Biaya dan Pendapatan Usaha Gaharu Total 90.300 Biaya Tetap

Penentuan kualitas gaharu di Provinsi Bengkulu dengan melihat kriteria dari bentuk, warna, serat, aroma, dan bobotnya. Walaupun telah ditetapkan kriteria tersebut namun kualitas gaharu bisa berbeda tergantung pada pendapat yang melakukan penentuan kualitas, kualitas gaharu sangat berhubungan erat dengan harga yang akan ditetapkan, sehingga seringkali pada jenis kualitas yang sama memiliki harga yang berbeda, sejauh ini dalam pengusahaan gaharu yang dilakukan di beberapa tempat yang paling berperan dalam menentukan kualitas gaharu adalah pembeli sehingga hal ini dapat memberikan dampak yang merugikan bagi para pelaku usaha gaharu yang melakukan penjualan. Kualitas gaharu sebenarnya sudah distandarkan oleh SNI 01-5009.1-1999 dengan tujuan untuk menyetarakan kualitas gaharu agar tidak ada perbedaan kualitas dan harganya. Namun SNI tersebut belum diberlakukan dengan baik oleh pelaku pemasaran gaharu di Indonesia, hal ini diduga karena sebagian dari pelaku usaha gaharu pencari, pedagang pengumpul kecil, pengumpul besar dan eksportir tidak memiliki pengetahun tentang kualitas yang sudah distandarkan oleh SNI tersebut dan tidak adanya kewajiban untuk menggunakan standar kualitas gaharu ini. Selain itu juga dapat dilihat terdapat perbandingan antara kriteria kualitas yang dijelaskan Lampiran 2 yaitu kriteria tersebut lebih mudah dipahami dan lebih jelas pemaparanya dari segi bentuk, warna, kandungan damarnya, dan aromanya dibandingkan dengan kriteria setiap kualitas gaharu yang dituliskan di dalam SNI sehingga mereka lebih mengutamakan keahlian dan pengalaman mereka dalam menentukan kualitas gaharu ini.

5.4 Biaya dan Pendapatan Usaha Gaharu

Karakteristik usaha gaharu alam yang ada di Provinsi Bengkulu juga dapat dideskripsikan melalui analisis biaya dan pendapatan usaha gaharu. Biaya dan pendapatan usaha gaharu dipengaruhi oleh harga gaharu, volume penjualan, saluran tataniaga, dan besarnya keuntungan pada setiap pelaku usaha.

5.4.1 Biaya Usaha Gaharu

Biaya usaha gaharu merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pelaku-pelaku yang terlibat dalam pengusahaan gaharu alam, mulai dari biaya yang dikeluarkan oleh kelompok pencari, pedagang pengumpul kecil, dan pedagang pengumpul besar yang dinyatakan dalam rupiah per kilogram. Komponen biaya dari setiap pelaku pengusahaan gaharu berbeda pada masing-masing tingkat pelaku. Perbedaan biaya juga ditentukan oleh saluran tataniaga yang dilakukan. Adapun komponen biaya dan besarnya biaya yang dikeluarkan ditingkat pencari gaharu pada saluran I dan II dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Biaya di tingkat pencari gaharu dalam satu periode 2 minggu Saluran I Saluran II Total Biaya Rp Kg persentase Total Biaya Rp Kg Persentase Komponen Biaya perkelompok Komponen Biaya per kelompok Biaya Variabel Biaya Variabel Perbekalan 88.400 42.64 Perbekalan 38.700 41.61 Transportasi 118.100 56.98 Transportasi 51.600 55.47 Total 206.500

