BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Pelaku Pemasaran Gaharu 5.1.1 Pencari Gaharu
Pencarian gaharu di provinsi Bengkulu telah dilakukan sejak tahun 1984 sampai sekarang. Pencarian ini biasanya dilakukan dengan cara berkelompok.
Anggota kelompok pencari gaharu dalam setiap periode pencarian ke hutan berasal dari berbagai desa dan kecamatan. Kelompok pencari ini bisa dikatakan
bukan kelompok yang tetap karena sering kali anggota kelompok bertukar-tukar. Pertukaran ini biasanya disesuaikan dengan waktu dan kegiatan setiap anggota
yang saling mengajak untuk masuk ke hutan. Dalam pembentukan kelompok terdapat dua kepercayaan yang berbeda antara pencari gaharu, dimana ada
beberapa kelompok yang mempercayai bahwa jumlah anggota kelompok tidak boleh ganjil dengan alasan apabila anggota kelompok berjumlah ganjil
dikhawatirkan akan terjadi suatu musibah ketika pencarian. Selain itu, ada kelompok pencari gaharu yang tidak menghiraukan jumlah anggota kelompok
yang berangkat dalam pencarian gaharu. Sehingga jumlah anggota dari berbagai kelompok pencari gaharu sangat bervariasi berdasarkan tempatnya. Untuk melihat
keragaman jumlah anggota kelompok dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah anggota kelompok pencari gaharu
No Tempat
Penelitian Jumlah Anggota Kelompok orang
1 Riau Subardi dan Karyono 2004
3 – 5
2 Flores Universitas Nusa Cendana 1996
3 – 5
Sumber : Data Sekunder
Jumlah anggota kelompok pencari gaharu di Provinsi Bengkulu jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah anggota kelompok dari tempat yang lainnya
seperti contoh kelompok pencari gaharu di Flores dan di Riau berjumlah 3-5 orang sedangkan di Bengkulu anggota kelompok berjumlah 5-10 orang.
Walaupun jumlah anggota kelompok berbeda, tetapi status kelompok pencari gaharu di berbagai tempat sama yaitu terbagi atas dua jenis dimana terdapat
kelompok pencari bebas dan kelompok pencari terikat. Kelompok pencari bebas
adalah pencari gaharu dengan modal kerja sendiri sehingga bebas dalam menentukan waktu pencarian gaharu dan menjual hasil perolehanya baik kepada
pengumpul kecil ataupun pada pedagang pengumpul besar. Pencari terikat adalah pencari gaharu yang memiliki keterikatan berupa modal pinjaman yang diberikan
oleh pedagang pengumpul besar, sehingga waktu pencarian dan penjualan hasil perolehannya terikat pada pemberi modal. Modal yang diberikan oleh pedagang
pengumpul besar berkisar Rp 500.000 per orang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sebesar Rp 200.000 dan Rp 300.000 untuk membeli
perlengkapan yang akan digunakan selama perjalanan dan di dalam hutan. Sebagian besar kelompok pencari gaharu berasal dari Kabupaten Kaur
yaitu sebanyak empat kelompok dengan jumlah 27 orang atau sebanyak 45 dari 60 orang responden, dengan status pencari bebas dua kelompok dan pencari
terikat dua kelompok. Bengkulu Selatan hanya terdiri dari satu kelompok dengan jumlah anggota kelompok delapan orang 13 dari 60 responden yang ada,
dengan status kelompok pencari bebas. Kelompok pencari yang berasal dari kabupaten Seluma hampir seimbang dengan kelompok pencari dari kabupaten
Kaur yaitu sebanyak 3 kelompok dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 25 orang 42 dari 60 jumlah responden yang ada. Sebaran kelompok pencari
berdasarkan kabupaten dan status kelompok pencari dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Kelompok pencari gaharu berdasarkan Kabupaten
Kabupaten Jumlah
Kelompok Jumlah
Orang Persentase
Status pencari Persentase
Terikat Bebas
Terikat Bebas
Bengkulu S 1
8 13
- 1
- 12
Kaur 4
27 45
2 2
25 25
Seluma 3
25 42
3 -
38 -
Total 8
60 100
5 3
63 37
Sumber : Data Primer Diolah 2010
Tabel 8 menunjukan bahwa sebagian besar kelompok pencari berperan sebagai kelompok pencari terikat yaitu sebanyak lima kelompok 63 dari
delapan kelompok yang ada, sedangkan kelompok pencari bebas terdapat tiga kelompok 37 dari delapan kelompok yang ada. Dalam penelitian ini
karakteristik mengenai pencari juga diolah secara deskriptif dengan membagi karakteristik sesuai dengan umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian,
pendapatan, dan pengeluaran rumah tangga responden pencari gaharu.
