antara ustazah dan jamaah. Hubungan sosial yang baik dan tindakan”
96
yang baik dari permasalahan yang ditanya oleh jamaah kepada ustazah. Jadi, pola komunikasi kelompok yang ada di Majelis Taklim
Muslimat NU sebagai Majelis taklim terbesar hanya menggunakan pola komunikasi kelompok satu arah di dalamnya. Tidak ada Tanya
jawab setelah pembinaan ibadah. Tanya jawab tidak dilakukan di dalam kelompok jamaah majelis taklim, namun Tanya jawab antara
ustazah dan jamaah berlangsung setelah selesai dari pengajian yang ada di Majelis Taklim Muslimat NU setelah ditutup dengan doa.
Berdasarkan penjelasan di atas terkait dengan pola komunikasi kelompok sesuai dengan teori yang ada. Menurut Robert F. Bales yang
dikutip oleh Widjaja, Bahwa kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang
bersifat tatap muka, dimana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara,
sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat
memberikan tanggapan
kepada masing-masing
sesuai perorangan
97
. Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi kelompok yang
tejadi dalam kegiatan pembinaan ibadah di Majelis Taklim Muslimat
96
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000. Cet.15, h. 13-16
97
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 128.
NU sebagai majelis taklim terbesar berlangsung secara Intens yang melahirkan efesiensi dalam pembinaan ibadah.
2. Majelis Taklim Al-Barkah
Adapun komunikasi kelompok dalam pembinaan ibadah kaum ibu di Majelis Taklim Al-Barkah sebagai majelis Taklim terkecil tidak
jauh berbeda dengan Majelis Taklim Muslimat NU sebagai majelis taklim terbesar. Majelis Taklim Al-Barkah dalam kegiatan pembinaan
ibadahnya seperti membaca ayat-ayat suci Al- Qur’an, Yasin Tahlil,
Ratib Al-Athos dan Aqidah Mujmalah dibaca secara kelompok atau bersama-sama dan dipimpin oleh satu orang dan bergiliran
memimpinya Seperti teori pola komunikasi kelompok yang dikemukakan
oleh Robert F. Bales yaitu “komunikasi kelompok dalam teori analisis
proses interaksi bahwa semua unsur-unsur berada dalam keadaan seimbang. Terdapat jumlah yang sama kategori tugas dan kategori
sosio-emosional, dan kedua kategori tersebut dibagi sama dalam unsur positif dan unsur negatifnya, Bales berteori bahwa pembagian kerja,
perbedaan peranan dan perbedaan wewenang yang ada jika suatu kelompok berorientasi pada tugas menciptakan banyak kesulitan
antarpribadi yang dapat mempengaruhi solidaritas kelompok.
Kesulitan-kesulitan ini
menimbulkan tekanan
untuk memuaskan kebutuhan antarpribadi para anggota kelompok.
98
”. Dari teori di atas dijelaskan terdapat jumlah yang sama
kategori tugas dan kategori sosio-emosional dan keduanya dibagi sama dalam unsur positif dan negatif ini terjadi di Majelis Taklim Al-
Barkah yang mana semua dari jamaahnya mendapatkan tugas yang sama. Tidak ada perbedaan baik wewenang maupun peranan di
dalamnya Bales juga mengatakan pembagian kerja perbedaan peranan dan perbedaan dan wewenang yang ada pada tugas menciptakan
banyak kesulitan antarpribadi yang dapat mempengaruhi solidaritas kelompok. Begitu juga dengan Majelis Taklim Al-Barkah, oleh
karena itu di dalam Majelis Taklim Al- Barkah tidak ada perbedaan tugas untuk menghindari ketidakadilan agar semua jamaah yang bisa
memimpin boleh memimpin dan bergantian siapa saja yang mau memimpin pembacaan dalam pembinaan ibadah yang berlangsung.
Pembinaan ibadah di Majelis Taklim Al-Barkah yang menggunakan pola komunikasi kelompok kecil dalam pembacaan
Ayat-ayat suci Al- Qur’an, Yasin Tahlil, Ratib Al-Athos, dan Aqidah
Mujmalah saling mendukung satu sama lain antara satu orang jamaah dengan kelompok Jamaah kaum ibu lainnya, dengan membaca
bersama-sama ini mempermudah para jamaah untuk menghafal dan membiasakan dalam membacanya.
98
Alvin A. Goldberg, carl E. Larson, Komunikasi Kelompok: proses-proses diskusi dan penerapannya Jakarta:UI-PRESS, 1985, cet. Ke -1, h.57-59