99.63 Total 90.300

99.63 Biaya Tetap

Biaya Tetap Peralatan 800 0.37 Peralatan 400 0,37 total 800

0.37 total 400

0,37 Total Biaya 207.300 100.00 Total Biaya 90,700 100.00 Sumber : Data Primer Diolah 2010 Catatan : Pehitungan dapat dilihat pada lampiran 3 Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa biaya yang dikeluarkan oleh kelompok pencari gaharu pada saluran I dan II terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel terbesar ditingkat pencari adalah pada saluran I dengan total biaya Rp 207.300kg , sebaran biaya tersebut yaitu biaya tetap sebesar Rp 800kg 0,37 dan biaya variabel sebesar Rp 206.500kg 99,63. Sedangkan, pada saluran II total biaya sebesar Rp 90.700kg dengan seberan biaya tetap Rp 400kg 0,37 dan biaya variabel Rp 90.300kg 99,63. Walaupun total biaya berbeda namun persentasi kedua biaya tersebut pada kedua saluran tersebut adalah sama, dimana sebagian besar biaya yang dikeluarkan adalah biaya variabel yaitu 99,63 dan biaya tetap 0,37. Perbedaan biaya yang dikeluarkan oleh kelompok pencari gaharu di kedua saluran ini dipengaruhi oleh jumlah anggota kelompok dan hasil yang didapatkan. Hasil yang didapatkan oleh kelompok pencari pada saluran I lebih kurang 7 kg per periode pencarian 2 minggu. Sedangkan hasil yang diperoleh kelompok pencari pada saluran II lebih kurang 10-15 kg per periode pencarian 2 minggu. Sehingga, biaya pada saluran I menjadi dua kali lebih besar dibandingkan dengan biaya pada saluran II. Biaya variabel yang lebih besar daripada biaya tetap ini menunjukan bahwa resiko yang ditanggung oleh kelompok pencari gaharu besar karena modal yang telah dikeluarkan tersebut tidak dapat dikembalikan apabila pada saat dilakukannya pencarian gaharu tidak mendapatkan hasil. Selain biaya pada tingkat pencari, terdapat juga biaya pada tingkat pedagang pengumpul. Berikut komponen biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul kecil dan pedagang pengumpul besar. Tabel 16 Biaya di tingkat pedagang pengumpul Komponen Biaya di Tingkat Pedagang Pengumpul Pedagang Pengumpul Kecil Pedagang Pengumpul Besar No Biaya Variabel RpKg Persentase Rp Kg Persentase 1 Bahan bakar 3.700,00 3,69 20.000,00 13.86 2 Sortir 25.000,00 24,59 25.000,00 17.37 3 Pengaritan 50.000,00 49,17 50.000,00 34,66 5 Akomodasi 10.000,00 6,93 6 Pengemasan - 1.000,00 0,69 IHH 7 Gaharu - 20.000,00 13,86 8 Kemedangan - 2.000,00 13,89 Total biaya variabel 78.700,00 77,45 128.000,00 88,73 Biaya Tetap 9 Gudang 6.700,00 6,56 1.700,00 1,19 10 11 12 13 Perijinan Motor 1 unit Mobil 2 unit Timbangan - 16.000,00 - 300,00 - 15,74 - 0,26 300,00 3.400,00 10.700,00 100,00 0,20 2,38 7,43 0,08 Total biaya tetap 23.000,00 22,55 16.200,00 11,27 Total Biaya 101.700,00 100.00 144.200,00 100.00 Sumber : Data Primer Diolah 2010 Catatan : perhitungan biaya dapat dilihat pada lampiran 3 Tabel 16 menunjukan bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul kecil dalam satu periode pennjualan 1-2 bulan adalah sebesar Rp 101.700,00kg dengan biaya variabel sebesar Rp 78.700,00kg 77,45 sedangkan biaya tetap sebesar Rp 23.000,00kg 22,55. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul besar adalah Rp 144.200,00kg dengan sebaran biaya variabel sebesar Rp 128.000,00kg 88,73 dan biaya tetap sebesar Rp 16.200,00kg 11,27, dari ketiga pelaku pemasaran gaharu ini persen biaya yang paling besar adalah biaya variabel.

