Multiplier Tenaga Kerja Analisis Multiplier

5.3.3. Multiplier Tenaga Kerja

Berdasarkan klasifikasi 9 sektor, infrastruktur yang mempunyai nilai multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II terbesar dan berada di peringkat pertama diantara sektor perekonomian lainnya adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu masing-masing sebesar 6,20 dan 10,83. Nilai multiplier tenaga kerja tipe I menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta di sektor tersebut, maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebesar 6 orang. Sedangkan nilai multiplier tenaga kerja tipe II menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga yang bekerja di sektor tersebut sebesar Rp 1 juta, maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebesar 11 orang. Sementara itu, sektor bangunan mempunyai nilai multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II sebesar 2,46 dan 3,57 sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi mempunyai nilai sebesar 1,68 dan 2,43 untuk jenis multiplier yang sama. Berdasarkan klasifikasi 20 sektor, subsektor kategori infrastruktur yang mempunyai nilai multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II terbesar dan berada di peringkat pertama diantara sektor perekonomian lainnya adalah subsektor listrik dan gas masing-masing sebesar 6,84 dan 11,74. Untuk nilai multiplier tenaga kerja yang lain, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7. Multiplier Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 Sektor Efek Awal Efek Putaran Pertama Efek Dukungan Industri Efek Induksi Konsumsi Efek Total Tipe I Tipe II Pertanian 0,08 0,01 0,00 0,01 0,10 1,12 1,23 Pertmbngangal 0,00 0,00 0,00 0,01 0,01 1,85 4,11 Indust pengolahan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03 3,99 5,47 -Lstrk,gasair bersih 0,00 0,00 0,01 0,01 0,02 6,20 10,83 Lstrk gas 0,00 0,00 0,01 0,01 0,02 6,84 11,74 Air bersih 0,00 0,00 0,01 0,01 0,03 3,49 7,12 -Bangunan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03 2,46 3,57 Bgnan tmpt tinggalbkn tmpt tinggal 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03 2,96 4,22 Prasarana prtanian 0,01 0,01 0,01 0,01 0,04 2,12 3,10 Jln,jmbtanplabuhan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03 2,01 3,00 Bgnaninstalasi,lstrk,gasair brshkmnkasi 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03 2,33 3,43 Bgnan lainnya 0,01 0,01 0,01 0,01 0,04 3,08 4,36 -Pngkutankomunikasi 0,02 0,01 0,01 0,01 0,04 1,68 2,43 Js angk krta api 0,02 0,01 0,01 0,02 0,05 1,67 2,40 Js angk jln raya 0,02 0,01 0,01 0,01 0,04 1,89 2,76 Js angk laut 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03 2,29 3,24 Js angk sungaidanau 0,02 0,00 0,00 0,01 0,04 1,47 2,10 Js angk udara 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03 1,80 2,56 Js pnunjang angk 0,02 0,00 0,00 0,01 0,04 1,35 1,97 Js komunikasi 0,01 0,00 0,00 0,01 0,03 1,24 1,80 Pdgangan,hotelresto 0,03 0,01 0,00 0,01 0,05 1,41 1,80 Keu,prswaanjs prsh 0,00 0,00 0,00 0,01 0,02 2,21 4,47 Jasa-jasa 0,02 0,01 0,01 0,02 0,05 1,48 2,31 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia 2005, klasifikasi 9 dan 20 sektor diolah Sektor industri pengolahan mempunyai nilai multiplier tenaga kerja yang lebih rendah daripada sektor listrik, gas dan air bersih jika nilai keduanya dibandingkan. Meskipun sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor yang lebih padat modal dan menggunakan sedikit tenaga kerja namun kemampuannya dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor perekonomian Indonesia lebih besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.

5.4. Simulasi Dampak Investasi Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia