berkumpul seperti halnya terjadi pada acara tabligh akbar,
kampanye dan lain-lain.
Anggota kelompok besar apabila memberitakan tanggapan kepada komunikator, biasanya bersifat emosional,
yang tidak dapat mengontrol emosinya. Lebih-lebih jika komunikan heterogen, beragam dalam usia, pekerjaan, tingkat
pendidikan, agama, pengalaman, dan sebagainya.
42
Seperti halnya jika di antara kerumunan itu seorang yang tidak suka pada komunikator, maka dia berusaha mencari
kesempatan untuk melempar dengan sandal dan yang lainnya tanpa tahu permasalahan akan mengikuti tindakan tersebut.
Adapun Karakteristik komunikasi kelompok. Beberapa karakteristik komunikasi kelompok yaitu:
Komunikasi Kelompok
bersifat formal,
dalam arti
pelaksanaannya direncanakan terlebih dahulu, sesuai dengan komponen-komponennya.
Komunikasi kelompok terorganisir, yaitu orang-orang yang tergabung dalam kelompok mempunyai peranan dan
tanggung jawab masing-masing dalam mencapai tujuan . Komunikator kelompok terlembagakan, dalam arti
ada aturan mainnya. Komunikator dalam kelompok ini harus mencoba mengisolir beberapa proses yang sederhana dan
42
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 128.
mudah dimengerti dari sekian banyak proses-proses yang timbul secara simultan.
Menggunakan beberapa
istilah yang
akan memudahkan untuk mengorganisir pengamatan
43
. Menurut Sasa Djuarsa Sendjaja, karakteristik yang
melekat pada suatu kelompok yaitu: norma dan peran. Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-
orang dalam suatu kelompok berperilaku satu dengan yang lainnya. Kadang-kadang norma oleh para sosiolog disebut juga
dengan hukum Law ataupun aturan rule, yaitu perilaku –
perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam suatu kelompok.
Ada tiga kategori norma kelompok yaitu pertama, norma sosial, yang mengatur hubungan di antara para anggota
kelompok. Kedua norma prosedural, yaitu yang menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi,
seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan apakah melalui suara mayoritas ataukah pembicaraan sampai
tercapai kesepakatan. Jika diberi batasan sebagai ukuran kelompok yang
akan dapat diterima, maka peran role merupakan pola-pola perilaku yang diharapkan dari setiap anggota kelompok. Ada
43
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h.125
dua fungsi peran dalam suatu kelompok, yaitu fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan.
Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan
oleh adanya
fungsi-fungsi yang
akan dilaksanakannya.
Fungsi komunikasi kelompok sebagai berikut : a.
Fungsi hubungan sosial, yaitu bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial
diantara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberi kesempatan kepada anggotanya untuk
melakukan aktivitas yang informal, santai dan menghibur. b.
Fungsi pendidikan, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan
mempertukarkan pengetahuan. c.
Fungsi persuasi, yaitu seorang anggota kelompok berupaya mempersuasi anggota lainnya supaya melakukan atau tidak
melakuakan sesuatu. d.
Fungsi pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, yaitu berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak
diketahui sebelumnya, sedangkan pembuatan keputusan; berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi.
Jadi pemecahan masalah menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan keputusan.
e. Fungsi terapi, yaitu membantu setiap individu mencapai
perubahan personalnya, Tentu individu tersebut berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat,
namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Contoh dari
kelompok terapi ini adalah: kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderita narkoba dan lain lain
44
.
5. Bentuk-Bentuk Komunikasi
Bentuk bentuk komunikasi terdapat tiga macam yakni komunikasi interpersonal antar pribadi, komunikasi kelompok dan
komunikasi massa. Adapun proses komunikasi yang melibatkan ustaz atau ustazah selaku komunikator dan jamaah sebagai
komunikan penyampaian pesannya pun berlangsung secara lisan dan melalui tatap muka, maka dalam proses komunikasi tatap muka ini
dapat dibagi dua bentuk komunikasi, yakni bentuk komunikasi kelompok kecil dan bentuk komunikasi antarpribadi. Dengan uraian
sebagai berikut: a. komunikasi kelompok kecil Menurut Robert F. Bales mengenai
analisis proses interaksi yang dikutip oleh Raudhonah, bahwa kelompok kecil adalah
44
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 130
Sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, di mana setiap
peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul
pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sesuai perorangan
45
. Jamaah yang berada di dalam majelis taklim dikatakan
sebagai kelompok kecil berbeda dengan kelompok besar, individu-individu dalam kelompok kecil ini bersifat rasional
sehingga setiap pesan yang sampai kepadanya akan ditanggapi secara kritis. Dalam situasi kelompok kecil ini seorang ustaz atau
ustazaah bisa mengubahnya menjadi komunikasi secara pribadi. Dalam situasi kelompok kecil ini seorang ustaz sebagai
komunikator haruslah memperhatikan umpan balik komunikan sehingga ia dapat segera mengubah gaya komunikasinya di kala
ia mengetahui bahwa umpan balik dari komunikan bersifat negatif karena situasi kelompok kecuali berlangsung secara tatap muka
maka tanggapan komunikan dapat segera diketahui, sehingga dinamakan umpan balik seketika.