5.4.2 Marjin Harga Jual Gaharu

Harga adalah jumlah nilai yang dipertukarkan oleh para pelaku usaha gaharu. Harga gaharu ditetapkan berdasarkan tingkat kualitas dan tingkat pelaku usaha gaharu dengan tujuan untuk mencapai keuntungan dan menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan. Biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing pelaku usaha berbeda, sehingga terbentuk marjin harga. Marjin harga dianalisis untuk mengetahui besarnya perbedaan harga pada masing-masing pelaku usaha gaharu di Provinsi Bengkulu mulai dari pencari gaharu, pedagang pengumpul kecil, dan pedagang pengumpul besar. Marjin harga diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli yang diterima oleh masing-masing pelaku usaha. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, harga gaharu pada masing- masing tingkat pelaku usaha berbeda. Perbedaan harga dipengaruhi oleh tingkat kelas kualitas gaharu dan tingkat pelaku usaha gaharu. Berikut perbedaan harga penjualan gaharu berdasarkan tingkat pelaku usaha gaharu dan tingkat kualitas gaharu yang dapat dilihat pada Tabel 17 dan 18. Tabel 17 Selisih harga penjualan gaharu di Bengkulu saluran tataniaga I No Kualitas Gaharu Harga Gaharu yang diteima pada masing-masing pelaku usaha gaharu Rpkg Pencari PK PB 1 Gaharu Super 4.500.000 6.500.000 2.000.000 11.000.000 4.500.000 2 Kelas AB 3.000.000 4.700.000 1.700.000 9.000.000 4.300.000 3 Kelas BC 1.800.000 2.500.000 700.000 4.500.000 2.000.000 4 Kelas C1 1.400.000 2.000.000 600.000 3.500.000 1.500.000 5 Kelas C2 1.100.000 1.500.000 400.000 2.850.000 1.350.000 6 Kemedangan 900.000 1.250.000 350.000 2.500.000 1.250.000 7 Kelas Teri 300.000 425.000 125.000 600.000 175.000 Sumber : Data Primer 2010 Keterangan : PK Pedagang pengumpul kecil PB Pedagang pengumpul besar Selisih harga Tabel 18 Selisih harga penjualan gaharu di Bengkulu saluran tataniaga II No Kualitas Gaharu Harga diterima Pelaku Usaha RpKg Pencari Pedagang pengumpul besar 1 Gaharu Super 5.000.000 11.000.000 6.000.000 2 Kelas AB 3.500.000 9.000.000 5.500.000 3 Kelas BC 2.400.000 4.500.000 2.100.000 4 Kelas C1 1.800.000 3.500.000 1.700.000 5 Kelas C2 1.300.000 2.850.000 1.550.000 6 Kemedangan 1.100.000 2.500.000 1.400.000 7 Kelas Teri 400.000 600.000 200.000 Sumber : Data Primer 2010 Catatan : Selisih harga Tabel 17 dan 18 menunjukkan bahwa harga gaharu sangat beragam sesuai dengan tingkat pelaku usaha gaharu dan tingkat kelas kualitas gaharu. Semakin baik kualitas gaharu maka harga gaharu semakin mahal, semakin rendah kualitas gaharu maka harganya pun semakin rendah. Harga gaharu yang diterima kelompok pencari dari kelas gaharu kualitas teri sampai kelas gaharu kualitas super pada saluran I yaitu Rp 300.000-Rp 4.500.000 dan pada saluran II sebesar Rp 400.000-Rp 5.000.000. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa harga gaharu dari kelas terendah sampai kelas tertinggi meningkat 3-15 kali lipat. Selain itu, harga gaharu yang diterima pedagang pengumpul kecil dari kelas kualitas terendah sampai kelas kualitas tertinggi berkisar Rp 425.000- Rp 6.500.000 yang artinya harga gaharu meningkat 3-15 kali dari harga kelas gaharu kualitas terendah. Marjin harga yang diperoleh pedagang pengumpul kecil sebesar Rp 125.000-Rp 2.000.000 atau pedagang pengumpul kecil menjual gaharu dengan harga 1,4-1,6 kali dari harga di tingkat kelompok pencari gaharu. Harga di tingkat pedagang pengumpul besar berkisar Rp 600.000-Rp 11.000.000 yang artinya harga gaharu meningkat 4-18 kali dari harga kelas gaharu kualitas terendah dengan marjin harga pada saluran I sebesar Rp 175.000-Rp 4.500.000 dan marjin harga pada saluran II sebesar Rp 200.000-Rp 6.000.000. Sehingga harga gaharu di tingkat pedagang pengumpul besar pada saluran I meningkat 1,4- 2 kali lipat dari harga ditingkat pedagang pengumpul kecil dan pada saluran II meningkat 1,5-2,5 kali dari harga. Hal ini menunjukan bahwa marjin yang diperoleh pedagang pengumpul besar pada saluran II lebih besar dibandingkan pada saluran I. Dengan demikian pelaku usaha yang menerima harga tertinggi adalah pedagang pengumpul besar yaitu sebesar 1,4-2,5 kali lipat dari harga kelompok pencari gaharu maupun dari pedagang pengumpul kecil. Sedangkan harga terendah diterima oleh kelompok pencari gaharu. Hal ini dikarenakan pada umumnya penentuan kualitas dan harga gaharu didominasi oleh pelaku usaha yang melakukan pembelian, selain itu juga harga gaharu yang ditentukan secara tawar menawar dimana pencari gaharu memiliki posisi tawar yang rendah daripada pelaku usaha yang lain. Posisi tawar yang rendah ini karena adanya keterikatan modal yang diberikan oleh pedagang pengumpul pada pencari gaharu dan kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh kelompok pencari gaharu. 5.4.3 Volume Penjualan Gaharu 5.4.3.1 Kelompok Pencari Gaharu Berdasarkan wawancara, hasil pencarian kelompok gaharu di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Seluma sebanyak 15-20 kg per periode 2 minggu dan Kabupaten Kaur sebanyak 5-15 kg per periode pencarian 2 minggu. Hasil yang diperoleh tersebut terdistribusi pada tujuh kualitas gaharu yang terdapat di lokasi penelitian yaitu kualitas super, AB, BC, C1, C2, Kemedangan, dan kelas teri. Adapun komposisi hasil yang diperoleh pencari gaharu lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19. Tebel 19 Komposisi dugaan rata-rata hasil gaharu per kelompok pencari per periode 2 minggu No Komposisi rata-rata pencarian gaharu Bengkulu selatan dan Seluma Kaur Kualitas gaharu Jumlah kg Persentase Jumlah kg Persentase 1 Super 0,03 0,20 0,05 0,70 2 AB 0,20 1,30 0,20 2,90 3 BC 0,50 3,10 0,50 7,10 4 C1 0,50 3,10 0,50 7,10 5 C2 0,75 4,70 0,75 10,70 6 Kemedangan 1,00 6,30 1,00 14,30 7 Teri 13,00 81,30 4,00 57,10 Total Sumber : Data Primer Diolah 2010 Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa dugaan rata-rata hasil yang didapatkan oleh kelompok pencari gaharu dalam satu peiode pencarian 2 minggu adalah 11,5 kg. Berdasarkan wawancara, pada lokasi penelitian terdapat 50 kelompok pencari gaharu. Kelompok pencari ini melakukan pencarian gaharu maksimal enam kali dalam satu tahun. Sehingga, dapat diduga rata-rata hasil yang diperoleh setiap tahunya lebih kurang 3500 kg. Hasil pencarian gaharu dijual berdasarkan kelas kualitas dengan volume penjualan sesuai dengan hasil yang diperoleh. Adapun volume penjualan beradarkan dugaan rata-rata hasil per kelompok per periode dapat dibedakan menjadi kelas gubal kelas super dan AB dan kelas kemedangan BC, C1, C2, kemedangan, dan teri. Sehingga diduga volume penjualan kelas gubal adalah 0,24 kg per kelompok per periode atau lebih kuran 72 kg per tahun. Sedangkan volume penjualan gaharu kelas kemedangan adalah 11,25 kg per kelompok per periode atau lebih kurang 3375 kg per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kelas kualitas gaharu maka semain sulit gaharu ditemukan. Terlihat dari kecilnya persentase dugaan rata-rata volume penjualan kelas gubal yaitu 2,08 per tahun. Sedangkan, semakin rendah kelas kualitas gaharu maka gaharu tersebut lebih mudah ditemukan yang ditunjukkan dari persentase dugaan rata-rata volume penjualan kelas kemedangan yaitu 97,91 5 per tahun.

5.4.4.2 Pedagang Pengumpul Kecil

Pedagang pengumpul kecil melakukan pembelian gaharu langsung dari kelompok pencari gaharu. yang kemudian setelah melakukan pembelian pedagang pengumpul kecil selanjutnya melakukan kegiatan-kegitan seperti penyortiran, pembersihan, dan pengaritan agar gaharu yang akan dijual kepada pedagang pengumpul besar mendapatkan nilai jual yang tinggi. Pedagang pengumpul kecil melakukan penjualan gaharu dalam waktu dua bulan sekali, sehingga penjualan per tahunnya dilakukan sebanyak 7-8 kali dengan volume penjualan 20 kg per periode penjualan atau lebih kurang 150 kg per tahun. Adapun komposisi dugaan volume penjualan gaharu yang dilkukan di tingkat pedagang pengumpul kecil dalam satu periode penjualan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Komposisi volume penjualan gaharu di tingkat pedagang pengumpul kecil No Komposisi volume penjualan gaharu di tingkat pedagang pengumpul kecil Kelas Kualitas Gaharu Volume kg Persentase 1 Super 0,25 1,25 2 AB 0,75 3,75 3 BC 1,00 5,00 4 C1 1,50 7,50 5 C2 1,50 7,50 6 Kemedangan 2,00 10,00 7 Teri 13,00 65,00 Total 20,00 100,00 Sumber : Data Primer Diolah 2010 Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa komposisi dugaan volume penjualan gaharu untuk kelas gubal adalah 1 kg per periode atau 7-8 kg per tahun. Sedangkan dugaan volume penjualan kelas kemedangan adalah 19 kg per periode atau 142,5 kg per tahun. Dengan demikian total penjualan gaharu di tingkat pedagang pengumpul kecil adalah 150 kg per tahun.

5.4.4.3 Pedagang Pengumpul Besar

Pedagang pengumpul besar melakukan penjualan gaharu ke eksportir di luar provinsi. Gaharu yang dijual merupakan gaharu yang telah dikumpulkan langsung dari kelompok pencari gaharu dari pedagang pengumpul kecil. Pedagang pengumpul besar melakukan penjualan pada rentang waktu dua bulan dalam satu periode atau sebanyak 4-5 kali penjualan dalam satu tahun. Volume penjualan yang berasal dari pedagang pengumpul kecil sebanyak 20 kg dan dari kelompok pencari gaharu sebanyak 130 kg per periode. Sehingga dugaan volume penjualan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul besar dalam satu periode penjualan adalah sebanyak 150 kg atau lebih kurang 700 kg per tahun. Berikut komposisi dugaan volume penjualan gaharu pada tingkat pedagang pengumpul besar dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Komposisi volume penjualan gaharu di tingkat pedagang pengumpul besar No Kualitas Volume kg Persentase 1 Super 0,75 0,50 2 AB 1,75 1,26 3 BC 2,50 1,70 4 C1 8,50 5,70 5 C2 11,50 7,70 6 Kemedangan 12,00 8,00 7 Teri 113,00 75,3 Total 150,00 100,00 Sumber : Data Primer Diolah 2010 Tabel 21 menunjukan bahwa komposisi penjualan gaharu di tingkat pedagang pengumpul besar tersebar dalam setiap kualitas gaharu, pada tabel tersebut terlihat volume penjualan gaharu pada kualitas teri adalah komposisi yang terbanyak yaitu sebanyak 113 kg 75,3 dan volume penjualan gaharu yang paling sedikit adalah gaharu kualitas terbaik yaitu gaharu super sebanyak 0,75 kg 0,5 dari total penjualan sebanyak 150 kg.

5.4.4 Saluran Tataniaga Gaharu

Tataniaga merupakan suatu kegiatan menyalurkan barang dan jasa dari produsen sampai ke konsumen. Saluran tataniaga merupakan jembatan antara produsen dalam hal ini pencari gaharu dengan konsumen akhir melalui berbagai Pencari Gaharu Pencari Eksportir tingkatan pelaku usaha. Tataniaga gaharu melibatkan beberapa pelaku usaha gaharu yang akan membentuk saluran tataniaga masing-masing. Saluran tataniaga tersebut digambarkan secara skematis pada Gambar 9. 1 Kelompok I 1 Kelompok II 4 kelompok3 ,1 2 1 ,1 kelompok Gambar 9 Saluran tataniaga gaharu di provinsi Bengkulu. Keterangan : Kaur Bengkulu Selatan BS Seluma Pencari Terikat Pencari Bebas Gambar 9 menunjukkan bahwa dalam proses tataniaga gaharu di Provinsi Bengkulu terdapat dua saluran tataniaga, yaitu saluran I yang melibatkan pelaku usaha gaharu. Sedangkan, saluran tataniaga II hanya melibatkan pelaku usaha gaharu meliputi pencari gaharu dan pedagang pengumpul besar. Dari kedua saluran tataniaga yang ada di lokasi penelitian, terlihat bahwa masing-masing pelaku dalam pengusahaan gaharu memiliki keterkaitan antar pelaku. Pedagang pengumpul kecil melakukan pembelian gaharu kepada kelompok pencari gaharu dan menjualnya ke pedagang pengumpul besar. Begitu juga dengan pedagang pengumpul besar, melakukan pembelian dari pedagang pengumpul kecil dan pencari gaharu, selanjutnya menjualnya langsung ke eksportir. Kelompok pencari melakukan penjualan gaharu kepada pedagang pengumpul besar dan pedagang pengumpul kecil.

5.4.4.1 Saluran Tataniaga I

Saluran tataniaga ini terdiri dari pencari gaharu, pedagang pengumpul kecil, dan pedagang pengumpul besar. Saluran tataniaga dalam penelitian ini terdapat di Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Pedagang pengumpul kecil berfungsi untuk menyalurkan gaharu dari kelompok pencari ke pedagang pengumpul besar. Kelompok pencari gaharu yang melakukan penjualan melalui saluran tataniaga ini adalah kelompok pencari gaharu dari kabupaten Kaur. Hal ini karena pedagang pengumpul kecil hanya terdapat di kabupaten Kaur, selain itu jarak antar pencari gaharu dengan pedagang pengumpul besar cukup jauh, Pedagang Kecil Kab. Kaur Pedagang Besar Kab. BS sehingga pencari gaharu lebih memilih menjual hasil pencarian melewati pedagang pengumpul kecil. Pencari gaharu yang melakukan penjualan hasil pencaria kepada pedagang pengumpul kecil hanya beberapa kelompok pencari saja. Kelompok pencari gaharu yang melakukan penjualan ke pedagang pengumpul kecil hanya beberapa kelompok pencari saja. Berdasarkan hasil wawancara, kelompok pencari gaharu yang menjual hasil pencarian ke pedagang pengumpul kecil hanya dua kelompok dari empat kelompok pencari, yang terdiri dari satu kelompok pencari bebas dan satu kelompok pencari terikat. Adapun alasan kelompok pencari lebih memilih menjual hasil melalui pedagang pengumpul kecil karena dengan perhitungan biaya transportasi dan volume hasil yang didapatkan serta adanya keterikatan modal ke pedagang pengumpul kecil. Rendahnya volume gaharu yang didapatkan pencari gaharu dipengaruhi oleh keberuntungan dan keahlian pencari. Selain itu, dalam sistem tataniaga gaharu yang ada di provinsi Bengkulu terdapat kesepakatan antara pedagang pengumpul kecil dan pedagang pengumpul besar yaitu pedagang pengumpul kecil menangani penjualan gaharu khusus di kabupaten Kaur yang merupakan salah satu isi dari surat penunjukan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul besar dengan persetujuan BKSDA. Dengan kata lain bahwa setiap kelompok pencari gaharu harus menjual hasil yang diperolehnya kepada pedagang pengumpul kecil, akan tetapi karena adanya kelemahan dalam pelaksanaan dan pengendalian pencari gaharu menyebabkan pedagang pengumpul besar menerima penjualan yang dilakukan oleh kelompok pencari gaharu yang berasal dari kabupaten Kaur. Rata-rata volume penjualan gaharu ke pedagang pengumpul kecil di kabupaten Kaur sebesar 7 kg dalam satu periode pencarian. Pedagang pengumpul kecil mengumpulkan gaharu dari beberapa kelompok pencari. Setelah mengumpulkan gaharu lebih kurang 20 kg, pedagang pengumpul kecil akan menjual gaharunya ke pedagang pengumpul besar.

5.4.4.2 Saluran Tataniaga II

Saluran tataniaga II lebih pendek dari saluran tataniaga I, dimana hanya terdapat dua pelaku usaha yang terlibat yaitu kelompok pencari gaharu dan pedagang pengumpul besar. Dalam penelitian ini terdapat enam kelompok 75 merupakan kelompok yang melakukan penjualan gaharu pada saluran ini. Umumnya kelompok pencari yang melakukan penjualan langsung ke pedagang pengumpul besar merupakan kelompok pencari yang berasal dari kabupaten Seluma dan kabupaten Bengkulu Selatan. Kelompok pencari memilih saluran tataniaga ini karena hasil yang didapatkan dalam jumlah besar, kelompok pencari yang berdomisili dekat dengan pedagang pengumpul besar, tidak adanya pedagang pengumpul kecil di kabupaten Seluma dan adanya keterkaitan modal berupa pinjaman yang diberikan pedagang pengumpul besar kepada kelompok pencari atau lebih dikenal dengan kelompok pencari terikat. Rata-rata penjualan yang dilakukan oleh kelompok pencari kepada pedagang pengumpul besar sebesar 15-20 kg dalam sekali penjualan, sedangkan rata-rata penjualan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul kecil kepedagang pengumpul besar sebesar 20 kg dalam sekali periode penjualan. Jumlah hasil yang besar ini juga akan menekan biaya transportasi. Semakin banyak jumlah produksi maka besarnya biaya yang dikeluarkan per kilogram gaharu akan lebih kecil. Pada saluran pemasaran ini pencari melakukan kegiatan pengangkutan gaharu ke pedagang pengumpul besar dengan menggunakan kendaraan bermotor atau mobil. Pedagang pengumpul besar akan mejual gaharu ke eksportir gaharu yang berada di Riau. Gaharu yang di beli oleh pedagang pengumpul besar, yang telah mengalami sortasi dan pengaritan ditingkat pencari gaharu, akan tetapi ditingkat pedagang besar kegiatan sortasi akan dilakukan oleh pedagang pengumpul besar dan juga oleh eksportir yang membeli gaharu. Pedagang pengumpul besar akan menjual gaharu dengan melakukan pengemasan terlebih dahulu. Pengemasan dilakukan sesuai klasifikasi kualitas gaharunya dengan pembungkusan yang rapat kedap udara dengan rapi. Gaharu kelas super dikemas dengan menggunakan kantong plastik dengan tujuan agar wangi gaharu tidak berkurang, sedangkan gaharu kualitas kemedangan dikemas dengan menggunakan kardus dengan kapasitas lebih kurang 30-40 kg gaharu. Setelah barang siap dikirim, akan dilakukan pengecekan oleh badan yang berwenang dalam hal ini dilakukan oleh Departemen Kehutanan BKSDA, pengecekan dilakukan dengan baik dari segi berat maupun hal lainnya baru BKSDA akan menerbitkan Dokumen Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Dalam Negri SATS-DN, surat ini digunakan untuk menghindari adanya perdagangan illegal.

5.4.5 Marjin Keuntungan

Marjin keuntungan diperoleh dari selisih antara harga jual dan total biaya yang dikeluarkan pada masing-masing tingkat pelaku usaha gaharu. Besarnya keuntungan yang diperoleh masing-masing pelaku usaha berbeda-beda berdasarkan tingkat pelaku dan tingkat kelas kualitas gaharu, untuk melihat perbedaan tersebut disajikan Tabel 22 dan Tabel 23. Tabel 22 Marjin keuntungan gaharu di Bengkulu saluran tataniaga I Catatan : Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4, 5, dan 6 Sumber : Data Primer Diolah 2010 Tabel 23 Marjin keuntungan gaharu di Bengkulu saluran tataniaga II No Kualitas gaharu Keuntungan pada Masing-masing Pelaku Usaha Gaharu Harga Jual Biaya π Harga jual Biaya π Rpkg Rpkg Rpkg Rpkg Rpkg Rpkg 1 Gaharu Super 5.000.000 90.600 4.909.400 11.000.000 5.164.300 5.835.700 2 Kelas AB 3.500.000 90.600 3.409.400 9.000.000 3.664.300 5.335.700 3 Kelas BC 2.400.000 90.600 2.309.400 4.500.000 2.546.300 1.953.700 4 Kelas C1 1.800.000 90.600 1.709.400 3.500.000 1.946.300 1.553.700 5 Kelas C2 1.200.000 90.600 1.109.400 2.850.000 1.346.300 1.503.700 6 Kemedangan 1.100.000 90.600 1.009.400 2.500.000 1.246.300 1.253.700 7 Kelas Tri 400.000 90.600 309.400 700.000 546.300 153.700 Sumber : Data Primer Diolah 2010 Catatan : Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4, 5, dan 6 Berdasarkan Tabel 22 dan 23 menunjukkan bahwa tingkat keuntungan tertinggi yaitu diperoleh pedagang pengumpul besar dengan keuntungan pada saluran tataniaga I yaitu Rp 128.700kg-Rp 4.335.700kg dan saluran tataniaga II No Kualitas gaharu Keuntungan Pada Masing-masing Pelaku Usaha Gaharu Pencari Pedagang pengumpul kecil Pedagang pengumpul besar Harga jual Rpkg Biaya Rpkg π Rpkg Harga jual Rpkg Biaya Rpkg π Rpkg Harga jual Rpkg Biaya Rpkg π Rpkg 1 Super 4.500.000 207.300 4.292.700 6.500.000 4.601.700 1.898.300 11.000.000 6.664.300 4.335.700 2 Kelas AB 3.000.000 207.300 2.792.700 4.700.000 3.101.700 1.598.300 9.000.000 4.864.300 4.135.700 3 Kelas BC 1.800.000 207.300 1.592.700 2.500.000 1.901.700 598.300 4.500.000 2.646.300 1.853.700 4 Kelas C1 1.400.000 207.300 1.192.700 2.000.000 1.601.700 398.300 3.500.000 2.146.300 1.353.700 5 Kelas C2 1.100.000 207.300 892.700 1.500.000 1.301.700 198.300 2.850.000 1.646.300 1.203.700 6 Kemedangan 900.000 207.300 692.700 1.250.000 1.101.700 148.300 2.500.000 1.396.300 1.103.700 7 Kelas Tri 300.000 207.300 92.700 500.000 401.700 98.300 700.000 571.300 128.700 Rp 153.700kg-Rp 5.835.700. Sedangkan keuntungan ditingkat pedagang pengumpul kecil berkisar Rp 98.300kg-Rp 1.898.300kg dan keuntungan ditingkat kelompok pencari gaharu sebesar Rp 92.700-Rp 4.292.700 pada saluran I, Rp 309.400-Rp 4.909.400kg pada saluran II. Tabel 19 dan 20 juga menunjukkan bahwa tingkat keuntungan ditentukan kelas kualitas gaharu. Semakin tinggi tingkat kelas kualitas gaharu maka keuntungan yang diperoleh semakin tinggi, semakin rendah tingkat kelas kualitas gaharu maka keuntungannya pun semakin rendah.

5.4.6 Pendapatan

Pendapatan pada masing-masing pelaku usaha gaharu sangat tergantung pada biaya usaha, volume, dan komposisi kualitas gaharu pada setiap periode penjualan. Pendapatan diperoleh dari selisih total penerimaan dan total biaya. Adapun pendapatan masing-masing pelaku dalam usaha gaharu alam dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Pendapatan pelaku usaha gaharu saluran tataniaga I dalam satu periode No Kualitas gaharu Pendapatan Pelaku Usaha Gaharu Rp Pencari Pedagang Pengumpul Kecil Pedagang Pengumpul Besar 1 Super 214.600 474.600 1.083.900 2 AB 558.500 1.198.700 3.101.800 3 BC 796.400 598.300 1.853.700 4 C1 596.400 747.500 2.330.600 5 C2 669.500 447.500 1.805.600 6 Kemedangan 692.700 498.600 2.207.500 7 Teri 370.900 303.100 373.700 Total 3.899.000 4.266.300 12.456.900 Sumber : Data Primer Diolah 2010 Catatan : Perhitungan pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 4,5, dan 6 Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa pendapatan yang tertinggi pada setiap kualitas gaharu diterima oleh pedagang pengumpul besar yaitu Rp 12.456.900 per periode. Periode penjualan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul besar dalam satu tahun sebanyak 4-5 kali. Sehingga, dugaan pendapatan pedagang pengumpul besar pada saluran I lebih kurang Rp 56.050.000 per tahun. Selanjutnya pendapatan yang diterima pedagang pengumpul kecil adalah Rp 4.266.200 per periode. Periode penjualan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul kecil dalam satu tahun sebanyak 7-8 kali dengan volume penjualan dalam satu periode lebih kurang 20 kg atau 150 kg tahun. Sehingga, dugaan pendapatan yang diterima pedagang pengumpul kecil adalah Rp 27.730.300 per tahun. Sedangkan pendapatan terkecil diterima kelompok pencari gaharu, dengan total pendapatan Rp 3.899.000 per kelompok per periode. Periode penjualan gaharu yang dilakukan kelompok pencari gaharu dalam satu tahun sebanyak 6 kali dengan jumlah anggota 5-10 orang per kelompok. Sehingga dapat diketahui dugaan pendapatan kelompok pencari gaharu Rp 21.594.000 per kelompok per tahun atau Rp 2.892.000 per orang per tahun. Analisis pendapatan pada saluran tataniaga I ini menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima kelompok pencari gaharu per orang per tahun sangat kecil jika dibandingkan dengan pendapatan yang diterima pedagang pengumpul. Salanjutnya untuk mengetahui pendapatan gaharu pada tingkat pelaku usaha gaharu pada saluran tataniaga II dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Pendapatan pelaku usaha gaharu per periode saluran tataniaga II No Kualitas Pendapatan pada masing-masing pelaku usaha gaharu Rp Pencari gaharu Pedagang pengumpul besar 1 Super 122.700 2.917.900 2 AB 681.900 5.335.700 3 BC 1.154.700 2.930.600 4 C1 854.700 10.876.200 5 C2 907.100 14.037.400 6 Kemedangan 1.009.400 12.537.400 7 Teri 4.022.500 5.374.300 Total 8.753.100 54.009.600 Sumber : Data Primer Diolah 2010 Catatan : Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4,5, dan 6 Tabel 25 menunjukkan bahwa pendapatan yang tertinggi pada saluran tataniaga II diterima oleh pedagang pengumpul besar dengan total pendapatan sebesar Rp. 54.009.600 per periode penjualan atau lebih kurang Rp 243.043.200 per tahun. Sehingga total pendapatan pedagang pengumpul besar dari saluran I dan II sebesar Rp 299.099.300 per tahun. Sedangkan pendapatan kelompok pencari gaharu sebesar Rp 8.753.100 per periode per kelompok, dengan periode penjualan sebanyak 6 kali dalam satu tahun maka dugaan pendapatan kelompok pencari gaharu adalah Rp 52.518.600 per kelompok per tahun atau sebesar Rp 7.035.200 per orang per tahun. Pendapatan yang diterima kelompok pencari gaharu pada saluran tataniaga II lebih besar 2,4 kali dari pendapatan yang diterima kelompok pencari gaharu pada saluran tataniaga I. Sedangkan pendapatan yang diterima pedagang pengumpul besar 28 kali dari pendapatan yang diterima kelompok pencari gaharu. Dapat disimpulkan bahwa kelompok pencari gaharu mendapatkan keuntungan yang lebih besar pada saluran II dibandingkan dengan saluran I, sehingga dalam penelitian ini lebih banyak kelompok pencari gaharu yang menjual ke langsung ke pedagang pengumpul besar.

5.5 Kebijakan Pengusahaan Gaharu