Proses Pencarian Gaharu HASIL DAN PEMBAHASAN

yang terkadang tidak sesuai dengan target dan perkiraan pedagang pengumpul besar.

5.2 Proses Pencarian Gaharu

Proses pencarian gaharu diawali dengan memasuki kawasan-kawasan hutan alam yang diduga banyak terdapat pohon penghasil gaharu, kawasan hutan di provinsi Bengkulu yang biasanya didatangi oleh kelompok pencari gaharu adalah kawasan hutan Air Tenam, Simpur, Air Kaghapan, Air Keruhan, Air kilighan, Ulu Alas, Kawasan hutan Bengkulu Selatan, Gunung Kumbang, Bukit Puguak, Gunung Bungkuk, sampai kawasan hutan Lampung bahkan kawasan hutan lindung. Pohon yang mengandung gaharu yang menjadi incaran oleh kelompok pencari gaharu di Provinsi Bengkulu adalah pohon karas A. malaccensis.

5.2.1 Waktu Pencarian Gaharu

Pencarian gaharu biasanya dilakukan pada musim paceklik yaitu pada bulan Maret sampai September. Proses pencarian dilakukan di dalam hutan dengan lamanya waktu pencarian tergantung pada keahlian, kondisi topografi daerah yang didatangi, kondisi fisik dari anggota kelompok pencari serta jarak lokasi hutan yang akan didatangi. Terdapat perbedaan waktu pencaraian gaharu di Provinsi Bengkulu dengan tempat lain, sebagai contoh pencarian gaharu di Provinsi Bengkulu dilakukan selama 14-15 hari 1-2 minggu, di Kepulauan Riau mencapai 2-6 minggu, sedangkan di Kabupaten Manggarai Flores waktu pencarian hanya dalam hitungan hari yaitu 3-7 hari 1 minggu. Waktu pencarian gaharu di Bengkulu relatif lebih pendek daripada di Riau hal ini diduga karena jumlah anggota kelompoknya yang lebih banyak. Sedangkan di Kabupaten Manggarai waktu pencarian relatif sangat singkat dengan jumlah anggota juga sedikit dibandingkan dengan pencari di Bengkulu hal ini menyebabkan jumlah pendapatan pencari gaharu di Kabupaten Manggarai juga relatif lebih sedikit 0,7-2 kg per periode pencarian. Saat ini pencarian gaharu sudah tidak membutuhkan waktu berbulan-bulan lagi karena aksessibilitas untuk menuju lokasi sudah cukup baik dengan melalui jalan besar yang sebagian sudah beraspal saat menuju pinggir hutan dan jalan setapak saat masuk ke dalam hutan dengan jarak yang di tempuh ± 6-10 km yang ditempuh dalam waktu 2-5 jam.

5.2.2 Perbekalan dan Peralatan Pencarian Gaharu

Mengingat beban perjalanan yang berat dan lamanya perjalanan pada proses pencarian, maka setiap kelompok pencari membawa perbekalan masing-masing untuk memenuhi kebutuhan selama proses pencarian. Tabel 11 Perbekalan pencarian gaharu dalam satu periode 2 minggu No Nama Barang Jumlah Satuan Harga 1 Beras 7,50 Kg 45.000,00 2 Kelapa 4,00 Buah 6.000,00 3 Minyak tanah 0,50 Liter 3.000,00 4 Minyak goreng 0,25 Kg 2.250,00 5 Garam 1,00 Bungkus 1.000,00 6 Cabe 0,25 Kg 3.750,00 7 Mie Goreng 5,00 Bungkus 6.500,00 8 Kopi 0,50 Kg 6.000,00 9 Gula 0,50 Kg 4.500,00 10 Sabun 1,00 Bungkus 2.000,00 11 Pasta gigi 1,00 Bungkus 2.500,00 Total 82.500,00 Sumber : Data Primer Diolah 2010 Tabel 12 Peralatan pencarian gaharu di Bengkulu No Nama Alat Kegunaan Bengkulu Samarinda 1 2 3 4 5 6 Parang Kapak Pisau Kecil Pahat Cekung Garut Arit Pahat - Untuk membuatmembersihkan jalan rintisan - Membersihkan tumbuhan bawah disekitar pohon gaharu yang akan ditebang - Melukai pohon untuk mendeteksi kandungan gaharu - Membelah dan mencincang pohon yang menghasilkan gaharu - Membersihkan kayu yang mengandung gaharu - Mendeteksi pohon mengandung gaharu - Menebang pohon - Membelah bagian-bagian batang Membersihkan kayu dari bagian kayu - - Membersihkan batang kayu yang mengandung gaharu - Membersihkan kayu yang tidak mengandung gaharu - Memisahkan gaharu dari bagian kayu - Mengambil bagian kayu yang mengandung gaharu Menajamkan peralatan - Membuat jalan rintisan - Identifikasi gaharu melalui pelukaan - Memisahkan gaharu dari bagian kayu - Menebang pohon - Identifikasi gaharu melalui pelukaan - Memisahkan gaharu dari bagian kayu - Memisahkan kayu dari bagian kayu - Memisahkan kayu dari bagian gaharu - - 7 Batu Asahan - Sumber : Data Primer Diolah 2010 dan BPK Samarinda Gambar 5 Peralatan pencarian gaharu. Peralatan yang digunakan oleh kelompok pencari gaharu di provinsi Bengkulu sedikit lebih banyak dibandingkan dengan peralatan yang digunakan oleh kelompok pencari di Samarinda, namun demikian perbedaan alat ini tidak begitu berpengaruh pada hasil dan kualitas yang diperoleh oleh kelompok pencari gaharu. Peralatan dan perlengkapan tersebut berupa alat-alat sederhana yang berukuran tidak terlalu besar, ringan, mudah dibawa dan harga yang murah. Walaupun perlengkapan tersebut sederhana, akan tetapi perlengkapan tersebut sangat berguna selama proses pencarian. Perbekalan akan digunakan untuk memenuhi kebutahan selama di dalam hutan, begitu juga dengan peralatan yang dibawa akan sangat berguna dalam proses pencarian gaharu ini.

