III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Adapun data yang diperlukan untuk keperluan analisis adalah Tabel Input-Output
Indonesia tahun 2005 yang merupakan Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen klasifikasi 175 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 20
sektor untuk melihat peranan 14 subsektor infrastruktur dan diagregasi kembali menjadi 9 sektor untuk melihat peranan 3 sektor infrastruktur besar Lampiran 1.
Untuk data tenaga kerja 14 subsektor infrastruktur, karena data ini tidak tersedia secara rinci maka dilakukan proporsi dengan cara membagi upah suatu sektor
dengan upah sektor kelompok tersebut dikali dengan jumlah tenaga kerja kelompok sektor tersebut Iskandar, 2005. Data sekunder ini diperoleh dari
instansi-instansi terkait yang sesuai dengan penelitian ini seperti BPS, LSI dan lembaga-lembaga lain yang terkait serta dari buku, internet dan literatur.
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan perangkat keras komputer, perangkat lunak GRIMP 7.2 dan Microsoft Excel. Pemilihan perangkat lunak
GRIMP 7.2 ini didasari atas kemampuannya melakukan perhitungan untuk
keperluan analisis Input-Output.
3.2. Metode Analisis Data
Alat analisis yang digunakan untuk mempelajari peranan infrastruktur terhadap sektor-sektor lainnya adalah Tabel Input-Output. Dengan model I-O ini
maka dampak infrastruktur terhadap output, pendapatan, kesempatan kerja dan nilai tambah bruto dapat diketahui berdasarkan matriks kebalikan Leontief.
Sedangkan untuk mengetahui peranan infrastruktur dapat dikaji berdasarkan analisis multiplier dan analisis keterkaitan.
Dari persamaan yang disajikan sebelumnya yaitu: x
11
+ x
12
+….+ x
1n
+ F
1
= X
1
x
21
+ x
22
+….+ x
2n
+ F
2
= X
2
. . . .
. . x
n1
+ x
n2
+….+ x
nn
+ F
n
= X
n
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 dan secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi:
Xi Fi
xij
i j
1
untuk i = 1, 2, 3 … dsb
dimana x
ij
adalah banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j dan F
i
adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta X
i
adalah total output sektor i.
Jika diketahui matriks koefisien teknis a
ij
= x
ij
X
j
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 maka jika persamaan 2 disubstitusikan ke persamaan 1 maka akan didapat
persamaan sebagai berikut: a
11
X
1
+ a
12
X
2
+….+ a
1n
X
n
+ F
1
= X
1
a
21
X
1
+ a
22
X
2
+….+ a
2n
X
n
+ F
2
= X
2
. . . .
. . a
n1
X
1
+ a
n2
X
2
+….+ a
nn
X
n
+ F
n
= X
n
. . . . . . . . . . . . . . . 3 dalam bentuk matriks, persamaan 3 dapat ditulis sebagai berikut:
a
11
a
12
… a
1n
X
1
F
1
X
1
a
21
a
22
… a
2n
X
2
F
2
X
2
. .
. . . + . =
. .
. .
. .
. a
n1
a
n2
… a
nn
X
n
F
n
X
n
A . X +
F = X atau F = X - AX
Jika terdapat perubahan permintaan akhir, maka akan ada perubahan pola pendapatan nasional. Jika ditulis dalam bentuk persamaan menjadi:
AX + F = X atau I-A X = F atau X = I-A
-1
F . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 dimana:
I = matriks identitas berukuran n x n yang elemennya memuat angka satu
pada diagonalnya dan nol selainnya F
= permintaan akhir X
= jumlah output I-A = matriks Leontief terbuka
I-A
-1
= matriks kebalikan Leontief
3.2.1. Analisis Keterkaitan 1.
Keterkaitan langsung dan tidak langsung total ke depan
Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung per unit kenaikan permintaan total. Menurut Sahara et.al 2007, keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:
KDLT
i
=
n j
ij 1
dimana: KDLT
i
= keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i α
ij
= unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka n
= jumlah sektor
2. Keterkaitan langsung dan tidak langsung total ke belakang
Menunjukkan akibat suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak
langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
KBLT
i
=
n i
ij 1
dimana: KBLT
i
= keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i α
ij
= unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka n
= jumlah sektor
3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun ke belakang belumlah cukup untuk digunakan sebagai landasan pemilihan sektor kunci.
Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir tiap sektor tidak sama. Oleh karena itu harus
dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor.
Analisis ini disebut sebagai dampak penyebaran. Menurut Sahara et.al 2007, dampak penyebaran terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Koefisien Penyebaran Daya Penyebaran ke BelakangDaya Menarik
Konsep ini berfungsi untuk mengetahui manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi
pasar input. Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Jika Pd
j
1 artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya. Namun
jika Pd
j
1 artinya sektor tersebut kurang memiliki kemampuan untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya. Rumus untuk mencari nilai koefisien penyebaran
adalah:
Pd
j
=
n i
n j
ij n
i ij
n
1 1
1
dimana : Pd
j
= koefisien penyebaran sektor j α
ij
= unsur matriks kebalikan Leontief n
= jumlah sektor Nilai koefisien penyebaran dari suatu sektor menunjukkan bahwa kenaikan
satu unit output sektor tersebut akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain yang menyediakan input bagi sektor itu, termasuk sektor itu sendiri sebesar
nilai koefisien penyebarannya.
2. Kepekaan Penyebaran Daya Penyebaran Ke DepanDaya Mendorong
Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini
diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan industri hilirnya. Jika Sd
i
1 artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Namun jika Sd
i
1 artinya sektor tersebut kurang mempunyai kemampuan untuk mendorong sektor hilirnya. Rumus
untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah:
Sd
i
=
n i
n j
ij n
j ij
n
1 1
1
dimana : Sd
i
= kepekaan penyebaran sektor i α
ij
= unsur matriks kebalikan Leontief n
= jumlah sektor Nilai kepekaan penyebaran suatu sektor menunjukkan bahwa kenaikan
satu unit output dari suatu sektor akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain yang menggunakan output dari sektor itu, termasuk sektor itu sendiri sebesar
nilai kepekaan penyebarannya.
3.2.3. Analisis Multiplier
Multiplier ini menggambarkan bahwa terjadinya peningkatan aktivitas suatu sektor akan meningkatkan aktivitas sektor tersebut atau sektor lainnya
sebesar nilai penggandanya. Pada dasarnya, analisis angka pengganda mencoba melihat apa yang terjadi pada variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi
perubahan-perubahan variabel eksogen seperti permintaan akhir di dalam perekonomian. Ada tiga variabel yang menjadi perhatian utama dalam analisis
angka pengganda ini yaitu output sektor produksi, pendapatan rumah tangga dan tenaga kerja. Masing-masing angka pengganda masih dibagi kedalam dua bagian
yaitu tipe I dan tipe II. Berdasarkan matriks kebalikan Leontief baik untuk model terbuka
α
ij
maupun model tertutup α
ij
dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja berdasarkan rumus-rumus yang tercantum pada
Tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja
Nilai Multiplier
Output Pendapatan
Tenaga Kerja
Efek Awal 1
h
j
e
j
Efek Putaran Pertama Σ
i
a
ij
Σ
i
a
ij
h
i
Σ
i
a
ij
e
i
Efek Dukungan Industri Σ
i
α
ij
-1- Σ
i
a
ij
Σ
i
α
ij
h
i
-h
j
- Σ
i
a
ij
h
i
Σ
i
α
ij
e
ij
-e
j
- Σ
i
a
ij
e
i
Efek Induksi Konsumsi Σ
i
α
ij
- Σ
i
α
ij
Σ
i
α
ij
h
i
- Σ
i
α
ij
h
i
Σ
i
α
ij
e
i
- Σ
i
α
ij
e
i
Efek Total Σ
i
α
ij
Σ
i
α
ij
h
i
Σ
i
α
ij
e
i
Efek Lanjutan Σ
i
α
ij
-1 Σ
i
α
ij
h
i
-h
i
Σ
i
α
ij
e
i
-e
i
Sumber: Daryanto dalam Sahara et.al, 2007 Keterangan: aij
= koefisien output hi
= koefisien pendapatan rumah tangga ei
= koefisien tenaga kerja αij = matriks kebalikan Leontief terbuka
αij = matriks kebalikan Leontief tertutup
Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, maka dihitung
dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan tipe II sebagai berikut:
Tipe I
= efek awal+efek put. pertama+efek duk. industri efek awal
Tipe II = efek awal+efek put. pertama+efek duk. industri+efek ind. konsumsi
efek awal
3.3. Simulasi Kebijakan
Analisis dampak investasi dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan shock pada bagian investasi sektor-sektor yang termasuk ke dalam
infrastruktur yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Selanjutnya sektor-sektor tersebut didisagregasi
kembali menjadi beberapa subsektor untuk melihat dampaknya secara lebih rinci. Guna memberikan gambaran mengenai dampak investasi sektor-sektor
tersebut terhadap perekonomian, terutama terhadap pembentukan nilai output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja, maka dalam penelitian ini diasumsikan
terdapat penanaman investasi sebesar Rp 150 triliun yang dialokasikan secara total pada masing-masing sektor pada bagian awal analisis dan secara merata pada
bagian selanjutnya. Nilai tersebut sesuai dengan anggaran infrastruktur Indonesia pada tahun 2009 yang mencapai Rp 150 triliun dimana Rp 100 triliun berasal dari
APBN dan Rp 50 triliun dari investasi BUMN
2
. Rumus yang digunakan untuk menganalisis dampak investasi tersebut dapat dilihat sebagai berikut Miller dan
Blair dalam Maryadi, 2007: a. Dampak terhadap pembentukan output,
Δ X = I-A
d -1
ΔY
2
Berdasarkan artikel berjudul “Anggaran Infrastruktur 2009 Capai Rp 150 Triliun” dapat dilihat
pada http:www.detikFinance.com, 5 Maret 2009.
b. Dampak terhadap pendapatan rumah tangga, Δ I = α
n+1
I-A
d -1
ΔY c. Dampak terhadap penyerapan tenaga kerja,
Δ L = w
n+1
I-A
d -1
ΔY dimana:
Δ X = dampak terhadap pembentukan output Δ I
= dampak terhadap pendapatan rumah tangga Δ L = dampak terhadap penyerapan tenaga kerja
ΔY = investasi sektoral
I-A
d -1
= matriks kebalikan Leontief tertutup α
n+1
= koefisien pendapatan w
n+1
= koefisien tenaga kerja
IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor Infrastruktur
Secara umum selama lima tahun terakhir, Laju Pertumbuhan Ekonomi LPE untuk sektor infrastruktur mengalami peningkatan dari tahun 2003 hingga
tahun 2007. Meskipun pada tahun-tahun tertentu sempat mengalami fluktuasi, dimana terjadi penurunan pertumbuhan pada sektor listrik, gas dan air bersih di
tahun 2006, stagnasi pertumbuhan terjadi pada sektor bangunan di tahun 2005 dan pada tahun tersebut juga sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami
penurunan pertumbuhan. Jika dilihat pada Tabel 4.1, LPE nasional sejalan dengan LPE infrastruktur yang berarti bahwa pertumbuhan dari sektor infrastruktur bisa
dikatakan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional, meskipun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji korelasi yang terjadi antara keduanya.
Tabel 4.1. Laju Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 persen
Sumber: BPS, 2007 Keterangan: Angka Sementara
Angka Sangat Sementara
Peningkatan LPE
yang terjadi
pada sektor
infrastruktur menunjukkan bahwa jumlah pelanggan dan kapasitas output yang
Lapangan Usaha Tahun
2003 2004
2005 2006
2007
Pertanian 3,8
2,8 2,7
3,4 3,5
Pertambangan dan Penggalian -1,4
-4,5 3,2
1,7 2,0
Industri Pengolahan 5,3
6,4 4,6
4,6 4,7
Listrik, Gas dan Air bersih 4,9
5,3 6,3
5,8 10,4
Bangunan 6,1
7,5 7,5
8,3 8,6
Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,4
5,7 8,3
6,4 8,5
Pengangkutan dan Komunikasi 12,2
13,4 12,8
14,4 14,4
Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan 6,7
7,7 6,7
5,5 8,0
Jasa-jasa 4,4
5,4 5,2
6,2 6,6
PDB 4,8
5,0 5,7
5,5 6,3