Analisis Sensitivitas Gross Benefit Cost Ratio Gross BC

Kriteria : PI 1 : usaha layak PI 1 : usaha tidak layak

3.3.2. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui dampak dari perubahan yang terjadi di masa yang akan datang terhadap kelangsungan bisnis dengan menggunakan metode switching value. Perubahan yang dianalisis adalah dari variabel input yaitu kenaikan seluruh komponen biaya operasional yang disebabkan kenaikan tingkat inflasi. Dari hasil analisis akan terlihat sampai tingkat inflasi berapa usaha masih layak untuk dijalankan. 3.4. Asumsi-Asumsi Penelitian Asumsi penelitian digunakan sebagai dasar dalam analisis dan perhitungan dalam aspek keuangan. Asumsi dalam penelitian ini adalah : 1. Periodeumur usaha yang dianalisis dalam proyek pengembangan usaha Yogi Tas adalah lima tahun. Hal ini berdasarkan umur ekonomis aset yang paling berpengaruh, yaitu mesin jahit dan kesepakatan dengan pemilik usaha. 2. Dasar penentuan harga awal produk dan investasi adalah harga yang berlaku pada saat pengambilan data bulan Agustus-September 2010. 3. Reinvestasi dilakukan pada fasilitas dan perlengkapan produksi dengan harga yang disesuaikan dengan tingkat inflasi tiap tahun. 4. Modal usaha seluruhnya berasal dari pemilik usaha sendiri. 5. Produk yang dihasilkan terdiri dari empat jenis model. Model akan dimodifikasi setiap 6 bulan agar variatif dengan mengubah atau memodifikasi bentuk model dengan asumsi tidak terlalu berpengaruh pada bahan baku, hanya merubah sedikit pola. 6. Tingkat inflasi yang digunakan sebesar 11 per tahun, yang merupakan rata-rata tingkat inflasi tertinggi selama 5 tahun terakhir 2006-2010. 7. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito berjangka 12 bulan Bank Negara Indonesia 46 BNI 46 pada bulan November 2010, yaitu sebesar 6. 8. Jumlah tenaga kerja 11 orang dengan jam kerja dalam 1 hari kerja 13 jam dan dalam sebulan ada 26 hari kerja. 9. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja tetap dengan sistem remunerasi dengan dua jenis yaitu upah borongan untuk tenaga kerja pola, potong, dan jahit, sedangkan tenaga kerja pembelian dengan sistem gaji. 10. Tenaga kerja penjahitan sebanyak 8 orang diasumsikan mengerjakan produksi secara merata untuk tiap model. Rata-rata 13 unitorang untuk model 1, 3, 4, dan 24 unitorang untuk model 2. 11. Kapasitas produksi ditetapkan berdasarkan peramalan penjualan dan disesuaikan dengan kemampuan optimum sumber daya yang dimiliki usaha. 12. Waktu pengerjaan tiap produk adalah lima jam untuk produk 1, 2, dan 3, serta 6 jam untuk produk 4. Waktu pengerjaan berdasarkan proses yang paling lama yaitu penjahitan. 13. Perhitungan biaya penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus. 14. Asset yang terkena biaya penyusutan merupakan asset yang memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun. 15. Nilai sisa dihitung berdasarkan nilai buku dari masing-masing aset. 16. Perhitungan pajak dilakukan dengan menggunakan analisis rugi laba berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 Pasal 17 tentang wajib pajak orang pribadi, yaitu sebagai berikut : a. Kurang dari sama dengan Rp 25.000.000,00 ; besarnya pajak 5 . b. Rp 25.000.000,00 s.d. Rp 50.000.000,00 ; besarnya pajak 10 . c. Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 100.000.000,00 ; besarnya pajak 15 . d. Rp 100.000.000,00 s.d. Rp 200.000.000,00 ; besarnya pajak 25 . e. Lebih besar dari Rp 200.000.000,00 besarnya pajak 35 .

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum

Usaha Usaha produksi tas CV. Yogi Tas terletak di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Secara geografis, Kecamatan Ciomas merupakan salah satu wilayah dari Kabupaten Bogor yang berbatasan langsung dengan wilayah Kotamadya Bogor. Lokasi usaha Yogi Tas berada di pinggir jalan besar dan tidak jauh dari terminal Laladon yang merupakan salah satu urat nadi transportasi yang menghubungkan wilayah Kabupaten Bogor dengan Kotamadya Bogor. Jaringan listrik dan air minum juga sudah cukup stabil untuk menunjang kegiatan usaha. Kondisi geografis dan dukungan infrastruktur yang baik, menjadi keuntungan tersendiri bagi Yogi Tas, baik dari segi pengadaan sumberdaya bahan baku, tenaga kerja, dan energi serta pemasaran hasil produksi. Usaha Yogi Tas mulai dirintis pendiriannya pada tahun 2006. Pada awalnya Mas Yogi yang merupakan pemilik usaha ini hanya menjual outdoor equipment di kalangan teman-teman pecinta alamnya. Saat itu, Mas Yogi sudah memiliki brand sendiri yang dinamakan Pacet Bag. Untuk produksinya sendiri masih dipegang orang tuanya di Tasikmalaya. Namun dikarenakan pangsa pasar yang kecil karena hanya di kampus dan terbatas anggota pecinta alam, usaha ini kurang berkembang. Setelah itu Mas Yogi menyewa sebuah rumah di Laladon untuk dijadikan tempat produksi dan mulai mencoba menerima pesanan dari konsumen. Pada awal pendiriannya Yogi Tas hanya memiliki dua karyawan dan dua mesin jahit serta konsumen yang masih sangat sedikit. Kendala promosi dan pemasaran sangat dirasakan dalam periode awal usaha ini. Seiring berjalannya waktu, dengan kekuatan pemasaran dan promosi yang sederhana yaitu dari mulut ke mulut word of mouth usahanya telah berkembang dan sampai saat ini memiliki 12 orang karyawan dan 10 buah mesin jahit. Menurut Mas Yogi usaha dengan sistem pesanan tidak membutuhkan modal yang banyak dan perputaran modalnya lebih cepat. Produk yang dihasilkan sangat bervariasi, mulai dari tas kantor, tas tote, ransel sekolah, dan ransel laptop.