5.1.1.1 Umur dan Pendidikan
Umur dan pendidikan pencari gaharu sangat beragam. Sebaran umur responden pencari yaitu dari umur 30 tahun sampai 60 tahun sedangkan sebaran
pendidikan responden pencari sangat beragam yaitu dari tidak sekolah sampai tingkat SMA. Adapun pengelompokan dan distribusi responden berdasarkan umur
dan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi Responden Pencari Gaharu Berdasarkan Umur dan Pendidikan
No TP Kabupaten Kaur
Selang Umur Kabupaten BS
Selang Umur Kabupaten Seluma
Selang Umur Total
Persen 30-40
41-50 51-60 60 30-40 41-50 51-60 60 30-40 41-50 51-60 60
1 .
TS -
- 4
2 -
1 -
- -
1 -
- 8
13,33 2
. TTSD
- 2
1 -
- -
- -
- 4
1 1
9 15,00
3 .
SD -
2 2
- 2
2 -
- 1
3 1
- 13
21,67 4
. SLTP
4 5
1 -
1 -
1 -
3 4
1 -
20 33,33
5 .
SMA 3
1 -
- -
1 -
- 3
2 -
- 10
16,67 6 Total
7 10
8 2
3 4
1 -
7 14
3 1
60 100
27 8
25 Persen
45,00 13,33
41,67
Sumber :Data Primer Diolah 2010
Keterangan
:
TP : Tingkat Pendidikan
TS : Tingkat Sekolah
TTSD : Tidak Tamat SD
Berdasarkan Tabel 9 tersebut dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan umur dan pendidikan pada masing-masing kabupaten. Sebagian besar
responden pencari gaharu berumur 41-50 tahun yaitu sebanyak 28 orang 46,67 dari 60 responden yang ada. Selang umur dari ketiga kabupaten tersebut dapat
dilihat selang umur 41-50 tahun ada selang umur terbanyak dengan perbandingan persentase yang berurutan yaitu 37:50:56 dari seluruh responden yang ada pada
masing-masing kabupaten, sedangkan responden yang paling sedikit adalah responden yang memiliki umur pada selang umur 60 tahun yaitu sebanyak 3
orang 5 dari 60 responden yang ada yang berasal dari Kabupaten Kaur 2 orang dan 1 orang dari Kabupaten Seluma. Sisanya menyebar merata, dimana untuk
kelompok sebaran umur 30-40 tahun sebanyak 15 orang 25, 51-60 tahun sebanyak 14 orang 23,33 dari 60 responden yang ada.
Selang umur responden pencari gaharu yang termasuk ke dalam selang umur produktif yaitu pada selang umur 41-50 tahun, sehingga dapat dikatakan
bahwa kelompok pencari gaharu yang memiliki anggota umur pencari yang produktif adalah kelompok pencari yang berasal dari Kabupaten Seluma yaitu
sebanyak 14 orang 56 dari 25 responden. Responden pencari yang berada pada usia 41-50 tahun ini mempunyai kemampuan fisik yang baik untuk
melakukan kegiatan pencarian gaharu. Hal ini berbeda dengan responden pencari yang berumur lebih dari 50 tahun, pencari ditingkat umur ini biasanya lebih
berpengalaman dalam kegiatan pencarian akan tetapi memiliki kemampuan fisik yang lebih rendah.
Tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh dalam pembentukan pola pikir pencari gaharu, dimana pencari yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan lebih
terbuka dan lebih mudah untuk mengadopsi pengetahuan-pegetahuan baru yang dapat meningkatkan produksi dan efektivitas pencaharian Ratih 2009. Selain itu,
pendidikan juga dapat menentukan tinggi rendahnya status sosial seseorang dalam masyarakat. Secara umum tingkat pendidikan responden masih relatif rendah, hal
ini terlihat dari masih banyaknya responden yang tidak memenuhi syarat pendidikan 9 tahun. Terdapat 30 orang 50 dari 60 responden pencari yang
tidak memenuhi syarat 9 tahun dari ketiga Kabupaten yaitu 13:5:12 atau 28:62:44, pendidikan diatas 9 tahun yaitu 30 orang 50 dari 60
responden yaitu 14:3:13 atau 51,85:37,5:48,15 dari angka tersebut dapat dilihat bahwa taraf pendidikan yang baik antara ketiga kabupaten tersebut adalah
Kabupaten Kaur dengan pendidikan responden lebih dari 9 tahun jauh lebih banyak daripada taraf pendidikan yang kurang dari 9 tahun.
