4.2. Visi dan Misi
CV. Yogi Tas termasuk ke dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM yang mempunyai keterbatasan dalam hal modal dan sumber daya.
Hal tersebut tidak mengurangi keinginan pemiliknya untuk mengembangkan usahanya agar mampu bersaing dengan kompetitor lain dan mampu tumbuh
menjadi perusahaan yang lebih besar. Mas Yogi yang merupakan pemilik CV Yogi Tas ini mengatakan bahwa usahanya mempunyai visi dan misi
dalam menjalankan usahanya dan upaya untuk pengembangannya. Visi yang ditetapkan adalah menjadikan Yogi Tas sebagai salah satu
produsen tas yang memiliki spesifikasi yang khas di mata konsumen. Untuk mencapai visi diperlukan misi yang merupakan langkah-langkah yang
ditempuh agar visi tersebut dapat tercapai. Misi dari CV. Yogi tas menurut Mas Yogi adalah:
1. Menciptakan produk yang bermutu bagi konsumen.
2. Menjaga kualitas produk.
3. Mengutamakan kualitas pelayanan kepada konsumen.
4.3. Analisis Kelayakan Usaha
Dalam perjalanan usahanya, Yogi Tas bermaksud untuk melakukan pengembangan usahanya dengan memperluas skala unit usaha dan produksi.
Usaha Yogi Tas selama ini adalah menerima pesanan berbagai macam tas dari konsumen. Untuk keperluan produksi, Yogi Tas telah memiliki aset
berupa bangunan serta peralatan dan perlengkapan yang cukup memadai. Bentuk pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh Yogi Tas adalah
dengan membuat divisi atau unit usaha yang difokuskan untuk memproduksi tas jenis ransel laptop dengan empat jenis model tas. Untuk
rencana pengembangan usaha ini Yogi Tas telah menyiapkan seluruh aset baru yang diperlukan mulai dari bangunan, peralatan, dan perlengkapan
yang terpisah dari usaha sebelumnya. Bangunan berlokasi di wilayah yang sama dengan usaha sebelumnya, dan berada di bawah badan hukum yang
sama dengan usaha sebelumnya. Bentuk pengembangan ini atas dasar permintaan ransel laptop di pasar yang terus meningkat. Pengembangan
usaha tersebut sudah pasti akan berpengaruh terhadap beberapa variabel
produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, dan sumber daya lainnya. Analisis kelayakan usaha dapat digunakan untuk menilai apakah
pengembangan tersebut layak untuk diusahakan atau tidak. Skala produksi awal akan ditentukan dengan menggunakan
pendekatan peramalan forecasting penjualan dengan berdasarkan deret waktu time series serta pertimbangan kapasitas optimum produksi dengan
mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki usaha. Data peramalan yang digunakan adalah data penjualan selama 22 bulan Januari 2009 - Oktober
2010 dan proses peramalan dilakukan dengan bantuan aplikasi Minitab 14. Metode peramalan yang baik adalah yang mempunyai standar kesalahan
yang paling kecil. Parameter kesalahan yang dipakai dalam aplikasi Minitab ada tiga, yaitu Mean Absolute Percentage Error MAPE, Mean Absolute
Deviation MAD, dan Mean Squared Deviation MSD. Dari hasil pengujian didapat bahwa metode peramalan yang tepat adalah dengan
menggunakan metode analisis tren dengan model kuadratik karena menghasilkan nilai MAD yang paling kecil yaitu 58,83. Analisis tren
kuadratik memperlihatkan hasil peramalan yang menunjukkan tren yang selalu meningkat di tiap tahunnya selama lima tahun periode usaha.
Tabel 5. Metode peramalan time series dan nilai parameter kesalahan
Jenis Peramalan MAPE
MAD MSD
Analisis Tren Linear 70,9
72,9 10364,9
Analisis Tren Kuadratik 87,76
58,83 6635,93
Moving Average 62,0
66,8 12635,7
Single Exponential Smoothing 75,6
67,1 11865,2
Double Exponential Smoothing 75,13
65,38 9819,35
Gambar 3. Model Tren Kuadratik
I nde x R
a n
s e
l L
a p
to p
80 72
64 56
48 40
32 24
16 8
1 10000
8000 6000
4000 2000
A ccu r acy Measu r es MA PE
87,76 MA D
58,83 MSD
6635,93 Var iab le
Fo r ecasts A ctu al
Fits
Tr end Analysis Plot f or Ransel Lapt op
Quadr atic Tr end Model Yt = 161,994 - 29,8739 t + 1,70151 t 2
Untuk mengetahui berapa kapasitas produksi optimum dari usaha maka dibuat model linear dimana pemecahannya menggunakan aplikasi
Lindow32. Dengan nilai variabel yang telah ditentukan didapat kapasitas optimum produksi yaitu 100 unit tasbulan untuk model 1,3, dan 4, serta 190
unit tasbulan untuk model 2. Asumsi peramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi yang didapat inilah yang akan menjadi dasar penilaian
kelayakan usaha pembentukan unit usaha ransel laptop pada usaha Yogi Tas.
Tabel 6. Kapasitas optimum produksi ransel laptop Jenis ransel laptop yang diproduksi
Kapasitas Optimum unitbulan
Model 1 100
Model 2 190
Model 3 100
Model 4 100
Untuk lebih jelasnya mengenai asumsi peramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi dapat dilihat pada Lampiran 2. Asumsi
Peramalan Penjualan pada Pengembangan Usaha Yogi Tas dan Lampiran 3. Program Linear Penentuan Kapasitas Optimum Produksi. Aspek-aspek
kelayakan usaha pada Yogi Tas yang akan menjadi dasar penilaian kelayakan usaha meliputi aspek pasar dan pemasaran, teknis, manajemen
dan hukum, sosial ekonomi dan lingkungan, dan finansial.
4.3.1. Aspek Pasar dan Pemasaran
Pengembangan usaha di bidang produksi ransel laptop mempunyai prospek yang cukup potensial di Indonesia. Indonesia
tercatat sebagai negara yang memiliki pangsa pasar Notebook PC laptop yang berkembang sangat pesat di Asia Tenggara. Data
triwulan II 2010 dari International Data Corporation IDC menunjukkan pasar Indonesia mengalami pertumbuhan lebih dari
40. Menurut perkiraan dengan pertumbuhan yang tinggi ini dalam lima tahun kedepan Indonesia akan menjadi pasar notebook atau
laptop terbesar di Asia Tenggara. Kwartal ini dari Oktober hingga Desember, pasar notebook Indonesia diperkirakan sekitar 1,4 juta
unit. Tahun depan, IDC memperkirakan adanya kenaikan hingga sekitar 6 juta unit
1
. Dijelaskan, penjualan tas laptop juga mengalami kenaikan sekitar 10-20 dibandingkan tahun sebelumnya.
Kenaikan ini seiring dengan meningkatnya grafik penjualan laptop yang sangat tinggi. Bodypack yang merupakan produsen ransel
laptop dalam negeri yang terbesar hanya mampu memenuhi kebutuhan pasar sekitar 30 dari total produksi Bodypack sekitar
20.000 unit per bulan. Dari segi penjualan perusahaan sendiri menunjukkan tren
yang cenderung meningkat tiap bulan. Peramalan penjualan yang dilakukan juga menunjukkan tren positif dimana angka penjualan
selalu meningkat di tiap bulannya. Dengan mempertimbangkan ramalan penjualan yang terus meningkat serta kapasitas optimum
produksi usaha dan sumber daya yang tersedia, maka ditetapkan angka penjualan sebesar 5880 unit tas per tahun untuk empat jenis
model tas. Pertumbuhan penjualan laptop dan ransel laptop yang positif ini merupakan pasar tersendiri yang cukup menjanjikan bagi
Yogi Tas untuk mengembangkan produksi ransel laptop. Pada awalnya produksi ransel laptop hanya berdasarkan
jumlah pesanan. Penjualan dengan berdasarkan sistem pesanan ini menunjukkan peningkatan tiap bulannya. Dengan
mempertimbangkan penggunaan laptop yang terus bertambah dan asumsi kebutuhan ransel laptop yang berbanding lurus dengan
pertumbuhan jumlah laptop, perluasan segmen pemasaran diperlukan dengan menggunakan pendekatan persediaan make to stock.
Dengan perubahan pendekatan pemasaran ini tentu dibutuhkan usaha promosi dan menjalin relasi yang lebih luas dengan sentra penjualan
laptop di dalam maupun luar daerah Bogor. Dengan membandingkan antara ramalan penjualan dan
kapasitas optimum produksi, dapat dilihat bahwa peluang penjualan di tahun pertama sebesar 10.247 unit. Dengan kapasitas produksi
1
www.detikfinance.com [24-10-2010]
sebesar 5.880 unit dapat diasumsikan bahwa jumlah yang disupply ke pasar oleh Yogi Tas dapat terserap seluruhnya. Supply ransel
laptop dari Yogi Tas ini seluruhnya di masukkan ke outlet dan toko- toko penjual laptop dan aksesorisnya yang sudah menjadi langganan
selama ini dan outlet baru untuk menunjang pemasarannya. Oleh karena itu, dari aspek pasar usaha pengembangan ransel laptop ini
layak untuk dijalankan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini.
Tabel 7. Perbandingan ramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi usaha yogi tas
Tahun 2011 Ramalan penjualan
unitbln Kapasitas Optimum
Produksi unitbln
Januari 479 490
Februari 535 490
Maret 596 490
April 660 490
Mei 727 490
Juni 797 490
Juli 871 490
Agustus 948 490
September 1029 490
Oktober 1113 490
November 1200 490
Desember 1292 490
Total 1 tahun 10.247
5.880 4.3.2. Aspek
Teknis
Setelah aspek pasar maupun pemasaran menyatakan suatu usaha layak untuk dijalankan, tahap berikutnya yang akan dianalisis
adalah mengenai aspek teknis dan teknologi. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan
proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun Husnan dan Suwarsono, 1994. Tujuan dari aspek
ini adalah untuk meyakini secara teknis bahwa rencana pengembangan usaha layak dilaksanakan. Adapun hal-hal yang
menjadi pertimbangan dalam aspek teknis meliputi lokasi usaha, proses produksi, dan fasilitas produksi.
1. Lokasi Usaha
Dalam pendirian suatu usaha, aspek lokasi usaha menjadi suatu hal yang penting baik untuk penentuan tempat produksi
pabrik maupun tempat untuk memasarkan produk yang dihasilkan. Dalam hal penentuan lokasi usaha untuk tempat
produksi, hal-hal yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan meliputi aspek ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang
dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Usaha Yogi Tas sendiri terletak di Desa Laladon RT
0504 Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Lokasi pembelian bahan baku berada di Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat. Tempat
ini dipilih karena faktor kelengkapan bahan baku yang dibutuhkan. Secara geografis lokasi pembelian bahan baku
terbilang jauh karena sudah berbeda wilayah pemerintahan yaitu di Provinsi DKI Jakarta. Namun dari sisi jarak dan akses
transportasi menuju ke lokasi pembelian bahan baku hal itu tergolong relatif dekat dan mudah karena Bogor sendiri
merupakan daerah penyangga Jakarta dan jarak antara Bogor dan Jakarta tidak terlalu jauh yaitu dapat ditempuh selama lebih
kurang dua jam perjalanan. Akses transportasi berupa jalan raya dan kendaraan umum juga sangat memadai sehingga tidak terlalu
menjadi masalah dalam hal penyediaan bahan baku. Sejak awal berdiri, target awal dari konsumen yang dibidik
adalah yang berada di wilayah Bogor, terutama instansi pemerintah dan lembaga pendidikan yang memang cukup banyak
berada di dekat lokasi usaha ini. Sehingga dari segi pasar yang dituju pun lokasi usaha layak dijalankan. Ketersediaan energi
untuk mendukung proses produksi berupa listrik dan air juga sudah terjamin karena wilayah ini sudah cukup ramai sehingga
pasokan energi tidak mengalami masalah. Tenaga kerja yang dibutuhkan oleh Yogi Tas adalah tenaga kerja terlatih dan tidak
memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi, sehingga untuk
mendapatkannya dari wilayah sekitar tidaklah susah. Sedangkan untuk fasilitas transportasi, infrastruktur di sekitar lokasi usaha
sangat menunjang yaitu ketersediaan jalan utama atau jalan besar raya, moda transportasi berupa angkutan umum 24 jam, dan
keberadaan dua terminal yang menjadi urat nadi transportasi Kabupaten dan Kota Bogor yaitu Terminal Laladon dan Bubulak.
Untuk lebih jelasnya, peta lokasi usaha Yogi Tas dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini.
Gambar 4. Peta Lokasi Usaha
2. Proses Produksi
Produk yang dihasilkan dalam pengembangan usaha Yogi Tas ini berupa ransel laptop. Untuk menghasilkan ransel laptop,
ada beberapa tahapan produksi yang harus dilakukan. Urutan proses produksi dapat dilihat pada Gambar 5.
a. Pembuatan Pola dan Sampel
Pola merupakan cetakan dari ransel laptop yang akan dibuat. Pola dibuat dengan menggunakan bahan karton.
Biasanya pola yang akan dibuat berdasarkan produk ransel laptop yang bagus dan sudah ada di pasar, serta mengalami
sedikit modifikasi. Pembuatan pola tergantung dari bentuk tas model. Untuk tas yang tidak terlalu rumit atau tidak mempuyai
bentuk yang asimetris pola dapat langsung dibuat dengan
Lokasi Usaha
mengukur langsung tas model tersebut dan dibuat modelnya di atas karton. Sedangkan untuk tas yang rumit dengan banyak
bagian yang asimetris tas model tersebut akan dibedah terlebih dahulu. Tas yang dijadikan model akan dibedah menjadi
bagian-bagian kecil. Kemudian bagian-bagian ini dijiplak di atas karton dengan menggunakan pulpen dan disesuaikan
ukurannya dengan menggunakan meteran kain dan dipotong sesuai dengan ukurannya dengan gunting atau cutter. Pembuat
pola akan membuat ukuran pola dan ditambah atau dilebihkan sedikit untuk proses penjahitan nanti. Hal ini dilakukan dengan
perkiraan dari pembuat pola karena sudah terbiasa dengan proses ini. Proses pemotongan pola dilakukan di atas triplek
tebal multiplek. Setelah proses pembuatan pola selesai, dibuat sampel jadi dari pola yang dibuat sehingga diketahui
kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat satu tas. Dalam usaha pengembangan Yogi Tas direncanakan akan
dibuat empat model tas, sehingga diperlukan empat buah pola yang berbeda.
b. Pemotongan Bahan
Proses pemotongan bahan pada prinsipnya hampir sama dengan pembuatan pola. Seperangkat alat yang dibutuhkan
adalah rolan bahan yaitu tempat gulungan bahan yang akan dipotong. Kemudian triplek tebal multiplek sebagai alas
untuk memotong bahan. Multiplek ini berukuran 1,5 m x 2 m. Gunting dan cutter untuk memotong dan penggaris besi
sebagai alat bantu proses pemotongan. Dari hasil pembuatan pola didapat bentuk dari bagian-bagian tas yang akan dibuat
dalam bentuk pola di atas karton beserta ukurannya. Satu per satu pola karton tadi dijiplak ke bahan tas yang di taruh di atas
multiplek. Kemudian dipotong dengan menggunakan cutter atau gunting. Setelah satu bagian pola tas dipotong maka
diperbanyak dengan menumpuk pola yang sudah dipotong tadi
di atas bahan sejumlah tas yang akan dibuat, kemudian dipotong seperti tadi lagi. Pemotongan bahan ini terutama
untuk bahan utama tas seperti bahan D1680, jala mesh, D420 hitam, saten polos, bisban 2,5 cm dan sebagainya. Sedangkan
untuk bahan pelengkap lainnya seperti kepala resleting, benang, pegangan, gesper disiapkan sesuai dengan kebutuhan
untuk satu tas ransel. Proses pemotongan ini sangat sederhana dan sangat mengandalkan ketelitian dan kecermatan, karena
dalam proses pemotongan akan diusahakan penggunaan bahan semaksimal mungkin dan tidak ada bahan yang terbuang.
c. Penjahitan
Proses ini menggabungkan seluruh bagian dari bahan- bahan yang sudah dipotong tadi, mulai dari badan tas hingga
pernak pernik perlengkapannya seperti resleting, kepala resleting, dan lain sebagainya, hingga akhirnya menjadi produk
jadi yang siap dipasarkan. Bagan lengkap dari proses produksi ransel laptop di Yogi
Tas dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini.
Gambar 5. Bagan Proses Produksi
3. Peralatan dan Perlengkapan Produksi
Untuk menjalankan proses produksi tentu dibutuhkan sarana dan prasarana berupa peralatan dan perlengkapan yang
berkaitan dengan setiap proses produksi. Peralatan dan perlengkapan dibagi berdasarkan alur proses produksi.
a. Proses Pembuatan Pola
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam proses ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Pembuatan pola Stok bahan baku untuk
produksi satu bulan Pembelian bahan baku
Pembelian jika ada tambahan produksi
Jenis tas yang akan dibuat
Penyiapan bahan
Pemotongan bahan Pembuatan pola setiap 6
bulan agar variatif
Kepala sleting, pegangan, disiapkan
Bahan siap dijahit
Penjahitan
Packaging Perapihan benang
sisa jahitan
Tabel 8. Peralatan dan perlengkapan dalam pembuatan pola
No. Item Jumlah Umur
Ekonomis 1. Karton
2. Penggaris siku
1 1 tahun
3. Penggaris panjang 1 m
1 4 tahun
4. Meteran kain
1 6 bulan
5. Jangka 1
4 tahun
6. Pensil, bolpoint,
spidol 1 6 bulan
7. Triplek tebal multiplek
1 1 tahun
8. Calculator 1
2 tahun
9. Gunting 1
4 tahun
10. Cutter 1
6 bulan
b. Proses pemotongan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam proses ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 9. Peralatan dan perlengkapan dalam proses pemotongan
No. Item Jumlah
Umur Ekonomis
1. Cutter 1
6 bulan
2. Penggaris besi
1 5 tahun
3. Meteran kain
1 6 bulan
4. Pensil 1
6 bulan
5. Gunting 1
4 tahun
6. Triplek tebal
multiplek 1 6
bulan 7.
Rolan bahan 1
3 tahun 8.
Isi cutter 20 pak
1 bulan c.
Penjahitan Peralatan yang dibutuhkan dalam proses ini adalah mesin
jahit listrik yang mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun. Dalam usaha pengembangan Yogi Tas ini diperlukan 8 unit
mesin jahit.
4.3.3. Aspek Manajemen dan Hukum
Penilaian kelayakan pengembangan usaha dalam aspek manajemen dan hukum meliputi hal yang berkaitan dengan perizinan
dan legalitas badan hukum usaha, struktur organisasi, kepemilikan,
deskripsi pekerjaan, sistem kompensasi, dan sistem penerimaan tenaga kerja.
