6 Batasan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

KOPTI diharapkan mampu menjadi pusat pelayanan bagi anggota khususnya maupun masyarakat umum di wilayah kerja. KOPTI juga dimaksudkan untuk meningkatkan mutu tahu dan tempe yang dibuat oleh pengrajin anggota KOPTI tersebut, antara lain dibidang manajemen dan administrasi, bidang modal dalam bentuk bantuan kredit kepada pada pengusaha. Keberadaan KOPTI di Desa Cimanggu I memberikan kemudahan kepada pengusaha tempe pola kemitraan yang karena ketersediaan kedelai yang lebih pasti ketimbang ketersediaan kedelai bagi pengusaha pola mandiri yang disediakan oleh pasar.

2.3 Karakteristik Tempe

Tempe adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Rhizopus oligosporus, kegiatan fermentasi melibatkan tiga faktor pendukung yaitu, bahan baku yang diolah kedelai, mikroorganisme jamur tempe dan lingkungan tumbuh. Proses pembuatan tempe yang terdiri atas perendaman, pencucian, pembilasan dan fermentasi secara akumultatif telah mampu menghancurkan zat gizi yang terdapat pada kedelai mentah. Teknologi tradisional dan relatif sederhana ini telah mampu menghancurkan zat anti gizi pada kedelai sekaligus menghasilkan zat gizi utama yang mampu memperbaiki mutu gizi kedelai Winarno, 1993. Tempe merupakan makanan tradisional yang telah dikenal masyarakat Indonesia sejak dulu terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Produk ini berbahan baku utama kedelai dan merupakan hasil dari proses fermentasi. Terdapat tiga faktor pendukung dalam proses pembuatan tempe yaitu bahan baku yang diurai, mikroorganisme, dan keadaan lingkungan tumbuh. Bahan baku yang dimaksud yaitu keping-keping biji kedelai yang telah direbus, mikroorganisme berupa kapang tempe Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, dan yang terakhir yaitu keadaan lingkungan tumbuh seperti suhu 30° C, pH awal 6,8 serta kelembapan nisbi 70-80 Sarwono, 1994. Permintaan akan tempe ini dipastikan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya populasi penduduk di Indonesia, sehingga akan berpengaruh pula pada peingkatan produsen tempe yang ada di setiap daerah atau kota yang ada di Indonesia guna memenuhi kebutuhan tempe yang ada di pasaran. Tingginya permintaan terhadap tempe tersebut merupakan sebuah peluang bisnis bagi para pelaku usaha tempe yang ada di Indonesia, sehingga akan memacu pada perilaku usaha yang efisien dalam produksi dan optimal dalam pendapatannya.

2.4 Jumlah Industri

2.4.1 Jumlah Industri Kecil di Indonesia

Data Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada tahun 2003 memperlihatkan bahwa jumlah industri kecil di Indonesia sebanyak 42.326.519 unit yang terdiri dari 24.735.693 unit pada sektor pertanian, perikanan dan peternakan, 379.141 unit pada sektor pertambangan dan penggalian, 2.560.846 unit pada sektor industri pengolahan, 9.185 unit pada sektor listrik, gas dan air bersih, 170.359 unit pada sektor bangunan, 8.456 unit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, 2.963.768 unit pada sektor pengangkutan dan komunikasi, 29.508 unit pada sektor keuangan, persewaan jasa perusahaan, dan 3.021.955 unit pada sektor jasajasa. Industri tempe termasuk dalam kategori industri pengolahan non migas. Data jumlah industri kecil berdasarkan sektor ekonomi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah industri kecil berdasarkan sektor ekonomi tahun 1999 - 2004 Sektor Tahun 1999 Tahun 2000 Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Pertanian, peternakan dan perikanan 23.174.579 23.516.865 24.012.534 24.619.874 24.735.693 Pertambangan, dan Panggalian 132.617 150.495 199.382 285.752 379.141 Industri, pengolahan 2.526.163 2.536.886 2.551.347 2.556.693 2.560.846 Listrik,gas dan air bersih 4.492 3.868 4.372 8.099 9.185 Bangunan 102.332 120.750 111.033 187.360 170.359 Perdagangan,hotel dan restoran 8.688.215 8.675.045 8.477.380 8.466.650 8.456.064 Pengangkutan dan komunikasi 1.707.762 1.868.081 1.779.150 2.295.984 2.963.768 Keuangan, perusahaan perseroan, dan jasa 24.143 25.034 25.667 27.392 29.508 Jasa-jasa 1.499.206 1.699.416 1.692.876 2.258.472 3.021.955 Jumlah 37.859.509 38.669.355 38..853.741 40.705.676 42.326.519 Sumber : Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Tahun 2004 diolah

2.4.2 Jumlah dan Sebaran Industri Tempe di Kabupaten Bogor

Industri tempe umumnya merupakan sektor informal yang jumlahnya sulit diketahui secara pasti. Hanya sedikit industri tempe yang mendaftarkan usahanya ke Departemen Perindustrian. Akan tetapi kebanyakan industri tempe tercatat dalam keanggotaan KOPTI. Berdasarkan data yang diperoleh dari KOPTI Kabupaten Bogor tahun 2012 terdapat 1.373 penggrajin tempe yang tersebar di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. Sedangkan di wilayah kotamadya terdapat 165 pengrajin tempe. Berbeda dengan Kabupaten Bogor, kotamadya Bogor mengalami penurunan jumlah pengrajin tempe sebesar 50. Penurunan ini terjadi karena beberapa wilayah pelayanan yang dulu tergabung dalam KOPTI kotamadya Bogor sekarang berpindah ke KOPTI daerah masing-masing seperti Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Cianjur. Pengrajin tempe di Kabupaten Bogor tersebar kedalam 22 wilayah pelayanan. Setiap wilayah pelayanan dikepalai oleh seorang Kepala Wilayah Pelayanan KWP yang ditetapkan dari KOPTI. Wilayah pelayanan kedelai di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Penyebaran dan jumlah anggota KOPTI di Kabupaten Bogor No. Penyebaran Wilayah Jumlah Anggota 1. Ciseeng 101 2. Parung 106 3. Cibinong 105 4. Citereup I 115 5. Citereup II 82 6. Bojonggede 49 7. Sukaraja 45 8. Ciawi Megamendung 23 9. Caringin Cijeruk 65 10. Tamansari 50 11. Leuwiliang 39 12. Ciampea 62 13. Cibungbulang 34 14. Jasinga 20 15. Dramaga 19 16. Cimanggu 37 17. Cilrndek 84 18. Depok I 68 19. Depok II 111 20. Sawangan I 77 21. Sawangan II 17 22. Cimanggis 64 Jumlah 1.373 Sumber : Kantor KOPTI Kabupaten Bogor 2012 Diolah