5.1.1.2 Mata Pencaharian
Mata pencaharian responden pada umumnya adalah sebagai petani, baik itu petani sawah maupun petani kebun. Namun, selain sebagai petani ada juga
beberapa responden yang bergerak pada bidang lain misalnya sebagai pedagang, sebagai honorer, dan buruh bangunan. Pengelompokan responden berdasarkan
mata pencaharian selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.
Kabupaten Kaur Kabupaten BS
Kabupaten Seluma
Gambar 4 Karakteristik responden pencari gaharu berdasarkan mata pencaharian.
Gambar 4 menunjukan bahwa sebagian besar mata pencaharian responden adalah sebagai petani yaitu sebanyak 37 orang 62 dengan masing-masing
jumlah per kabupaten secara berurutan 17:5:15 atau 63 : 62 : 61 sedangkan mata pencaharian responden yang lainya adalah sebagai buruh tani 11
orang 18,33 dengan masing-masing kabupaten secara berurutan 4:3:5 15:23:20, buruh bangunan sebanyak 7 orang 12 dengan rincian 4
orang dari Kabupaten Kaur dan 2 orang dari Kabupaten Seluma 15:12, pedagang sebanyak 4 orang 6 dari Kabupaten Kaur 2 orang dan 2 orang dari
Kabupaten Seluma 7:7, dan sebagai honorer hanya 1 orang dari 60 responden 15. Mata pencaharian responden yang beragam ini sangat
mempengaruhi jumlah pendapatan dan pengeluaran responden pancari gaharu.
5.1.1.3 Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga petani berbeda antara pencari yang satu dengan yang laiinya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya sumber
pendapatan atau mata pencaharian yang di miliki. Demikian juga dengan pengeluaran rumah tangga kelompok pencari berbeda. Untuk melihat distribusi
pendapatan dan pengeluaran rumah tangga kelompok pencari dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Distribusi pendapatan dan pengeluaran rumah tangga pencari gaharu
No Rentang Rp
Pendapatan Pengeluaran
Kaur BS Seluma Total Kaur BS Seluma Total
1
250.000-500.000
3 1
1 5
2 2
5 9
2
500.000-750.000
5 2
8 15
18 3
16 37
3
750.000-1.000.000
4 1
9 14
4 2
1 7
4
1.000.000-1.250.000
6 -
4 10
3 1
3 7
5
1.250.000-1.500.000
6 2
2 10
- -
- -
6
1.500.000
3 2
1 6
- -
- -
Sumber : Data Primer Diolah 2010 Keterangan :
BS : Bengkulu Selatan
Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pencari memiliki penghasilan pada rentang Rp 500.000-Rp 1.000.000 per bulan yaitu sebanyak 29
orang dari 60 responden 48,33. Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat seberan pendapatan pencari gaharu bahwa mayoritas pencari memiliki pendapatan pada
rentang Rp 500.000-Rp 750.000 yaitu sebanyak 15 responden dan pencari yang memiliki pendapatan pada rentang Rp 750.000- Rp 1.000.000 yaitu 14 responden.
Selain itu, terdapat beberapa responden yang memiliki pendapatan yang cukup tinggi yaitu lebih dari Rp 1.000.000 sebanyak 26 responden yang tersebar pada
rentang yang berbeda. Grafik di atas menunjukan bahwa pencari yang memiliki pendapatan pada rentang Rp 1.000.000-Rp 1.250.000 adalah sebanyak sepuluh
responden, dan pencari yang memiliki pendapatan pada rentang Rp 1.250.000-Rp 1.500.000 adalah sebanyak sepuluh responden, serta pencari yang memiliki
pendapatan lebih besar dari Rp 1.500.000 adalah sebanyak enam responden. Tabel 10 menunjukan bahwa mayoritas pencari memiliki pengeluaran
sebesar Rp 500.000-Rp 750.000 yaitu sebanyak 37 responden, selain itu Tabel 10 juga menunjukan bahwa pengeluaran pencari paling besar adalah Rp 1.000.000-
Rp 1.250.000 yaitu sebanyak tujuh responden.
5.1.2 Pedagang Pengumpul Kecil
Pedagang pengumpul kecil dalam pengusahaan gaharu merupakan pelaku usaha gaharu yang berperan sebagai perantara antara pencari gaharu dan pedagang
pengumpul besar. Pedagang pengumpul kecil dan pedagang pengumpul besar memiliki keterkaitan yang erat karena pedagang pengumpul kecil merupakan
penunjukan dari pedagang pengumpul besar untuk membantu pedagang pengumpul besar dalam mengumpulkan gaharu dari kelompok pencari gaharu.
