Tabel 9 Jumlah pengusaha tempe pola kemitraan dan pola mandiri berdasarkan
sebaran usia
Sebaran Usia Pola Kemitraan
Pola Mandiri Jumlah
Presentase Jumlah
Presentase 20-25
1 8
25-30 30-35
1 8
2 20
35-40 3
25 1
10 40-50
7 59
7 70
Jumlah 12
100 10
100
Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa sebaran usia pengusaha tempe pola kemitraan Desa Cimanggu I cukup bervariasi dengan selang usia antara 20-
50 tahun. Begitupun dengan sebaran usia pengusaha tempe pola mandiri , petani yang memiliki usia paling muda adalah berumur 20-25 tahun dan usia paling tua
adalah berumur 40-50 tahun. Sebaran usia pengusaha tempe pola kemitraan Desa Cimanggu I dengan persentase terbesar berada pada range usia 40-50 tahun
dengan nilai 59, sedangkan persentase terendah berada pada range usia 20-30 tahun dengan nilai persentase 8. Hal ini dikarenakan beberapa dari warga Desa
Cimanggu I menjadikan sektor usaha tempe bukan sebagai mata pencaharian pokok di usia produktif mereka, sehingga di usia produktif mereka lebih memilih
sektor usaha lain ketimbang menggeluti usaha tempe yang turun temurun. Sedangkan pengusaha tempe pola Mandiri memiliki sebaran usia
pengusaha tempe tertinggi pada range usia 40-50 tahun dengan nilai persentase sebesar 70. Sedangkan sebaran usia terendah berada pada range usia 20-30
tahun dengan nilai sebesar 0. Hal ini dikarenakan warga Desa Cimanggu I pada usia produktif tidak memilih menjadikan usaha tempe sebagai pencaharian utama
sehingga jumlah pengusaha tempe yang relatif muda jarang ada yang menekuni usaha tempe ini. Hal lain adalah ingin berusaha memperbaiki kehidupan dengan
sektor usaha berbeda yang lebih baik dari usaha keluarga saat ini.
6.1.1.2 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden akan berpengaruh terhadap tingkat penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan dalam pengelolaan
usaha tempe. Responden penelitian ini sebagian besar telah mendapatkan
pendidikan formal, mulai dari tingkat Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP, Sekolah Menengah Akhir SMA, hingga tingkat Perguruan
Tinggi PT. Sebaran pengusaha tempe responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Jumlah pengusaha tempe pola kemitraan dan pola mandiri berdasarkan tingkat pendidikan
Status Pendidikan Pola Kemitraan
Pola Mandiri Jumlah
Presentase Jumlah
Presentase Tidak tamat SD
1 8
SD 6
50 7
70 SMP
5 42
3 30
SMA Jumlah
12 100
10 100
Berdasarkan data pada Tabel 10 menunjukkan sebaran tingkat pendidikan yang ditempuh oleh pengusah tempe pola kemitraan dan pola mandiri di Desa
Cimanggu I. Persentase tertinggi sebanyak 50 dari total pengusaha tempe pola kemitraan Desa Cimanggu I merupakan pengusaha dengan tingkat pendidikan
terakhir Sekolah Dasar SD. Sedangkan persentase terendah sebesar 0 dari total petani responden merupakan petani dengan tingkat pendidikan terakhir Sekolah
Menengah Atas SMA. Hal yang hampir sama terjadi pada pengusaha tempe pola mandiri, petani dengan tingkat pendidikan terakhir SD menjadi persentase
tertinggi yaitu sebesar 70. Sedangkan persentase terendah yaitu petani dengan tingkat pendidikan terakhir SMA dan Tidak Tamat SD dengan nilai masing-
masing sebesar 0. Pola pendidikan yang dijalani oleh pengusaha tempe pola kemitraan dan
pola mandiri di Desa Cimanggu I sangat rendah, sehingga banyak dari masyarakat Desa Cimanggu I hanya menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SD. Hal ini
mengakibatkan tingkat penyerapan teknologi dalam mengembangkan usaha tempe pola kemitraan dan pola mandiri sangat rendah.
6.1.1.3 Pengalaman Usaha Tempe
Keberhasilan suatu usaha tempe responden tidak terlepas dari pengalamannya dalam mengelola usahanya. Semakin lama seorang pengusaha
berwirausaha dalam bidang usaha tempe, maka semakin banyak pula pengalaman
usaha yang dimiliki oleh pengusaha dalam mengelola usahanya agar menjadi lebih baik.
