BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Terdapat tiga kelompok pelaku usaha gaharu yaitu kelompok pencari gaharu,
pedagang pengumpul kecil, dan pedagang pengumpul besar. 2.
Proses pencarian gaharu membutuhkan pengetahuan dan keahlian, khususnya mengenai pendugaan ciri-ciri pohon yang mengandung gaharu.
3. Terdapat tujuh kelas kualitas gaharu di provinsi Bengkulu, kelas kualitas ini
berbeda dengan kelas kualitas gaharu yang ditetapkan SNI, dimana menurut SNI terdapat 13 jenis kelas kualitas gaharu. Kelas kualitas ini menentukan
harga, perbedaan harga antar kelas berkisar 3-15 kali lipat. 4.
Sistem tataniaga gaharu dalam penelitian ini melalui dua saluran tataniaga. Sistem tataniaga juga menentukan harga pada masing-masing tingkat pelaku
usaha gaharu. Tingkat pedagang pengumpul besar mendapatkan marjin harga sebesar 1,4-2 kali lipat dari harga ditingkat kelompok pencari dan pedagang
pengumpul kecil, dengan pendapatan 28 kali lipat dari kelompok pencari gaharu.
5. Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam pemasaran gaharu, yaitu
penetapan kuota yang berlaku dalam kurun waktu satu tahun, izin yang diberikan pada pedagang pengumpul besar berlaku selama lima tahun, dan
tarif retribusi ditetapkan berdasarkan kelas gubal sebesar Rp 20.000kg dan kemedangan sebesar Rp 2.000kg.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian mengenai inventarisai untuk mengetahui potensi
dan populasi tumbuhan penghasil gaharu di hutan alam Provinsi Bengkulu. Dengan adanya data potensi ini diharapkan dapat diambil langkah-langkah
dalam upaya pelestarian tumbuhan dan dapat dijadikan dalam pertimbangan penetapan kuotanya.
2. Diharapkan adanya perubahan standarisasi gaharu yang memuat penjelasan
tentang kualitas yang mudah dipahami sehingga kualitas gaharu dapat dietrapkan dipahami sehingga kualitas gaharu dapat seragam.
3. Karena dipandang tarif retribusi gaharu sangat kecil atau murah perlu
dilakukan perhitungan dalam menetapkan tarif retribusi tersebut, misalnya ditetapkan 5 dari harga pada masing-masing kualitas.
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2008. Hasil Suntikan Inokulan. www.gaharuman.com
200809 hasil- suntikan-inokulan-sumber-majalah. html. Diakses: 7 Mei 2010.
[Asgarin]. 2002. Gaharu Peluang Usaha Menjanjikan. http:adesanjaya
. com 2010 04 17 gaharu-peluang-usaha-menjanjikan. Diakses: 7 Mei 2010.
[BSN] Badan Standar Nasional. 1998. Standar Nasional untuk Gaharu SNI. 01- 5009.1-1999.
Bambang W, Erdi S, Illa A. 1996. Penentuan Parameter Persyaratan Kualitas Gaharu.
Info Hasil Hutan Vol. 3 No. 2 pp. 29-36. Barden ANA, Muliken T, Song M. 2009. Agarwood Use and Trade and CITES
Implementation for Aquilaria malaccensi. Heart of The Matter. 5-10, 26.
Beddu A, Pantjar S, Anas R. 1996. Ekonomi Minyak Goreng Di Indonesia. IPB Press: Bogor.
Djojodipuro, M. 1991. Teori Pembentukan Harga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2004. Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar.
Firdaus M. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara. Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Universitas
Indonesia: Jakarta. Keong CH. 2006. The Rule of CITES in Combating Illegal Logging
– Current and Potensial.
Traffic International. 12-14. Limbong WM, Sitorus P. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-
ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, IPB. Bogor. LIPI. 1980. Kayu Indonesia. Lembaga Biologi Nasional-LIPI Balai Pustaka:
Jakarta Mandang YI, Bambang W. 2002. Anatomi Kayu Gaharu Aqularia mallecensis
Lamk Dan Beberapa Jenis Sekerabat. Buletin Penelitian Hasil Hutan 202: 95-176.
Misran. 1987. Laporan Survei Gaharu di Hutan Alam KPH Bengkulu Utara dan Selatan.
Kelti Pelestarian P3H dan KA: Bogor.
Mubaryanto. 1998. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Nasse
ndi BD, Mas’’ud AF. 1996. Kajian permasalahan lokal dan nasional hutan dan kehutanan di Indonesia. Prosiding expose hasil hasil penelitian
kerjasama Badan Litbang dan Kehutanan dengan sepuluh Perguruan Tinggi di Indonesia. Jakarta, 26-27 September 1996. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, Jakarta.
Nurapriyoto I, Abudulah T, Naris A. 2009. Sistem Pengusahaan Beberapa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Alur Tataniaganya di Jaya Pura.
Ratih E. 2009. Analisis Ekonomi Fungsi Produksi, Penetapan Tarif dan Alokasi Air Minum yang Efisien Studi Kasus di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi.
Skripsi Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Siran SA, Nina J., editor. 2004. Teknik Penyuntikan Untuk Pembentukan Gaharu. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kalimantan.
Soehartono T, Mardiastuti A. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia. JICA: Jakarta.
Subarudi dan Karyono. 2004. Pola Tataniaga Gaharu di Propinsi Riau. Info Sosial Ekonomi Vol. 4. No.1.
