KH. Abdullah Syafi’ie 1910-1985 adalah orang pertama yang memperkenalkan istilah
majlis ta’lim sering ditulis ; majelis taklim. Beliau mengembangkan
pengajian di masjid Al-Barkah yang beliau sebut dengan
majelis taklim, baik untuk bapak-bapak maupun yang dikhususkan untuk ibu- ibu. Akhirnya istilah majelis taklim menjadi trade mark dari pengajian-
pengajian KH. Abdullah Syafi’ie. Sebelum itu orang jika ingin menghadiri
pengajian tidak pernah menyebutnya pergi ke majlis taklim, tetapi lebih suka menyebutnya mau pergi ke pengajian
70
. Penamaan majlis taklim akhirnya melahirkan identitas tersendiri yang
membedakan dengan pengajian umum
biasa, yaitu sifatnya yang tetap dan berkesinambungan. Akhirnya terbukti bahwa kegiatan yang bersifat majlis
taklim itu menjadi kebutuhan masyarakat Islam, baik di kota-kota yang sibuk maupun di desa-desa yang terpencil.
Jadi, menurut pengalaman historis, sistem majelis taklim telah berlangsung sejak awal penyebaran Islam di Saudi Arabia, kemudian menyebar
ke berbagai penjuru dunia Islam di Asia, Afrika, dan Indonesia pada khususnya sampai sekarang.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa mejelis taklim memiliki fungsi dan tujuan sebagai lembaga pendidikan non formal keagamaan
khususnya agama Islam, yang berupaya menjadi sarana bagi terwujudnya
70
http:bintuahmad.wordpress.com20120409majelis-talim-seputar- pengertian-kedudukan-fungsi-dan-tujuan
orang -orang muslim yang ingin memperoleh pengetahuan agama atau ajaran Islam lebih dalam, agar menjadi manusia yang memahami agama Islam secara
kaffah. Untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM
MUSLIMAT NU DAN AL- BARKAH
A. Majelis Taklim Muslimat NU
1. Sejarah Berdirinya Majelis Taklim Muslimat NU
71
.
a. Internal:perkembangan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi
kegamaan membutuhkan peran perempuan dalam mentradisikan ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah.
b. Dari segi eksternal: sejak 1917 telah muncul oragnisasi perempuan
seperti Aisyiyah, Persistri wanita Persis, Wanita Syarikat Islam Indonesia PSII maupun wanita Al-Irsyad.
c. Dinamika perlunya membentuk organisasi perempuan NU ke-13 di
menes Banten tahun 1938 masih menjadi perdebatan diantara ulama
d. Rumusan berdirinya Muslimat NU dibahas pada Muktamar ke-14
di Magelang tahun 1939. Komisi bidang perempuan dipimpin Ny Djuaesih. Dihadiri perwakilan Muntilan, Sukoharjo, Kroya,
Wonosobo, Surakarta, Magelang, Parakan, Purworejo dan Bandung. Rumusan lengkap ADART dibahas pada muktamar ke
15 tahun 1940 di Surabaya namun belum disetujui peserta Muktamar.
71
Sumber: Arsip Majelis Taklim Muslimat NU
e. Mukatamar NU ke-16 di Purwokerto pada 29 Maret 1946
mensahkan berdirinya organisasi Muslimat NU yang waktu itu bernama Oelama Muslimat NOM. Ulama yang Muslimat antara
lain KH Moh Dahlan, Saifuddin Zuhri, sebagai ketua Umum, Ibu Nyai Chodijah Dahlan dari Pasuruan.
f. Masa Pra kemerdekaan
Bergabung dalam perjuangan revolusi dalam kegiatan seperti menjadi kurir, mengelola dapur umum, mengumpulkan bahan
makanan, pakaian, obat-obatan bahkan mengangkat senjata dalam barisan Hizbullah, Sabillah, Palang Merah Indonesia dll.
g. Kiprah Masa Orde Lama
Muktamar NU ke 19 di Palembang pada tahun 1952, Muslimat NU menjadi Badan otonom. Pada Kongres Muslimat NU
tahun 1954, Muslimat NU minta kepada PBNU untuk dapat dicalonkan sebagai anggota legislatif. Kongres juga menetapkan
pemilihan pimpinan Muslimat NU secara demokratis. Dalam pemilu 1955, Muslimat berhasil menempatkan 5
wakilnya dalam Fraksi partai NU, Ibu Mahmudah Mawardi, dan Ibu Maryam Kantasumpena dari Jawa Tengah, Ibu Maryam
Djunaidi dan Ibu Hadiniyah Hadi dari Jawa Timur dan Ibu Asmah Syahruni dari Kalimantan Selatan.
Berperan serta dalam Program pemberdayaan perempuan Nasional dengan masuknya Muslimat NU sebagai salah satu ketu
jajaran KOWANI ny Mahmudah Mawardi 1956-1965, Ny HAS Wahid Hasyim, 1966-1968, Ny. Asmah Syachruni, 1968-
1973, Farida Purnama. h.
Kiprah Masa Orde Baru Setelah G30SPKI berlalu dan Negara kembali normal,
pemerintah sangat phobia terhadap parpol Ormas Pesantren. Dalam kehidupan politik dilakukan pengelompokan masyarakat ke dalam:
kekaryaan, Nasoinalis dan Agama. Hanya ada parpol: Golongan karya, PDI Fusi PNI, Partai Katolik, Partai Kristen dsb dan Partai
Persatuan Pembangunan Fusi Partai NU, Masyumi dsb. Dilingkungan Ormas, Keagamaan Pemerintah juga terlihat.
Pokoknya pembatasan-pembatasan diberlakukan Guru, PNS, Istri- istri yang suaminya tergabung di BUMN, BUMD dsb dilarang ikut
Ormas apakah itu ORmas perempuan maupun Ormas umum. Untuk menyiasati itu maka pada tahun 1963, tokoh-tokoh
Muslimat, mula-mula tanpa NU, kemudian setelah keadaan kondusif ditambahkan kata NU.
Hubungan Muslimat NU dengan pemerintah tidak mesra seperti sekarang namun kucing-kucingan. Kepengurusan NU dan
seluruh Banom mengalami kekosongan guru, PNS dsb. Kepengurusan NU sejak 1967 hingga 1979 vakum.
Baru setelah melalui perjuangan panjang dan melelahkan dapat melaksanakan kongres NU dan Kongres Muslimat serta
Fatayat NU tahun 1979 di Semarang. Terpilih sebagai ketua umum Ibu Asmah Syahruni menggantikan Ibu Mahmudah Mawardi
i. Kiprah Era Reformasi
Dalam masa reformasi, keterbukaan menjadi keuntungan bagi Muslimat NU. Tokoh-tokoh muslimat NU bermunculan ke
permukaan dan memainkan perannya dengan baik di pemerintah legislatif maupun lembaga formal lainnya
Muslimat NU dapat mengambil peran secara optimal. Hubungna dengan PBNU makin baik dan hubungan berbagai pihak
berdatangan. Keberhasilan Muslimat NU sekarang ini tidak terlepas dari perjuangan dan keberhasilan tokoh-tokoh Muslimat
NU yang terdahulu. Adapun Muslimat NU yang ada berdiri pada tanggal 29
Maret 1946 secara Nasional di Depok sendiri pada tahun 1998. Pada periode 1998-2011 Muslimat NU Depok diketuai oleh: Dra
Hj Dedeh Rosyidah dan periode 2011-2016 : diketuai oleh Hj Dewi Syarifah, MSi.
2. Visi dan Misi Majelis Taklim Muslimat NU