1. Perizinan dan Legalitas Badan Hukum Usaha
Yogi Tas termasuk ke dalam golongan perusahaan manufaktur yang mengolah bahan mentah atau setengah jadi
menjadi barang jadi. Skala usahanya masih tergolong usaha kecil baik dilihat dari tingkatan produksi maupun aset yang
dimilikinya. Dalam pendirian usaha, secara formal disyaratkan untuk meminta izin usaha kepada pihak yang terkait, karena hal
ini berkaitan dengan birokrasi yang harus dipenuhi. Dalam hal perizinan, Yogi Tas sudah memiliki izin usaha yang dikeluarkan
oleh Badan Perizinan Terpadu Pemerintah Kabupaten Bogor berupa Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP untuk usaha skala
kecil dengan nomor 0039010-20PKPOVI2009. Selain itu dari perangkat desa dan kecamatan juga sudah memberikan izin
berupa surat izin domisili. Badan hukum usaha merupakan bentuk kekuatan legalitas
usaha di mata hukum. Dengan memiliki bentuk badan hukum, usaha akan memperoleh banyak kemudahan, seperti dalam hal
menjalin kerjasama networking dengan pihak lain. Yogi Tas sendiri telah memiliki bentuk badan hukum usaha dalam bentuk
CV Commanditaire Vennootschap yang dikukuhkan dengan akta notaris Khadijah Budi Astuti SH dengan nomor 321AN-
CV2009 dan disahkan oleh Pengadilan Negeri Cibinong.
2. Struktur Organisasi
Struktur formal organisasi dalam suatu perusahaan dibuat untuk menunjukkan kedudukan struktural masing-masing
individu serta menunjukkan tugas dan fungsi mereka. Menurut Husnan dan Suwarsono 1994, struktur organisasi tersebut
menggambarkan lima aspek, yaitu 1 pembagian pekerjaan, 2 manajer dan bawahan, 3 tipe pekerjaan yang dilakukan, 4
pengelompokan bagian-bagian pekerjaan, dan 5 tingkatan
manajemen. Dengan adanya struktur organisasi akan memudahkan dalam pendelegasian tugas dan wewenang sehingga
dapat memudahkan pencapaian tujuan yang diinginkan perusahaan. Struktur organisasi Yogi Tas sendiri masih sangat
sederhana. Hampir semua fungsi manajerial dipegang sendiri oleh pimpinan perusahaan sekaligus pemiliknya. Pimpinan usaha
langsung membawahi 11 orang karyawan. Pembagian tugas secara spesifik dilakukan pada proses produksinya dimana
terdapat tiga kegiatan utama dalam proses produksi, yaitu pembuatan pola, pemotongan pola, dan penjahitan. Dengan
struktur organisasi seperti ini, pengambilan keputusan dalam segala hal menjadi wewenang dari pimpinan usaha.
3. Kepemilikan
Pemilik pengembangan usaha Yogi Tas ini adalah Yogi Alwan Fauzi yang sekaligus bertindak sebagai pimpinan yang
membawahi 10 orang karyawan. Modal dalam menjalankan pengembangan usaha ini seluruhnya dikeluarkan oleh Mas Yogi
sendiri.
4. Deskripsi Pekerjaaan
Dalam pengembangan usaha ransel laptop pada Yogi Tas ini, pemilik sekaligus pimpinan merencanakan untuk
menggunakan 10 orang karyawan yang terdiri dari 1 orang tukang belanja, 1 orang tukang pola dan tukang potong, dan 8 orang
tukang jahit. a.
Pimpinan pemilik Pemilik yang merupakan pimpinan usaha ini memegang
peranan penting dalam menjalankan roda perusahaan. Seluruh kegiatan pra produksi, produksi, dan pasca produksi menjadi
tanggung jawab dan wewenang dari pimpinan. Secara umum tugas dari pimpinan mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Memegang tanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan
fungsi manajerial usaha, mulai dari pemasaran, produksi, sumber daya manusia, dan keuangan.
2. Menjalin dan menjaga hubungan yang baik dengan
konsumen. 3.
Mengambil keputusan yang tepat dan cepat dalam menghadapi suatu permasalahan.
b. Tenaga kerja pembelian bahan
Bertanggung jawab dalam proses pembelian bahan baku produksi. Bahan baku dibeli di pasar Tanah Abang Jakarta
Pusat dengan pertimbangan kelengkapan bahan. c.
Tenaga kerja pembuatan pola Bertanggung jawab dalam pembuatan pola dari ransel
laptop yang akan dibuat. Proses ini membutuhkan ketelitian yang tinggi karena pola harus dibuat sedetail mungkin dan
menuntut akurasi ketepatan dalam setiap ukuran bagian-bagian pola yang dibuat.
d. Tenaga kerja pemotongan
Bertanggung jawab memotong bahan sesuai dengan pola yang telah dibuat sebelumnya. Proses ini menyiapkan bahan
utama yang akan dijahit dalam proses selanjutnya. Pemotongan bahan dilakukan secara manual dengan menggunakan
seperangkat alat potong yang terdiri dari gunting, penggaris besi, pensilpulpen, busur, dan sebagainya.
e. Tenaga kerja penjahitan
Bertanggung jawab dalam melakukan proses penjahitan bahan yang telah dipotong menjadi satu bagian ransel laptop
yang utuh. Proses ini membutuhkan waktu yang paling lama dan yang paling menentukan bentuk fisik ransel laptop yang
diproduksi.