Sudiyono A. 2002. Pemasaran Pertanian. UMM Press : Malang. Sukandar. 2006. Pengembangan HHBK Jenis Gaharu Aquilaria malaccensis di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sumadiwangsa S dan Harbagung. 2000. Laju Pertumbuhan Tegakan Gaharu
Aquilaria malaccensis di Riau yang ditanam dengan Intensitas Budidaya Tinggi dan Manual.
Info Hasil Hutan. Pusat Penelitian Hasil Hutan. Badan Litbang dan Kehutanan dan Perkebunan: Bogor.
Sumadiwangsa S, Zulnely. 1999. Catatan Menegenai Gaharu di Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Info Hasil Hutan, Vol. 5 No.2 pp. 80-90. Susilo KA. 2003. Sudah Gaharu Super Pula. Penerbit PT. Pustaka Sinar
Harapan: Jakarta Syaifoel SP. 2007. Sistem Distribusi dan Pembentukan Harga Manggis Gracinia
mangostana Sebagai Produk Agroforestry di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Skripsi Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Intitut Pertanian Bogor: Bogor.
Wiyono B, Santoso E, Anggraeni I. Penetuan Parameter Persyaratan Kualitas Gaharu,
Info Hasil Hutan Vol. 3 No. 2 1996 pp. 29-36.
Yuliansyah, Siran SA, Kholik A, Maharani R, Rayan. 2003. Gaharu Komoditi HHBK Andalan Kalimantan Timur.
Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan: Kalimantan.
Yusliansyah. 1997. Teknik Pemungutan Gaharu Pada Pohon Karas Aquilaria maleccensis LAMK
Oleh Masyarakat Sekitar Hutan di Kabupaten Kutai. Buletin Penelitian Hasil Hutan, Vol.2 No.1 pp. 29-35. Balai Penelitian
Kehutanan: Samarinda.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Klasifikasi kualitas dan kriteria gaharu menurut SNI 01-5009.1-1999
No Karakteristik
Mutu U
I II
1
Bentuk
- -
- 2
Ukuran: p l
t 4
– 15 cm 2
– 3 cm ≥ 0,5 cm
4 – 15 cm
2 – 3 cm
≥ 0,5 cm
15 cm -
-
3 Warna
Hitam merata Hitam kecoklatan
Hitam kecoklatan 4
Kandungan damar wangi
Tinggi Cukup
Sedang 5
Serat Padat
Padat Padat
6
Bobot Berat
Agak berat Sedang
7
Aroma dibakar Kuat
Kuat Agak kuat
Kemedangan I
II III
IV V
VI VII
1 Warna Coklat
kehitaman Coklat
bergaris hitam
Coklat bergaris
putih tipis Kecoklatan
bergaris putih tipis
Kecoklatan bergaris
putih lebar Putih keabu-
abuan garis hitam tipis
Putih ke abu-abuan
2 Kandungan
damar wangi Tinggi
Cukup Sedang
Sedang Sedang
Kurang Kurang
3 Serat
Agak padat Agak padat
Agak padat
Kurang padat
Kurang padat
Jarang Jarang
4 Bobot
Agak berat Agak berat
Agak berat
Agak berat
Ringan Ringan
Ringan
5 Aroma
dibakar Agak kuat Agak
kuat Agak kuat
Agak kuat Kurang kuat Kurang kuat
Kurang kuat
Abu
U I
II
1 Warna
Hitam Coklat kehitaman
Putih kecoklatankekuningan
2 Kandungan damar wangi
Tinggi Sedang
Kurang 3
Aroma dibakar Kuat
Sedang Kurang
Sumber : BSN, 2004
Lampiran 2 Klasifikasi kualitas dan kriteria gaharu di berbagai daerah
No Kualitas Gaharu
Kriteria A
. 1
2 3
4 B.
Kalimantan
Timur Super
Kela AB Kacangan AB
Kemedangan
Samarinda
Berwarna hitam, berbentuk gumpulan dan mengandung banyak kadar minyak
Berwarna kecoklatan banyak terdapat pada bagian teras batang Berbentuk bulat tipis dibandingkan kualitas AB
Tatal kayu mengandung sedikit kadar gaharu
1
2
3
4 5
Super
Tanggung
Kacangan
Teri Mahlaban
Kemedangan Gaharu berwarna hitam pekat, padat, keras, mengkilap, dan sangat
berbau tidak ada campuran dengan serat kayu, berupa bongkahan atau butiran berukuran besar, bagian dalam tidak berluban
Gaharu berwarna hitam terkadang bercampur kuning, padat, keras, bagian dalam kadang berlubang, kadang bercampur serat kayu,
ukuran tanggung Gaharu berwarna hitam terkadang bercampur kuning, bercampur
kayu, butiran-butiran berukuran sebesar biji kacang berdiameter sekitar 2 mm
Gaharu berwarna hitam terkadang bercampur kuning, bercampur kayu, berupa butiran-butiran berukuran lebih kecil dari biji kacang
dan lebih tipis atau berdiameter sekitar 1 mm Gaharu berwarna hitam kekuningan, bercampur kayu dengan bintik-
bintik kecil merata pada kayu Sumber : Balai Peneilitian Kehutanan Samarinda 1997
Lampiran 3 Perhitungan biaya masing-masing tingkat pelaku usaha gaharu a.
Pencari gaharu
Saluran I Saluran II
Total Biaya Rp Kg
Persentase Total Biaya
Rp Kg Komponen Biaya
per kelompok Komponen Biaya
Perkelompok
Biaya Variabel Biaya Variabel
Perbekalan 88,393.00
42.64 Perbekalan 38,671.82
Transportasi 118,116.90
56.98 Transportasi 51,563.00
Total 206,509.90
99.63 Total 90,234.82