Umpan balik yang diperlukan ustaz bersifat verbal karena komunikasinya ditunjukan kepada kognisi jamaah.
45
Ibid., h. 128.
Keuntungan bagi seorang komunikator atau ustaz dalam kelompok kecil ini terdapatnya komunikasi antapribadi, umpan
balik secara langsung, suasana lingkungan komunikasi dapat diketahui. Sehingga ia dapat mengetahui tanggapan dan reaksi
komunikan pada saat menyampaiakan pesan sehingga, bila komunikasinya tidak berhasil saat itu juga ia dapat merespon atau
merubah sikapnya secara langsung. b. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi
menurut Devito
adalah “pengiriman pesan pesan dari seseorang dan diterima oleh orang
lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik secara langsung”
46
. Komunikasi antarpribadi melibatkan komunikasi yang
bebas. Artinya setiap tingkah laku komunikasi mengandung sebab dan akibat tertentu yang langsung diterima pada saat itu juga,
dengan demikian setiap pesan sebagai aksi selalu mendapat reaksi dari yang menerimanya. Peristiwa berlangsungnya komunikasi
antarpribadi terjadi tidak berstruktur, bersifat tidak formal, tidak kaku, dan sangat luwes
47
. Menurut Judy C. Pierson yang telah dikutip oleh Sasa
Djuarsa terdapat enam karakteristik komunikasi antarpribadi yaitu:
46
Onong Uchana Effendy, ILmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 62-63
47
Weri, Perspektif Teoritis Komunikasi Antarpribadi, h. 122-123
a.komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri sendiri b. bersifat transaksional
c. mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi d. mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang
berkomunikasi. e. melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu sama lain
dalam proses komunikasi
g. komunikasi antarpribadi tidak dapat diulang atau diubah
48
. dengan karakteristik tersebut komunikasi antarpribadi
dinilai ampuh untuk mengubah sikap opini atau prilaku komunikan dan hubungan ini juga menggunakan teknik
komunikasi persuasif yang mempunyai pengaruh dan pengikut banyak. Sehingga dapat merubah prilaku opini atau tingkah
komunikan kedua jenis bentuk komunikasi tersebut memiliki situasi
yang sama yakni tatap muka dan umpan balik yang berlangsung seketika. Adapun komunikasi antarpribadi lebih efekitif dalam
mengubah sikap opini dan prilaku komunikan , karena diri komunikan tidak mungkin dikuasai seperti halnya pada
komunikasi antapribadi.
48
Devito Komunikasi Antar Manusia, h.232
B. Pembinaan Ibadah Dan Ruang Lingkupnya
1. Pengertian Pembinaan Ibadah
Pembinaan asal kata dari “bina” yang memiliki arti membangun, mendirikan. kata “pembinaan” yaitu kata “bina” yang
mendapat awalan – pem dan akhiran–an yang memiliki arti proses,
cara, pembuatan membina, pembaharuan, penyempurnaan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata “pembinaan” memiliki arti usaha,
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik
49
. Dalam kamus umum Bahasa
Indonesia kata “Pembinaan” mengandung arti penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan yang
dilakukan secara berdayaguna untuk memperoleh hasil yang baik
50
. Adapun arti kata pembinaan dari segi terminologi yaitu upaya,
usaha kegiatan
yang terus
menerus untuk
memperbaiki, meningkatkan, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan untuk
mencapai tujuan sasaran pembinaan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial dalam masyarakat
51
. Dari beberapa definisi mengenai pembinaan maka dapat
disimpulkan bahwa pembinaan adalah sebuah bentuk usaha dalam mengembangkan kemampuan diri yang dilakukan oleh seseorang
49
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003. h. 152
50
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1979. h. 23
51
Proyek Penerangan Bimbingan Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Islam Pada Dharmawati, Jakarta:Penerbit Depag, 1984. h. 126