Koefisien Penyebaran Analisis Dampak Penyebaran

Indonesia

5.2.1. Koefisien Penyebaran

Nilai koefisien penyebaran lebih besar dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya atau meningkatkan output sektor lainnya yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut. Sedangkan nilai kurang dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut kurang mampu dalam menarik sektor hulunya. Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sektor yang mempunyai nilai koefisien penyebaran tertinggi berdasarkan klasifikasi 9 sektor adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu sebesar 1,26. Sedangkan semua sektor kategori infrastruktur lainnya memiliki nilai koefisien penyebaran lebih dari satu yang menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan produksi dari sektor hulunya. Tabel 5.3. Nilai Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 Klasifikasi 9 Sektor Sektor Koefisien Penyebaran Kepekaan Penyebaran Nilai Pringkt Nilai Pringkt Pertanian 0,83 8 0,94 5 Pertmbngan galian 0,75 9 0,95 4 Industri pengolahan 1,07 3 1,90 1 Listrik,gas air bersih 1,26 1 0,81 8 Bangunan 1,15 2 0,72 9 Pengangkutan komunikasi 1,04 4 0,88 6 Perdagangan,hotel restoran 1,00 6 0,97 3 Keuangan,persewaan jasa perusahaan 0,89 7 1,01 2 Jasa-jasa 1,01 5 0,82 7 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia 2005, klasifikasi 9 sektor diolah Berdasarkan klasifikasi 20 sektor Tabel 5.4, subsektor jasa angkutan kereta api memiliki nilai koefisien penyebaran terbesar diantara sektor perekonomian lainnya yaitu sebesar 1,24. Subsektor kategori infrastruktur lainnya memiliki nilai lebih besar dari satu, kecuali subsektor jasa angkutan sungai dan danau, subsektor jasa angkutan udara, subsektor jasa penunjang angkutan dan subsektor jasa komunikasi. 5.2.2. Kepekaan Penyebaran Pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa sektor yang mempunyai nilai kepekaan penyebaran tertinggi yaitu sektor industri pengolahan sebesar 1,90. Nilai kepekaan penyebaran lebih besar dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki kemampuan untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor hilirnya yang memakai input dari sektor tersebut. Sementara itu untuk sektor kategori infrastruktur sendiri yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan serta sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu yang menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut kurang mampu dalam mendorong sektor hilirnya. Sementara itu jika dilihat berdasarkan klasifikasi 20 sektor, semua subsektor kategori infrastruktur mempunyai nilai kurang dari satu. Tabel 5.4. Nilai Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 Klasifikasi 20 Sektor Sektor Koefisien Penyebaran Kepekaan Penyebaran Nilai Pringkt Nilai Pringkt Pertanian 0,78 15 1,19 5 Pertmbngangal 0,71 17 1,20 4 Indust pengolahan 1,01 9 3,83 1 Lstrk gas 1,19 2 0,95 7 Air bersih 1,18 3 0,79 9 Bgnan tmpt tinggalbkn tmpt tinggal 1,10 5 0,67 12 Prasarana prtanian 1,10 5 0,60 17 Jln,jmbtanplabuhan 1,03 8 0,73 11 Bgnaninstalasi,lstrk,gas air brshkmnkasi 1,10 5 0,62 15 Bgnan lainnya 1,16 4 0,60 17 Js angk krta api 1,24 1 0,59 18 Js angk jln raya 1,09 6 0,79 9 Js angk laut 1,04 7 0,65 13 Js angk sungaidanau 0,91 13 0,61 16 Js angk udara 0,98 10 0,64 14 Js pnunjang angk 0,91 13 0,78 10 Js komunikasi 0,75 16 0,80 8 Pdgangan,hotelresto 0,94 12 1,48 2 Keu,prswaanjs prsh 0,83 14 1,46 3 Jasa-jasa 0,95 11 1,02 6 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia 2005, klasifikasi 20 sektor diolah

5.3. Analisis Multiplier