5. Sistem Kompensasi
Sistem pemberian kompensasi kepada tenaga kerja Yogi Tas terdiri dari dua jenis, yaitu sistem upah borongan dan sistem
gaji bulanan. Adanya pembedaan ini dikarenakan skala usaha yang masih kecil, sehingga perlu dilakukan efisiensi dalam
operasionalnya dan salah satunya adalah dengan menerapkan sistem upah borongan. Untuk tenaga kerja yang mendapat
kompensasi dengan gaji adalah tenaga kerja bagian pembelian bahan yang mendapat gaji sebesar Rp 600.000. Tenaga kerja
pembuatan pola dibayar sebesar Rp 300.000 untuk satu buah pola yang dibuat. Dalam satu tahun, pola dibuat sebanyak dua kali
sebagai variasi, sehingga dalam satu tahun akan ada delapan pola. Tenaga kerja pemotongan mendapat upah yang bervariasi
tergantung model ransel laptop yang dibuat. Upah yang diterima berkisar antara Rp 1.500-3000 per ransel. Tenaga kerja bagian
penjahitan mendapat upah yang relatif lebih besar karena pekerjaannya relatif lebih sulit dan membutuhkan waktu lebih
lama. Upah yang diterima tenaga kerja penjahitan juga bervariasi tergantung model dan tingkat kesulitan. Upah yang diterima
tenaga kerja penjahitan berkisar antara Rp 10.000-20.000 per ransel. Selain pemberian kompensasi berupa gaji dan upah, para
tenaga kerja Yogi Tas mendapatkan uang makan setiap hari kerja sebesar Rp 10.000.
6. Sistem Penerimaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang direkrut oleh Yogi Tas semuanya berasal dari Bogor. Untuk proses pengembangan divisi ransel laptop,
tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 10 orang yang terdiri dari 8 orang tukang jahit, 1 orang tukang potong dan tukang pola, dan
1 orang tukang belanja. Semua tenaga kerja ini berasal dari wilayah Bogor. Sistem perekrutan tenaga kerja di Yogi Tas masih
sangat sederhana. Pada awalnya, tenaga kerja yang dipakai masih terbatas pada orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan
pemiliknya. Hal ini dikarenakan pemilik sudah mengetahui kualitas kerja dari orang yang bersangkutan. Lama kelamaan satu
orang tadi mengajak teman temannya yang rata-rata sudah mempunyai keahlian dan pengalaman dalam hal pembuatan tas
dan begitu seterusnya. Untuk pengembangan Yogi Tas tenaga kerja sebanyak 11 orang juga didapatkan dengan proses seperti
itu, dimana satu orang yang sudah dipercaya dan berpengalaman mengajak teman maupun saudaranya yang tentunya sudah
mempunyai kemampuan sesuai tugas yang dibutuhkan. Dengan cara ini lebih memudahkan pemilik untuk mencari tenaga kerja
yang diperlukan dan mempunyai keahlian yang bagus.
4.3.4. Aspek Sosial dan Ekonomi
Dalam aspek sosial ekonomi akan dilihat seberapa besar kontribusi dari usaha yang ada terhadap kehidupan sosial dan
ekonomi dari lingkungan sekitar tempat usaha didirikan. Dilihat dari aspek sosial, dengan adanya Yogi Tas di Desa Laladon akan
membuka peluang kesempatan kerja dan dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar 10 orang , sehingga secara tidak
langsung keberadaan usaha ini dapat membantu pemerintah daerah Kabupaten Bogor dalam upaya mengurangi angka pengangguran
walaupun dalam jumlah kecil. Dari segi ekonomi, keberadaan Yogi Tas dapat meningkatkan jumlah pendapatan baik pemilik usaha
maupun masyarakat sekitar serta pemerintah daerah. Semakin besar skala usaha yang didirikan akan semakin besar
manfaat sosial dan ekonomi yang dapat dirasakan. Selain skala usaha Yogi Tas yang masih tergolong kecil, daerah tempat usaha
merupakan daerah yang strategis sehingga geliat dan aktifitas ekonominya pun cukup ramai, sehingga dampak sosial ekonomi bagi
lingkungan tidak terlalu besar dan tidak terlalu kelihatan, namun dapat dikatakan Yogi Tas tetap mempunyai dampak positif secara
sosial dan ekonomi walaupun sedikit.