5.2.3 Teknik Mencari Gaharu

Teknik pencarian gaharu sangat penting dimiliki dan dipahami oleh kelompok pencari gaharu karena teknik pencarian ini akan berpengaruh pada hasil yang didapatkan pada saat melakukan pencarian gaharu, selain itu juga teknik pencarian gaharu juga berpengaruh pada populasi pohon penghasil gaharu. Populasi pohon penghasil gaharu semakin berkurang apabila dalam teknik pencarian gaharu yang tidak benar. Hal ini dapat dilihat dari beberapa tahun terakhir ini pencari gaharu mengalami kesulitan dalam memperoleh gaharu di hutan, ini disebabkan semakin langka jenis pohon penghasil gaharu karas. Kesulitan ini tidak terlepas dari teknik pencarian gaharu yang merusak pohon penghasil gaharu itu sendiri. Teknik-teknik yang penting diperhatikan dalam proses pencarian gaharu yaitu: teknik pendugaan pohon, teknik penebangan pohon, teknik pembersihan, dan teknik pengaritan.

5.2.3.1 Teknik Pendugaan Pohon

Proses pencarian gaharu diawali dengan pencarian pohon penghasil gaharu oleh setiap anggota kelompok di lokasi yang menyebar. Setalah menemukan pohon yang mengandung gaharu maka anggota kelompok yang lain akan diajak untuk melakukan penebangan pohon gaharu tersebut. Karena tidak semua pohon penghasil gaharu mengandung gaharu, maka sebelum pohon tersebut ditebang terlebih dahulu dilakukan pendugaan isi gaharu. Pengetahuan cara pendugaan pohon yang mengandung gaharu sangat diperlukan oleh setiap kelompok pencari gaharu terutama bagi para pencari gaharu pemula agar tidak terjadi salah tebang pada pohon yang tidak mengandung gaharu. Adapun ciri-ciri pohon yang mengandung gaharu dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Ciri-ciri pohon mengandung gaharu No Bagian Bagian Pohon Ciri-Ciri Bengkulu Kaltim dan NTB Manggarai 1 Luar Batang Terlihat tidak sehat terinfeksi jamur, terdapat garis-garis luka alur, banyak benjolan berwarna coklat hitam Terinfeksi, hidup merana, terdapat lengkungan dan benjolan berwarna coklat hingga hitam, batang terpilin berwarna coklat tua sampai hitam Cabang yang sudah cukup lama terpotong bagian batang yang terluka, banyak semut hitam pada pohon Ranting Keropos dan banyak patah - Kulit Kulit kering mengelupas, mudah ditarik dibuka, kulit kayu mudah putus, dan terdapat bintik-bintik dan berduri-duri - Kulit rapuh dan dapat ditarik seperti tali Daun Menguning dan berguguran Menguning dan berguguran Berwarna kuning Akar Mengelupas dan Keropos Mengelupas - 2 Dalam Batang Terdapat alur seperti luka warna coklathitam, bintik-bintik seperti ditusuk duri - - Kulit Dilukai Kulit bagian dalam berduri Ditemukan gaharu kelas Tri dilapisi selaput berwarna putih - - - - Dibakar Beraroma wangi dan khas - - Sumber : Data Primer Diolah 2010, Balai Litbang Kehutanan Kalimantan2003 dan Universitas Nusa Cendana 1995 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di beberapa tempat, ciri-ciri pohon yang mengandung gaharu dari tahun ke tahun mengalami perkembangan, seperti yang dilihat pada Tabel 13 bahwa penelitian pada tahun 1996 menunjukan hanya terdapat empat ciri pohon yang mengandung gaharu dan pada tahun 2004 ciri semakin banyak ditemukan, sedangkan pada tahun 2010 di Bengkulu ciri-ciri pohon yang mengandung gaharu tersebut semakin diperhatikan dari bagian-bagian pohon yang diduga mengandung gaharu tersebut. Hal ini menjukan bahwa adanya peningkatan pengetahuan tentang pendugaan pohon yang mengandung gaharu. Walaupun pengetahuan tersebut semakin berkembang tetapi pengetahuan mengenai ciri pohon yang mengandung gaharu tersebut belum menjadi solusi dalam kesalahan penebangan pohon penghasil gaharu. Hal ini disebabkan karena masih banyak pencari gaharu yang belum begitu ahli dan memahami ciri-ciri kayu yang mengandung gaharu tersebut. Selain itu juga kerena belum adanya keahlian pencari gaharu dalam pendugaan seberapa banyak dan kuat kandungan gaharu yang ada didalam pohon yang akan ditebang tersebut sehingga dapat mempercepat punahnya pohon penghasil gaharu.