Tabel 11 Jumlah pengusaha tempe pola kemitraan dan mandiri berdasarkan pengalaman usaha
Pengalaman Usaha
Pola Kemitraan Pola Mandiri
Jumlah Presentase
Jumlah Presentase
0-5 2
17 5-10
1 10
10-15 2
17 1
10 15-20
1 10
20-25 8
66 7
70 Jumlah
12 100
10 100
Berdasarkan data pada Tabel 11 pengalaman usaha tempe pola kemitraan di Desa Cimanggu I beragam, dengan pengalaman paling rendah yaitu 0-5 tahun
dan pengalaman paling lama yaitu 20-25 tahun. Begitupun pengalaman usaha tempe Pola Mandiri Desa Cimanggu I, pengalaman usaha tempe paling rendah
yaitu 5-10 tahun dan pengalaman paling lama yaitu 20-25 tahun. Tabel 11 menunjukkan bahwa pengalaman usaha tempe pola kemitraan di Desa Cimanggu
I sebagian besar 66 berkisar pada 20-25 tahun, sedangkan pengusaha dengan pengalaman usaha 0-5 tahun merupakan range pengalaman usaha terendah 17.
Begitupun dengan pengusaha tempe pola mandiri, pengusaha tempe pola mandiri sebagian besar pegusahanya telah berpengalaman dalam usahatani selama 20-25
tahun, sedangkan petani dengan pengalaman 0-5 tahun menjadi range pengalaman usahatani terendah. Pengalaman usaha merupakan salah satu indikator
keberhasilah suatu usaha, dimana dengan semakin lama pengalaman seorang pengusaha dalam mengelola ushanya, maka diharapkan produksi tempe akan lebih
baik dan meningkat. Hal ini dikarenakan semakin lama pengalamana seorang pengusaha tempe dalam mengelola usahanya semakin banyak pula ilmu yang
dimiliki yang akan berguna untuk dapat meningkatkan hasil produksi tempe dalam uahanya.
6.2 Karakteristik Ekonomi Pengusaha Pola Kemitraan dan Pola Mandiri
Dalam melakukan usahanya baik pengusaha tempe pola kemitraan maupun pengusaha pola mandiri memiliki karakteristik khas masing-masing dan
memiliki cara sendiri dalam menjalankan usahanya. Mulai dari penggunaan bahan
baku, sumber bahan baku dan kualitas, proses produksi, wilayah pemasaran, serta sumber modal awal yang digunakan ketika memulai usahanya, adapun hasil
output produksi dari kedua pola usaha ini adalah hanya menghasilkan tempe saja dan tidak menghasilkan output yang lain. Secara spesifik karakteristik umum
pengusaha pola kemitraan dan pola mandiri dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Karakteristik Ekomomi pengusaha tempe pola kemitran dan pola
mandiri
Karakteristik Umum Pola Kemitraan
Pola Mandiri Input
Kedelai Kedelai
Sumber Input kualitas Koperasi Impor, pengusaha
pola kemitraan mendapatkan jaminan kemudahan
memperoleh kedelai karena disediakan oleh koperasi
Non Koperasi Impor, pengusaha pola mandiri tidak mendapataka n
jaminan dalam kemudaha memperoleh kedelai karena tidak
disediakan oleh koperasi
Proses Produksi Menggunakan cara
Tradisional yang sudah turun temurun sejak lama dan tidak
mengikuti anjuran penyuluhan dari KOPTI
Menggunakan anjuran dari KOPTI dan meninggalkan tradisi
yang turun temurun sejak lama
Output Tempe
Tempe Pemasaran
Pasar Ciampea Desa-desa dalam Kecamatan
Cibungbulang Sumber Modal Awal
Modal Pribadi Modal Pribadi dan Patungan
Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 12 menunjukan bahwa input yang digunakan oleh pengusaha tempe pola kemitraan dan pola mandiri adalah
sama menggunakan kedelai sebaga bahan baku utamanya. Pengusaha pola kemitaan memperoleh bahan baku tersebut dari koperasi yang ada di daerah Desa
Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang. Sedangkan pengusaha pola mandiri memperoleh bahan baku dari non koperasi pedagang biasa yang ada di pasaran.
Jenis kedelai yang digunakan oleh pengusaha pola kemitraan dan pola mandiri adalah jenis kedelai impor. Keduanya sama-sama menggunakan kedelai jenis
impor daripada kedelai lokal, dikarenakan kedelai impor memiliki kualitas lebih baik serta ketersediaannya yang relatif stabil dibadingkan dengan kedelai lokal.
Dalam melakukan proses produksi tempenya pengusaha pola kemitraan menggunakan cara tradisional yang sejak lama telah mereka gunakan. Sedangkan
pengusaha pola mandiri menggunakan cara terbaru yaitu cara-cara yang diajarkan oleh penyuluh-penyuluh KOPTI Kabupaten Bogor. Jika melihat dari status
keanggotaan seharusnya pengusaha pola kemitraan menggunakan cara yang