4.3.5. Aspek Lingkungan
Pada dasarnya setiap usaha dan bisnis harus memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya dan dampak yang dapat ditimbulkan
usaha terhadap lingkungan sekitar. Aspek lingkungan menitikberatkan pada dampak negatif sisa produksi yang mungkin
dihasilkan usaha. Hal ini sangat penting karena usaha merupakan bagian dari kehidupan masyarakat sekitar, apabila perusahaan tidak
tanggap dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah diakibatkannya terhadap lingkungan sekitar tentu perusahaan
tersebut tidak akan disukai dan bisa saja pada akhirnya masyarakat sekitar meminta usaha tersebut untuk ditutup.
Pada usaha pengembangan Yogi Tas dapat dikatakan tidak menghasilkan sisa atau limbah yang dapat mengganggu lingkungan
sekitar. Sisa atau limbah produksi pada umumnya berupa sisa karton dalam pembuatan pola, potongan-potongan bahan yang tidak ikut
terpakai, dan sisa-sisa benang yang terdapat pada produk yang dihasilkan. Semua limbah tersebut tidak dapat digunakan lagi dan
pada akhirnya akan dibuang ke tempat pembuangan.
4.3.6 Aspek Finansial
Analisis finansial adalah kegiatan melakukan penilaian dan penentuan satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak
dari keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha Sofyan, 2003. Pada pengembangan usaha Yogi tas ini analisis kelayakan
aspek finansial terdiri dari rencana kebutuhan fisik, rencana anggaran biaya, biaya operasional, modal dan penerimaan, dan
analisis kriteria investasi.
1. Rencana Kebutuhan Fisik
Rencana kebutuhan fisik pada usaha Yogi Tas merupakan suatu perencanaan mengenai kebutuhan fisik yang diperlukan
oleh usaha mulai dari awal hingga periode usaha akan berakhir. Rencana kebutuhan fisik ini berguna untuk memetakan kebutuhan
masing-masing kebutuhan fisik yang menunjang aktifitas usaha
secara detail pada tiap tahun analisis usaha. Kebutuhan fisik ini terdiri dari bangunan untuk tempat usaha, peralatan dan
perlengkapan produksi, bahan baku produksi, energi, dan tenaga kerja. Kebutuhan bangunan berupa sebuah rumah yang berukuran
150 m
2
yang digunakan untuk mendukung seluruh aktifitas usaha, mulai dari produksi, administrasi, dan penjualan.
Peralatan produksi yang dibutuhkan relatif banyak dan terdiri dari berbagai jenis, sesuai tahap produksi yang dilakukan,
mulai dari tahap pembuatan pola, pemotongan, dan penjahitan. Beberapa diantaranya adalah gunting, cutter, penggaris besi, dan
mesin jahit. Bahan baku produksi dibutuhkan dalam setiap kali aktifitas produksi. Produk yang dihasilkan terdiri dari empat
model, namun kebutuhan bahan bakunya relatif sama hanya jumlah yang berbeda. Untuk lebih memudahkan kebutuhan bahan
baku dijumlahkan untuk semua model dalam setiap kali produksi. Kebutuhan energi utama adalah ketersediaan pasokan listrik
untuk menjalankan mesin jahit dan penerangan selama aktifitas produksi. Kebutuhan fisik terakhir adalah kebutuhan akan tenaga
kerja. tenaga kerja berjumlah 10 orang yang masing-masing mempunyai tugas spesifik. Satu orang karyawan bertanggung
jawab dalam proses pembelian bahan baku, satu orang bertanggung jawab dalam proses pembuatan pola dan
pemotongan, dan delapan orang bertanggung jawab dalam proses penjahitan. Rincian kebutuhan fisik yang lebih detail dapat dilihat
pada Lampiran 6. Rencana Kebutuhan Fisik.
2. Rencana Anggaran Biaya RAB
Rencana anggaran biaya merupakan rekapitulasi dari seluruh biaya yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha Yogi
Tas. Secara umum rencana anggaran biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan fisik yang telah
direncanakan sebelumnya. Anggaran biaya ini merupakan jumlah keseluruhan biaya yang dibutuhkan untuk investasi dan
memenuhi kebutuhan operasional usaha selama umur usaha. Biaya-biaya yang termasuk dalam rencana anggaran biaya terdiri
dari berbagai macam pos, diantaranya biaya bangunan sebesar Rp 300.000.000, biaya peralatan dan perlengkapan produksi sebesar
Rp 19.110.000, biaya bahan baku produksi sebesar Rp 274.825.000, biaya energi sebesar Rp 3.568.500, upah tenaga
kerja sebesar Rp 98.760.000, dan biaya lainnya sebesar Rp 47.400.000.
Tabel 10. Ringkasan rencana anggaran biaya Item
Rencana Anggaran Biaya Rp
Bangunan 300.000.000 Peralatan dan Perlengkapan
Produksi 19.110.000
Bahan Baku Produksi 274.825.000
Energi 3.568.500 Upah Tenaga Kerja
98.760.000 Biaya Lainnya
47.400.000
Total 743.663.500
Rencana anggaran biaya yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 8.
3. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dibutuhkan usaha untuk menjalankan roda perusahaan dan aktifitas operasionalnya.
Pada pengembangan usaha Yogi Tas biaya operasional pada tahun pertama yang dibutuhkan sebesar Rp 438.864.000. Biaya
operasional terdiri dari biaya tetap fixed costs dan biaya variabel variabel costs. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya
tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam satu satuan waktu. Biaya tetap pada
pengembangan Yogi Tas terdiri dari gaji bagian pembelian, listrik, telepon, transportasi, dan konsumsi karyawan. Total biaya
tetap sebesar Rp 62.969.000. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan perkembangan produksi atau
penjualan setiap satu satuan waktu. Besarnya biaya variabel pada
pengembangan usaha ini adalah Rp 361.585.000. Biaya variabel ini terdiri dari biaya untuk bahan baku dan upah tenaga kerja
pola, potong, jahit yang bersifat borongan.
Tabel 11. Ringkasan biaya operasional Biaya Operasional
Jumlah Rp
Biaya Tetap fixed costs 62.969.000
Biaya Variabel variabel costs 361.585.000
Total 424.554.000
Untuk lebih jelasnya perhitungan biaya operasional dapat dilihat pada Lampiran 12.
4. Modal dan Penerimaan
Modal merupakan keseluruhan biaya yang diperlukan untuk membangun dan menjalankan usaha. Komponen modal terdiri
dari biaya investasi yang dilakukan pada tahun ke 0 dan dana modal kerja pada saat memulai kegiatan usaha pada tahun ke 1.
Dana yang dialokasikan untuk investasi pada usaha Yogi Tas digunakan untuk memenuhi kebutuhan bangunan dan peralatan
serta perlengkapan produksi. Keseluruhan biaya investasi berjumlah Rp 319.110. Sedangkan dana modal kerja terdiri dari
bahan baku produksi, kebutuhan listrik, upah tenaga kerja, dan alokasi biaya lainnya. Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk dana
modal kerja sebesar Rp 424.553.000. Jumlah biaya modal kerja ini tidak termasuk biaya penyusutan. Rekapitulasi modal awal
yang lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 10. Perhitungan modal awal.
Arus penerimaan memuat semua komponen yang merupakan pemasukan dalam bisnis, pada saat permulaan atau
selama bisnis berjalan. Komponen yang terdapat dalam arus penerimaan pada pengembangan usaha Yogi Tas terdiri dari
penjualan hasil produksi dan nilai sisa. Penjualan hasil produksi merupakan total penerimaan dari penjualan empat jenis model tas
yang diproduksi dengan nilai total sebesar Rp 571.800.000. Nilai sisa merupakan nilai dari barang modal yang tidak habis dipakai
selama umur bisnis. Nilai sisa didapat dari asset yang terkena biaya penyusutan. Jumlah arus penerimaan relatif sama untuk
tahun pertama sampai tahun ke empat. Pada akhir periode atau tahun kelima penerimaan sedikit lebih besar dengan adanya
tambahan nilai sisa asset. Penerimaan perusahaan lebih rinci tiap tahunnya dapat dilihat pada Lampiran 11. Proyeksi penerimaan
pada pengembangan usaha Yogi Tas.
5. Analisis Kriteria Investasi
Analisis kriteria investasi bertujuan untuk menentukan kelayakan suatu bisnis atau usaha dari sisi finansial dengan
memperhitungkan nilai waktu dari uang time value of money. Perhitungan kriteria investasi menggunakan bantuan metode
Discounted Cash Flow, dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap tahun didiskonto dengan Discount Factor DF untuk
mendapatkan nilai masa kini dari manfaat dan biaya agar dapat dibandingkan. Analisis kriteria investasi yang digunakan pada
pengembangan usaha Yogi Tas terdiri dari Net Present Value NPV, Internal Rate Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net
BC, Gross Benefit Cost Ratio Gross BC, Payback Period PBP, dan Profitability Index PI. Hasil perhitungan dari analisis
kriteria investasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 12. Nilai kriteria investasi pengembangan Usaha Yogi Tas
Kriteria Investasi Nilai
Net Present Value NPV Rp 251.207.000
Internal Rate Return IRR 28,46
Net Benefit Cost Ratio Net BC 1,79
Gross Benefit Cost Ratio Gross BC 1,23
Payback Period PBP 2 thn 10 bln 27 hari
Profitability Index PI 2,52
a. Net Present Value NPV
Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present
value biaya. Nilai NPV pada pengembangan usaha Yogi Tas
ini adalah Rp 251.207.000. Nilai ini menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur atau periode usaha yang
berdurasi lima tahun jika dinilai pada saat ini dengan tingkat suku bunga 6 per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
pengembangan usaha layak dijalankan karena NPV yang dihasilkan lebih besar dari nol NPV 0.
b. Internal Rate Return IRR