5.2.3.2 Teknik Penebangan Pohon

Setelah melakukan pendugaan pohon yang menghasilkan gaharu dan menemukan pohon yang memenuhi kriteria tersebut selanjutnya dilakukan penebangan pohon. Penebangan pohon dilakukan secara tradisional yaitu dengan menggunakan kapak dan pisau yang tajam agar pohon dapat tumbang dengan cepat. Penebangan dimulai dari pangkal pohon, setelah pohon ditebang lalu dibersihkan. Bagian batang kayu yang telah dibersihkan tersebut dipotong-potong dan dibelah untuk diambil gaharunya. Bagian batang yang dipotong dan dicincang hanya pada bagian batang yang telah memiliki garis atau alur yang menunjukan tempat gaharu atau pada bagian batang atau cabang bekas luka dan membusuk. Gaharu bisa ditemukan seluruh bagian batang, cabang, ranting, dan bagian akar pohon. Tempat gaharu bisa berada didalam batang dan bisa berada dibagian batang tidak jauh dari kulit. Kedalaman tempat gaharu tergantung pada lokasi dimana gaharu ditemukan. Gaharu yang ditemukan di daerah lembab biasanya mencapai kedalam 8-10 cm dari daging luar batang, sedangkan daerah tropis kedalamannya berkisar 5-6 cm. Penebangan pohon gaharu yang dilakukan oleh kelompok pencari di beberapa tempat pada umumnya tidak mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh BSN yaitu cara pemungutan gaharu yang hanya boleh dilakukan pada pohon yang telah mati, sehingga akan sangat meminimalisai kesalahan dalam penebangan pohon. Karena pohon yang telah mati pasti akan menghasilkan damar wangi dengan kualitas yang bagus disebabkan infeksi pada pohon tersebut, namun kelompok pencari gaharu tidak bisa menerapkan prosedur yang telah ditetapkan tersebut dengan alasan bahwa sangat sulit menemukan pohon penghasil gaharu yang telah mati tersebut. Selain itu juga BSN tidak diterapkan oleh kelompok pencari gaharu karena tidak semua anggota kelompok mengetahui standar tersebut dan masih lemahnya keberlakukan aturan tersebut. Gambar 6 Penebangan pohon penghasil gaharu.

5.2.3.3 Teknik Pembersihan

Pembersihan dilakukan setelah pohon ditebang kemudian batang tersebut dibersihkan dengan cara semua bagian batang yang mengandung gaharu dipotong- potong atau dibelah-belah dan membuang bagian kayu yang tidak mengandung gaharu sehingga bentuk potongan-potongan tersebut menjadi lebih kecil dan lebih tipis. Selanjutnya hasil potongan-potongan tersebut dipilih bagian-bagian kayunya yang telah mengandung akumulasi damar wangi. Pembersihan dilakukan agar tidak berat pada saat dibawa keluar hutan dan akan lebih mempermudah proses pengaritan. Gambar 7 Kayu mengandung gaharu yang telah di bersihkan.

