proses berkomunikasi karena seorang ustazah yang menyampaikan pesan yang berupa materi-materi agama kepada para jamaah agar pesan yang disampaikan
ustazah dapat diterima dengan baik oleh para jamaah maka seorang ustazah dituntut untuk melakukan komunikasi dengan baik.
Pengajaran yang diajarkan dan diteladani oleh para dai ustazah dalam kegiatan pembinaan ibadah melalui penyampaian pesan dengan cara
berkomunikasi yang baik yaitu dengan komunikasi antarpribadi intensitasnya terealisasikan dan saling melengkapi dan dapat berjalan secara efektif dalam
pelaksanaanya sehingga kegiatan pembinaan ibadah berhasil. Sudah dapat diketahui bahwa fungsi umum komunikasi adalah informatif,
edukatif, persuasif, dan rekreatif. Komunikasi memiliki fungsi pertukaran informasi, pesan dan sebagai kegiatan individu dan antarpribadi, kelompok
mengenai tukar menukar data, fakta dan ide
2
. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian
dasar dari kehidupan itu sendiri, karena kita sebagai makhluk sosial melakukan komunikasi di setiap kehidupan. Di manapun, kapanpun, komunikasi sangat urgen
dalam kehidupan bermasyarakat hal ini dapat dibuktikan dari sebuah penelitian bahwa mulai dari waktu bangun tidur 70 digunakan untuk berkomunikasi.
Dengan demikian sama halnya di majelis taklim juga kerap terjadi sehingga menimbulkan pertanyaan kembali bahwa pola komunikasi yang seperti
apa yang dibangun oleh komunikator yaitu ustazah dan komunikannya adalah para jamaah majelis taklim yang dapat sama makna dalam hal ini adalah kegiatan
2
Onong Uchjana Effendi, Dinamika komunikasi Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, h.23.
pembinaan ibadah sehingga dapat berhasil dilihat dari intensitasnya dan afektifnya komunikasi oleh dai ustazah dan
mad’u jamaah Ditinjau dari segi komunikasi, pengajaran pengajian juga termasuk
didalamnya terdapat komunikasi yaitu komunikator daiustazah, pesan, materi pengajian yang disampaikan dan komunikan
mad’ujamaah majelis taklim. Karena di sana terdapat pengiriman pesan yaitu ilmu pengetahuan khususnya
agama, informasi atau lainnya. Dan memang tujuan dari lembaga majelis taklim adalah membina para
mad’u jamaah agar mengetahui dan mempraktekkan ibadah secara kafah atau menyeluruh.
Oleh karena itu, maka muncullah konsep berupa pola komunikasi yang dibangun dalam kegiatan pembinaan ibadah melalui komunikasi antarpribadi dan
kelompok pada majelis taklim terbesar dan majelis taklim terkecil di Kecamatan Pancoran Mas Depok
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul
” Pola Komunikasi Majelis Taklim Muslimat
NU dan Al-Barkah Dalam Kegiatan Pembinaan Ibadah Kaum Ibu di Kecamatan Pancoran Mas Depok.
”
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Berdasarkan judul di atas, maka pola komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk komunikasi. Bentuk komunikasinya berkaitan dengan
komunikasi Antarpribadi dan komunikasi kelompok. Adapun ibadah dalam penelitian ini meliputi: a. Membaca Yasiin, Tahlil, Ratib Al-Athos, istigasah,
Aqidah Mujmalah dan Ceramah agama. b. kedua bentuk komunikasi tersebut berkaitan antara ustaz dan ustazah dengan jamaah.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana komunikasi antarpribadi ustaz dan ustazah dengan jamaah dalam
pembinaan ibadah di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al- Barkah di Kecamatan Pancoran Mas Depok?
2. Bagaimana komunikasi kelompok ustaz dan ustazah dengan jamaah dalam
pembinaan ibadah di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al- Barkah di kecamatan Pancoran Mas Depok?
Dengan terjawabnya pertanyaan dari perumusan masalah maka akan mempermudah untuk mengetahui pola komunikasi Majelis Taklim Muslimat NU
dan Majelis Taklim Al-Barkah dalam kegiatan pembinaan ibadah kaum ibu.