Penunjukan yang dimaksud adalah pedagang pengumpul kecil merupakan orang yang dipercaya oleh pedagang pengumpul besar dan merupakan rekomendasi dari
pedagang pengumpul besar, sehingga pedagang pengumpul kecil mendapatkan izin dari BKSDA. Dengan adanya keterkaitan izin ini pedagang pengumpul kecil
berkewajiban untuk melaporkan pembelian dan melakukan penjual kepada pedagang pengumpul besar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa hanya terdapat satu pedagang pengumpul kecil di tiga kabupaten lokasi penelitian yang terdapat di Kabupaten
Kaur dan pedagang pengumpul kecil ini memulai usahanya sejak tahun 2000 sampai sekarang. Kegiatan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul kecil mulai
dari membeli gaharu dari kelompok pencari, melakukan pensortiran, pengaritan dan penjualan kepada pedagang pengumpul besar. Kegiatan pembelian gaharu ini
tentu memerlukan modal yaitu berupa modal pegetahuan tentang kualitas, modal tunai dan modal investasi. Modal pengetahuan sangat diperlukan dalam
melakukan pembelian gaharu dari kelompok pencari karena harga yang akan ditetapkan berdasarkan kualitas gaharu yang akan dibeli, sedangkan modal tunai
juga sangat diperlukan karena dalam pembelian pedagang pengumpul kecil harus membayar langsung gaharu yang dibeli dari kelompok pencari gaharu, selain itu
pedagang pengumpul kecil juga memberikan modal kepada kelompok pencari gaharu. Modal investasi ditingkat pedagang pengumpul kecil berupa modal
gudang yang digunakan untuk menjadi tempat penyimpanan gaharu dan peralatan yang digunakan dalam proses penjualan gaharu berupa timbangan dan kendaraan
roda dua. Terdapat beberapa hambatan yang dihadapi oleh pedagang pengumpul kecil
di antaranya jumlah pembelian gaharu sangat tergantung pada hasil yang diperoleh kelompok pencari, modal yang dimiliki oleh pedagang pengumpul kecil
seringkali mengalami kemacetan karena kelompok pencari yang tidak mendapatkan hasil sesuai dengan target dan juga semakin banyaknya pembeli
gaharu yang illegal yang memberikan harga lebih tinggi.
5.1.3 Pedagang Pengumpul Besar
Pedagang pengumpul besar merupakan pusat sistem pemasaran gaharu di provinsi Bengkulu, pedagang pengumpul besar menerima penjualan gaharu dari
pencari langsung maupun dari pedagang pengumpul kecil dan menjualnya langsung kepada eksportir yang ada di Kepulauan Riau.
Kegiatan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul besar sama halnya seperti yang dilakukan oleh pedagang pengumpul kecil yaitu pengumpulan,
pensortiran, pengaritan, pengemasan dan penjualan pengangkutan. Pedagang pengumpul besar di Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi Bengkulu ini mulai
bergerak sejak tahun 1984 sampai dengan sekarang. Jenis gaharu yang terdapat di Provinsi Bengkulu berupa gubal gaharu dan kemedangan gaharu. Rata-rata
pembelian yang dilakukan dari kelompok pencari gaharu sebanyak 15-20 kg, sedangkan dari pedagang pengumpul kecil sebanyak 20 kg dalam satu periode
penjualan. Rata-rata penjualan yang dilakukan pedagang pengumpul besar ke tingkat eksportir sebanyak 150-200 kg sekali penjualan. Kegiatan pensortiran
yang dilakukan oleh pedagang pengumpul besar melibatkan 4 orang dengan sistem upah pembayaran per barang masuk, pengaritan juga dilakukan pedagang
pengumpul besar dengan melibatkan 5 orang dengan sistem pembayaran upah per kg pengaritan gaharu. Tenaga kerja ditingkat pedagang pengumpul besar
merupakan anggota keluarganya sendiri dan kerabat. Pedagang pengumpul besar yang terdaftar memiliki izin yang resmi untuk melakukan pembelian dan
penjualan gaharu. Untuk mendapatkan izin sebagai pedagang pengumpul ada beberapa hal yang harus dipenuhi dan dipatuhi sebagai pedagang pengumpul.
Sama halnya dengan pedagang pengumpul kecil, pedagang pengumpul besar memiliki permasalahan dan resiko usaha yang cukup besar di antaranya
jumlah pembelian yang sangat tergantung pada hasil kelompok pencari, modal yang sering mengalami kemacetan karena pencari tidak mendapatkan hasil sesuai
dengan target atau kelompok pencari yang tidak dapat mengembalikan modal yang diberikannya dan terjadinya resiko penjualan pada saat gaharu dijual kepada
eksportir. Resiko penjualan yang terkadang dihadapi adalah harga jual gaharu
yang terkadang tidak sesuai dengan target dan perkiraan pedagang pengumpul besar.
5.2 Proses Pencarian Gaharu