5.2.3.4 Teknik Pengaritan

Proses pengaritan bisa dilakukan di dalam hutan atau dilakukan setelah keluar dari hutan, hal ini tergantung pada kondisi dan waktu gaharu ditemukan. Jika gaharu ditemukan pada awal pencarian dan masih mempunyai waktu untuk melakukan pengaritan, maka kelompok pencari langsung akan melakukan pengaritan. Pengaritan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap kelompok pencari gaharu, pengaritan ini merupakan kegiatan pembuangan daging kayu yang tidak mengandung gaharu yang berada di antara kandungan gaharu dengan cara pengerokan agar warna dari potongan-potongan kayu gaharu lebih tampak dan didapatkan hasil gaharu yang sempurna. Walaupun setiap kelompok pencari gaharu melakukan pengaritan, pada saat kelompok melakukan penjualan kepada pedagang pengumpul kecil maupun pedagang pengumpul besar akan dilakukan pengaritan ulang. Pengaritan ulang ini dilakukan karena menurut pedagang pengumpul hasil pengaritan yang dilakukan oleh kelompok pencari tidak begitu baik karena keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja mereka jauh lebih baik. Hal ini juga yang menjadi salah satu faktor harga yang diterima oleh pencari gaharu menjadi rendah karena dengan alasan bahwa pedagang pengumpul harus melakukan pengaritan dan kegiatan-kegiatan lainya yang akan membuat gaharu menjadi lebih berharga. Gambar 8 Kegiatan pengaritan bagian kayu yang mengandung gaharu.

5.2.4 Hasil Gaharu yang didapatkan

Proses pencarian atau pengumpulan gaharu merupakan suatu pekerjaan yang bersifat untung-untungan. Dalam pencarian terkadang bisas mendapatkan dan menemukan gaharu dalam jumlah kg yang banyak dan kualitas yang baik, akan tetapi tidak menutup kemungkin juga pada saat pencari kelompok pencari tidak mendapatkan gaharu sama sekali nihil dan hanya kerugian yang didapatkan. Walaupun demikian pencarian gaharu masih banyak diminati oleh masyarakat provinsi Bengkulu terutama masyarakat dari kabupaten Kaur, Bengkulu Selatan dan Seluma. Meskipun pencarian gaharu ini merupakan suatu pekerjaan yang bersifat untung-untungan, tetapi pekerjaan pencarian gaharu juga sangat terkait dengan keahlian yang khusus dalam mengenali pohon yang mengandung gaharu seperti yang telah dijelaskan pada proses pencarian gaharu. Sehingga hasil yang di peroleh dalam pencarian juga tergantung pada keahlian anggota kelompok pencari. Jumlah gaharu yang diperoleh oleh kelompok pencari gaharu juga dipengaruhi oleh tempat pencarian, tempat pencarian yang belum pernah dijamah didatangi oleh kelompok lain biasanya akan mendapatkan hasil dalam jumlah yang cukup. Hasil penelitian ini terdapat sedikit perbedaan hasil yang biasanya didapatkan oleh kelompok pencari yang berasal dari ketiga kabupaten lokasi penelitan. Berdasarkan informasi yang diperoleh kelompok yang berasal dari kabupaten Kaur dapat memperoleh gaharu dalam satu periode pencarian 5-15 kg, pencari yang berasal dari kabupaten Bengkulu Selatan memperoleh hasil pencarian antara 15-20 kg dalam satu periode pencarian, demikian juga dengan kelompok pencari gaharu yang berasal dari kabupaten Seluma dalam satu periode pencarian dapat menghasilkan gaharu dalam jumlah sekitar 15-20 kg. Sedangkan informasi penelitian yang juga pernah dilakukan hasil gaharu yang didapatkan oleh kelompok pencari gaharu di Riau dalam satu periode pencarian berkisar 15-20 kg periode pencarian 2-6 minggu, pencari gaharu di Manggarai dalam sekali pencarian 3-7 hari memperoleh hasil antara 0,7-2,0 kg. Berdasarkan hasil wawancara, hasil perolehan kelompok pencari gaharu di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Seluma sebanyak 15-20 kg tersebut terdistribusi pada ketujuh kualitas gaharu yang terdapat di Provinsi Bengkulu, yaitu kualitas gaharu super, kelas AB, BC, C1, C2, kemedangan super, dan kelas teri.

5.3 Kualitas Gaharu