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian ini meliputi
Tujuan penelitian ini secara umum sebagai berikut: a.
Ingin mengetahui bagaimana komunikasi Antarpribadi Ustaz dan Ustazah dengan Jamaah di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis
Taklim Al-Barkah dalam kegiatan pembinaan ibadah di Kecamatan Pancoran Mas Depok
b. Ingin mengetahui bagaimana komunikasi kelompok ustaz dan ustazah
dengan jamaah di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al
Barkah dalam kegiatan pembinaan ibadah di Kecamatan Pancoran Mas Depok
2. Manfaat penelitian ini meliputi:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber informasi, literatur, referensi dan dokumentasi ilmiah atau perbandingan bagi
studi dalam usaha untuk mengembangkan khazanah keilmuan yang sesuai.
Pengajaran ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru tentang intensitas dan afektifitas dai dalam menjalani hubungan
antarpribadi dan kelompok terhadap mad’u jamaah yaitu kaum ibu
dalam kegiatan pembinaan ibadah. Adapun mengenai manfaat dari penelitian ini, secara teoritis yaitu untuk memperkaya khazanah
keilmuan dakwah dan komunikasi khususnya di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun lingkungan akademisi lain dan
masyarakat pada umumnya. b.
Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan
dan sumbangsi keilmuan komunikasi dan dakwah bagi para praktisi pengajar, komunikasi dan dakwah yakni sebagai salah satu upaya
membentuk komunikasi yang efektif dan secara intensitas. Secara praktis penelitian ini manfaatnya adalah sebagai kontribusi pemikiran
dalam kegiatan pembinaan ibadah di majelis taklim khususnya di
Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al-Barkah di Kecamatan Pancoran Mas Depok, dan masyarakat pada umumnya.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berusaha mendeskripsikan
atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat atas fenomena yang diteliti kemudian dianalisa, diinterpretasikan dan ditafsirkan dengan
data-data lainnya untuk mendapatkan hasil berdasarkan tujuan penelitian yaitu pola komunikasi pembinaan ibadah kaum ibu pada Majelis Taklim
Muslimat NU dan Majelis Taklim Al-Barkah di Kecamatan Pancoran Mas
Depok
Penelitian deskriptif juga dapat dikatakan sebagai penelitian yang diarahkan pada pengukuran yang cermat terhadap suatu fenomena sosial
tertentu. Penelitian harus menggunakan diri sebagai instrument maksudnya mengikuti asumsi kultural sekaligus mengikuti data
3
. Adapun data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini adalah
berupa kata kata, gambar dan bukan angka-angka
4
. Hal ini dikarenakan pola komunikasi pembinaan ibadah kaum ibu menggunakan metode
kualitatif yang menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat atas
3
Julia Brannen, Memandu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, cet. Ke-4, h. 11.
4
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, cet ke-23, hal.9
fenomena yang diteliti kemudian dianalisa, diinterpretasikan dan ditafsirkan dengan data-data lainnya untuk mendapatkan hasil berdasarkan
tujuan penelitian. Adapun “deskriptif analisis adalah penelitian yang dikerjakan
untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variable
variab le lainnya”
5
. Dalam penelitian ini digambarkan bentuk atau pola komunikasi
pembinaan ibadah yang ada di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al-Barkah
2. Subjek dan Objek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru penceramah yaitu, KH. Burhanudin Marzuki dan Ustazah Yuliyana selaku guru atau penceramah
di Majelis Taklim Muslimat NU. Dan Ustazah Umi Qomariah dan Ustaz Dede Wahyudin selaku penceramah di Majelis Taklim Al-Barkah.
Sedangkan objek penelitian ini adalah proses komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok yang dilakukan oleh Majelis Taklim Muslimat NU
dan Majelis Taklim Al-Barkah
3. Tempat dan waktu penelitian
Adapun tempat yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah Majelis Taklim Muslimat NU di Kecamatan Pancoran Mas Depok yang
bertempat di Jl. Margonda Raya Pancoranmas No 54 Depok. Dan Majelis
5
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: CV Afabeta, 2005, Cet. Ke- 12, h. 11