19.
Depok II 111
20. Sawangan I
77 21.
Sawangan II 17
22. Cimanggis
64 Jumlah
1.373 Sumber : Kantor KOPTI Kabupaten Bogor 2012 Diolah