Sebagaimana penjelasan diatas bahwa komunikasi antarpribadi, ya
itu “komunikasi yang terjadi antara seorang komunikator ustazah dengan seorang komunikan jamaah karena dianggap paling efektif
untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis”
92
. Maka komunikasi antarpribadi ustazah dan jamaah dapat
berjalan efektif bilamana terdapat komunikasi atau penyampaian pesan secara intens yang dilakukan antarpersonal yang dapat menambah
pemahaman, merubah sikap, dan bertambah giat ibadah dalam kehidupan sehari hari.
Dalam teori devito jug a menerangkan bahwa “pengiriman
pesan pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik secara
langsung”
93
. Jelas digunakan pada Majelis Taklim Al-Barkah yang mana jamaah ibu-ibu Majelis Taklim Al-Barkah berkomunikasi secara
langsung dengan ustazah dan jamaah secara langsung atau face to face namun disini bedanya komunikasi antarpribadi dalam kegiatan
pembinaan ibadah berlangsung di rumah Ustazah Hj.Umi Qomariah tidak di dalam Majelis Taklim ketika materi sedang berlangsung.
Kedekatan jamaah dengan ustazustazah pada majelis taklim Al-Barkah secara antarpribadi tidak sedekat Majelis Taklim Muslimat
92
Alo Liliwer, Komunikasi AntarPribadi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997. Cet. Ke-2, h. 12
93
Onong Uchana Effendy, ILmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 62-63
NU yang banyak menggunakan komunikasi antarpribadi yang tidak hanya di dalam majelis taklim tapi juga di luar majelis taklim.
Komunikasi antarpribadi seorang jamaah dengan ustazah hanya terjadi sewaktu-waktu saja, dan tidak semua jamaah yang ada di
majelis taklim Al-Barkah melakukan komunikasi antarpribadi. Hanya memang ustazah Umi Qomariah memberikan satu waktu untuk
pembinaan ibadah secara antarpribadi itu pun hanya dalam pembinaan ibadah seperti membaca Ayat-ayat suci Al-
Qur’an dan mengajarkan tajwid dan makhroj hurufnya, bukan pada penanganan masalah agama
atau menanggapi masalah atau pertanyaan dari jamaah di saat majelis taklim sedang berlangsung
B. Komunikasi Kelompok dalam Pembinaan Ibadah
1. Majelis Taklim Muslimat NU
Dalam pembacaan Yasin Tahlil, Ratib Al-Athos, dan Istigosah tidak menggunakan komunikasi antarpribadi, berdasarkan observasi
lapangan bahwa pembinaan ibadah seperti yang disebutkan di atas tidak menggunakan komunikasi antarpribadi, melainkan metode
pembinaan ibadahnya dibaca bersama sama atau secara kelompok dan dipimpin oleh satu orang.
Seperti teori pola komunikasi kelompok kecil yang di kemukakan oleh Robert F. Bales yaitu sejumlah orang yang terlibat
antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara
satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberi tanggapan
kepada masing-masing sesuai perorangan
94
. Inilah yang dilakukan dalam kegiatan pembinaan ibadah yaitu
dibaca bersama-sama dan dipimpin oleh satu orang begitu juga dengan ceramah agama yang disampaikan oleh Ustazustazah yaitu KH.
Burhanudin Marzuki atau ustazah Yuliyana. Adapun ceramah agama yang disampaikan oleh KH.
Burhanudin Marzuki terjadi satu arah jika ada pertanyaan dari jamaah beliau tampung dahulu baru bulan depan akan dijawab. Seperti dari
hasil wawancara bahwa beliau mengatakan “biasanya kalau ada yang bertanya saya akan tampung dulu pertanyaannya baru bulan depan
saya akan jawab, ini dikarenakan untuk menghindari kesalahan jawaban”
95
. Dan ceramah agama yang disampaikan ustazah Yuliyana juga terjadi satu arah tidak ada tanya jawab.
Dari seluruh penjabaran di atas maka ditemukan juga teori dari Steward L. Tubbs dan Silvia Mees yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat
dalam bukunya Psikologi komunikasi yakni komunikasi yang efektif itu menimbulkan: “pengertian yang lebih, karena hanya antara ustazah
dan satu jamaah. ustazah ini bisa menjelaskan apa yang tidak dipahami dari jamaahnya secara jelas dan lebih mendalam, dan mempengaruhi
sikap, maksudnya mempengaruhi sikap atau kedekatan yang terjadi
94
H.A. W Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 127
95
Wawancara Pribadi dengan KH.H.Burhanuddin Marzuki Selaku Ustadz Atau Guru di Majelis Taklim Muslimat Nu Depok, 05. Juni.2014
antara ustazah dan jamaah. Hubungan sosial yang baik dan tindakan”
96
yang baik dari permasalahan yang ditanya oleh jamaah kepada ustazah. Jadi, pola komunikasi kelompok yang ada di Majelis Taklim
Muslimat NU sebagai Majelis taklim terbesar hanya menggunakan pola komunikasi kelompok satu arah di dalamnya. Tidak ada Tanya
jawab setelah pembinaan ibadah. Tanya jawab tidak dilakukan di dalam kelompok jamaah majelis taklim, namun Tanya jawab antara
ustazah dan jamaah berlangsung setelah selesai dari pengajian yang ada di Majelis Taklim Muslimat NU setelah ditutup dengan doa.
Berdasarkan penjelasan di atas terkait dengan pola komunikasi kelompok sesuai dengan teori yang ada. Menurut Robert F. Bales yang
dikutip oleh Widjaja, Bahwa kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang
bersifat tatap muka, dimana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara,
sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat
memberikan tanggapan
kepada masing-masing
sesuai perorangan
97
. Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi kelompok yang
tejadi dalam kegiatan pembinaan ibadah di Majelis Taklim Muslimat
96
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000. Cet.15, h. 13-16
97
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 128.