Karakteristik Ekonomi Pengusaha Pola Kemitraan dan Pola Mandiri

lalu direndam kembali. Perendaman yang dilakukan oleh pengusaha pola kemitraan adalah selama 12-18 jam sedangkan perendaman yang dilakukan oleh pengusaha pola mandiri adalah selama 24 jam. Perendaman ini dilakukan untuk menghilangkan zat asam yang ada pada tempe hasil rebusan. Setelah kedelai selesai direndam selanjutnya kedelai tersebut dicuci kembali supaya kulit ari kedelai benar-benat lepas dari kedelai. Pengusaha kemitraan melakukan pencucian kedelai yang telah direndam selama satu kali saja, sedangkan pengusaha pola mandiri melakukan pencucian selama dua kali karena dengan mencuci dua kali akan menghasilkan pencucian yang lebih bersih, dan cara ini adalah cara yang dianjurkan oleh KOPTI Kabupaten Bogor. Setelah pencucian selanjutnya adalah melakukan peragian terhadap tempe yang akan dimasukan kedalam plastik. Pergaian ini dilakukan secara merata terhadap tempe yang telah disimpan rata di wadah peragian. Pengusaha pola kemitraan melakukan peragian selama 15-20 menit lamanya, sedangkan pengusaha pola mandiri melakukan peragian selama 10 menit. Peragian ini harus benar-benar tepat karena proses peragian ini adalah penanaman mikroba hidup yang akan tumbuh selama proses fermentasi. Setalah proses peragian selanjutnya adalah memasukan kedelai tersebut kedalam plastik sesuai dengan takaran yang disiapkan. Plastik yang digunakan untuk membungkus tempe ini adalah plastik yang sebelumnya telah diberikan lubang lubang. Tujuan dari pelubangan ini adalah untuk memberikan lubang udara yang akan membantu kesempurnaa proses fermentasi. Pelubangan terhadap plastik yang dilakukan oleh pengusaha pola kemitraan adalah dengan jarak lubang yang tidak beraturan, sedangkan pengusaha pola mandiri memberikan lubang di plastiknya dengan jarak yang rapi yaitu 2 cm tiap lubang sesuai dengan arahan dari KOPTI Kabupaten Bogor. Tempe yang dihasilkan oleh pengusaha pola kemitraan dan pola mandiri di Desa Cimanggu I telah melalui tahapan proses produksi yang dijelskan pada Gambar 2. Gambar 2. Tahapan Proses Produksi Tempe di Desa Cimanggu I. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Tempe Pola Mandiri dan Pola Kemitraan

6.4.1 Karakteristik Input Produksi

Input produksi yang akan dianalis dalam penelitian ini adalah kedelai, ragi, gas, dan air. Input ini kemudian akan dicari tahu seberapa besar pengaruhnya Kedelai Pencucian Kedelai Peredaman Kedelai Perebusan Kedelai Penirisan Kedelai Pemecahan Kedelai Dalam Mesin Pemecah Pencucian Kedelai Setelah Pemecahan Peragian Kedelai Pembungkusan Kedelai Setelah Peragian Fermentasi Kedelai Tempe terhadap output tempe yang dihasilkan. Sehinga dalam penelitian ini faktor produksi yang dianalisis yaitu kedelai, ragi, air, dan tenaga kerja.

6.4.1.1 Kedelai

Kedelai merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam suatu usaha tempe. Hasil produksi usaha tempe akan baik jika menggunakan bahan baku kedelai yang memiliki kualitas baik disertai dengan pola dan cara produksi yang tepat. Jenis kedelai yang digunakan oleh pengusaha tempe pola kemitraan dan pola mandiri sama yaitu kedelai hasil impor. Namun berbeda sumber bahan bakunya pengusaha tempe pola kemitraan memperolehnya dari koperasi, sedangkan pengusaha tempe pola mandiri memperoleh bahan bakunya dari pedagang pasar. Tabel 15 menunjukan penggunaan bahan baku kedelai sebagai faktor produksi usaha tempe di Desa Cimanggu I. Secara rinci, penggunaan kedelai untuk kedua pengusaha tempe dapat dilihat pada Tabel 14 dan Lampiran 2. Tabel 14 Perbandingan penggunaan kedelai pengusaha tempe pola kemitraan dan pola mandiri Kategori Pengusaha Rata-rata Penggunaan Kedelai kghari Harga Rata- rata RpKg Nilai Rphari Nilai Rptahun Pola Kemitraan 71,25 9.291,67 659.333,33 239.338.000,00 Pola Mandiri 72,50 9.070,00 656.250,00 238.218.750,00 Berdasarkan Tabel 14 penggunaan kedelai total rata-rata yang digunakan oleh pengusaha tempe pola kemitraan di Desa CImanggu I setiap harinya yaitu 71,25 kg dengan harga beli kedelai seharga Rp 9.291,67kg. Sedangkan pengusaha tempe pola mandiri menggunakan kedelai sebanyak 72,50 kghari dengan harga beli kedelai seharga Rp 9.070,00kg. Penggunaan kedelai tersebut hampir sama baik pengusaha pola kemitraan maupun pola mandiri dikarenakan kapasitas produksi dari mereka yang tidak terlalu besar setiap harinya, yaitu berkisar antara 50-100 kghari. Kedua pola pengusaha ini merupakan industri tempe yang skalanya masih skala industri rumahan yang mana penggunaan input bahan baku kedelai yang sedikit serta menggunakan mayoritas Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK dan hanya sedikit yang menggunakan Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK.