pedagang besar wholesaler dan pedagang pengecer retailer, sedangkan konsumen akhir adalah pihak yang langsung menggunakan barangjasa yang
dipasarkan Limbong Sitorus 1987. Pemasaran gaharu melibatkan beberapa pelaku usaha gaharu mulai dari
pencari gaharu sebagai produsen, pengumpul kecil tengkulak dan pengumpul besar sebagai lembaga perantara, eksportir sebagai lembaga pengekspor. Pencari
gaharu biasanya terdiri dari pencari bebas dan pencari terikat. Pencari bebas adalah pencari gaharu dengan modal kerja sendiri sehingga bebas di dalam
menentukan waktu pencarian gaharu dan menjual hasil perolehannya baik kepada pedagang pengumpul di desa, di kecamatan, maupun langsung pada pedagang
besar atau ekportir. Pencari terikat adalah pencari gaharu yang dimodali sehingga waktu pencarian dan perolehannya terikat pada pemberi modal yaitu pedagang
pengumpul yang merupakan perpanjangan dari pedagang besar. Pengumpul kecil tengkulak biasanya lembaga atau individu yang langsung berhubungan dengan
pencari gaharu yang langsung membeli gaharu dari pencari gaharu dan kemudian menjualnya kepada pengumpul besar. Pedagang pengumpul besar adalah pelaku
pemasaran yang memiliki modal besar dan juga memiliki izin usaha yang dikeluarkan oleh instansi pemerintahYusliansyah et al. 2003.
2. 4 Kualitas dan Harga Gaharu
Penetapan harga gaharu di perdagangan internasional didasarkan pada kualitas gaharu tersebut. Semakin baik kualitas gaharu maka harga gaharu akan
semakin mahal begitu juga sebaliknya semakin rendah kualitas gaharu maka harganya pun semakin rendah. Parameter yang digunakan dalam penentuan
kualitas gaharu adalah warna, kadar resin, kadar minyak, dan ukuran bentuk serpihan Barden et al. 2009.
Menurut Bambang et al. 1996 semakin hitam warna gaharu semakin tinggi kualitasmya dan biasanya gaharu kualitas ini tenggelam dalam air. Gaharu
kualitas pertama harus memiliki warna yang paling hitam dan mengkilat. Gaharu yang warnanya hitam dan mengkilat memiliki tingkat kepadatan dan
pendamarannya lebih tinggi yang menunjukkan tingginya kadar resin yang terkandung di dalamnya. Sehubungan dengan kadar resin, semakin banyak kadar
resin yang terkandung maka kadar harum dan kadar aromnya akan semakin tinggi.
Begitu juga dengan bentuk dan ukuran, ukuran yang lebih besar akan menunjukan kualitas gaharu yang lebih baik.
Penentuan kualitas gaharu pada umumnya dilakukan tidak seragam dan dilakukan secara visual saja, sehingga sifatnya lebih subyektif dan kualitas gaharu
yang dihasilkan tergantung dari orang yang menentukannya. Untuk menghindari keragaman dari kualitas gaharu Badan Standarisasi Nasional BSN menetapkan
Standar Nasional Indonesia SNI mutu gaharu. Dalam standar diuraikan mengenai definisi gaharu, lambang dan singkatan, istilah, spesifikasi, klasifikasi,
cara pemungutan, syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji dan syarat penandaan. Klasifikasi mutu gaharu terdiri dari gubal gaharu, kemedangan
dan abu gaharu. Setiap kelas mutu dibedakan lagi menjadi beberapa sub kelas, berdasarkan ukuran, warna, kandungan damar wangi, serat, bobot dan aroma
ketika dibakar Yusliansyah et al. 2003. Menurut SNI 01-5009.1-1999 yang dimaksud dengan gubal gaharu adalah
kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, dengan aroma yang kuat, ditandai oleh warnanya yang hitam atau kehitaman berseling coklat.
Sedangkan kemedangan adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang lemah,
ditandai oleh warnanya yang putih ke abu-abuan sampai kecoklatan, berserat kasar dan kayunya yang lunak. Abu gaharu adalah serbuk kayu sisa pemisahan
gaharu dari kayu BSN 2004.Sedangkan kualitas gaharu di provinsi Bengkulu dibedakan berdasarkan warna, bentuk, dan seratnya, persyaratan kualitas gaharu
di provinsi Bengkulu pada penelitian Misran 1997 dapat dilihat pada Tabel 2. Umumya penentuan harga dan kualitas gaharu sangat didominasi oleh
pembeli dengan alasan bahwa gaharu yang dikumpulan pencari masih sangat kasar dan kualitasnya masih bervariasi sehingga perlu disortir ulang perlu biaya
sortir untuk mendapatkan nilai jual tinggi. Di samping itu rendahnya daya tawar pencari juga disebabkan oleh adanya keterikatan antara pencari dengan pedagang
pengumpul besar Subarudi Karyono 2004.
Tabel 2 Persyaratan kualitas gaharu di Bengkulu
No Kualitas gaharu Keterangan
1
Gaharu super Berwarna hitam, padat serta mengkilap, banyak mengandung
minyak, serta serat kayu tidak kelihatan
2
Kelas A Berwarna hitam agak mengkilap, padat, serat kayu agak kelihatan
3 Kelas B
Berwarna hitam, dibandingkan dengan kelas A, kepingan kayu agak tipis, sedikit terdapat alur atau bintik putih, pada bagian tengah
kepingan terdapat rongga
4
Kelas C Masih berwarna hitam, lebih banyak alur putih dibandingkan kelas
B, kepingan kayu tipis dan bila digenggam kuat menjadi rapuh atau patah
5
Kemedangan super
Berwana campur alur putih, serat kayu tampak jelas, dibandingkan dengan kelas di atas walaupun agak padat tetapi bobotnya ringan
6 Kemedangan A
Berwarna coklat tua, banyak terdapat alur atau bintik putih dan serat kayunya kasar
7
Kemedangan B Berwarna coklat campur putih, banyak terdapat alur atau bintik
putih, serat kayunya kasar
8 Kemedangan C
Berwarna kuning hingga colat muda, sedikit mengandung gaharu dan serat kayunya kasar
9
Tri A Berwarna hitam campur alur putih, kepingan kayunya kecil, tipis
dan pendek, serat kayunya kasar
10 Tri B
Warna hitam lebih sedikit dari kualitas A, kepingan kayunya kecil, tipis dan pendek serta serat kayunya kasar
11
Tri C Warna hitamnya lebih sedikit dibandingkan kualitas Tri B, kepingan
kayunya lebih kecil dari Tri B dan serat kayunya kasar
Sumber: Misran 1987 Di Nusa Tenggara Timur harga jual gaharu pada berbagai lembaga
pemasaran mengalami perbedaan berdasarakan kualitas dan lembaga pemasaranya. perbedaan harga jual gaharu pada masing-masing lembaga dapat
dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Harga jual gaharu pada berbagai lembaga pemasaran Rp Kg
Kelas Pencari gaharu
Pengumpul kecil Pengumpul besar penguasa
Super Kelas II
Teri Hitam Teri Bunting
Kacangan 700.000
300.000 75.000
40.000 25.000
1.000.000 450.000
100.000 60.000
35.000 1.500.000
600.000 150.000
100.000 50.000
Sumber : Universitas Nusa Cendana 1996
2.5 Biaya Produksi Gaharu