IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor Infrastruktur
Secara umum selama lima tahun terakhir, Laju Pertumbuhan Ekonomi LPE untuk sektor infrastruktur mengalami peningkatan dari tahun 2003 hingga
tahun 2007. Meskipun pada tahun-tahun tertentu sempat mengalami fluktuasi, dimana terjadi penurunan pertumbuhan pada sektor listrik, gas dan air bersih di
tahun 2006, stagnasi pertumbuhan terjadi pada sektor bangunan di tahun 2005 dan pada tahun tersebut juga sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami
penurunan pertumbuhan. Jika dilihat pada Tabel 4.1, LPE nasional sejalan dengan LPE infrastruktur yang berarti bahwa pertumbuhan dari sektor infrastruktur bisa
dikatakan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional, meskipun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji korelasi yang terjadi antara keduanya.
Tabel 4.1. Laju Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 persen
Sumber: BPS, 2007 Keterangan: Angka Sementara
Angka Sangat Sementara
Peningkatan LPE
yang terjadi
pada sektor
infrastruktur menunjukkan bahwa jumlah pelanggan dan kapasitas output yang
Lapangan Usaha Tahun
2003 2004
2005 2006
2007
Pertanian 3,8
2,8 2,7
3,4 3,5
Pertambangan dan Penggalian -1,4
-4,5 3,2
1,7 2,0
Industri Pengolahan 5,3
6,4 4,6
4,6 4,7
Listrik, Gas dan Air bersih 4,9
5,3 6,3
5,8 10,4
Bangunan 6,1
7,5 7,5
8,3 8,6
Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,4
5,7 8,3
6,4 8,5
Pengangkutan dan Komunikasi 12,2
13,4 12,8
14,4 14,4
Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan 6,7
7,7 6,7
5,5 8,0
Jasa-jasa 4,4
5,4 5,2
6,2 6,6
PDB 4,8
5,0 5,7
5,5 6,3
dihasilkan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah populasi penduduk. Semakin besar jumlah penduduk maka permintaan akan
pelayanan dari sektor tersebut semakin bertambah karena jasa yang dihasilkan oleh infrastruktur merupakan kebutuhan dasar bagi kalangan
masyarakat maupun industri. Namun di sisi lain, penurunan pertumbuhan yang terjadi kemungkinan disebabkan oleh ketidakmampuan dari
infrastruktur untuk memenuhi permintaan dari masyarakat, karena kenaikan pertumbuhan konsumsi tidak diiringi oleh kenaikan pertumbuhan
produksi dari infrastruktur. Perkembangan investasi Indonesia dari tahun 2003-2006 mengalami
fluktuasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai investasi dalam dan luar negeri yang sempat mengalami penurunan di tahun 2004 namun meningkat kembali di tahun
berikutnya Tabel 4.2. Berdasarkan sektor ekonomi, investasi terbesar berada pada sektor industri, baik untuk investasi dalam ataupun luar negeri.
Tabel 4.2. Jumlah Investasi Dalam Negeri dan Luar Negeri di Indonesia yang Disetujui Pemerintah Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006
Miliar Rupiah
Sektor Ekonomi Penanaman Modal Dalam Negeri
Penanaman Modal Asing 2003
2004 2005
2006 2003
2004 2005
2006
Pertanian 2.314,7
1.922,7 4.494,0
8.767,8 2.278,9
3.060,7 5.878,2
9.442,3 Pertambangan
654,5 682,9
982,3 437,4
156,1 606,1
7.529,9 3.191,9
Perindustrian 44.336,0
24.441,3 26.807,5
131.753,3 57.407,6
57.551,9 58.500,2
81.457,6
Listrik, Gas dan Air
675,3 8.798,1
6.276,3 7.232,4
3.112,6 2.462,7
218,4 11.565,0
Konstruksi 2.703,6
3.392,7 1.537,9
3.028,4 7.750,3
8.618,8 17.247,3
25.108,6
Perdagangan Besar, Eceran, Restoran
dan Hotel 1.623,4
1.674,1 4.652,8
9.413,2 9.754,8
11.093,1 8.779,9
14.100,2
Transpor, Pergudangan,
Perhubungan
2.502,4 2.129,9
2.375,2 1.930,3
39.387,0 5.248,0
30.155,5 2.900,8
Lembaga Keuangan, Perasuransian, Real
Estate 755,0
0,0 0,0
1,0 452,9
3.036,5 1.210,2
720,3 Jasa
194,9 1.645,5
3.451,3 203,4
2.902,5 1.907,6
2.263,1 4.972,5
Jumlah 55.759,8
44.687,2 50.577,3
162.767,2 123.202,8
93.585,3 131.782,6
153.459,2
Sumber: BPS, 2007 diolah
Keterangan: Asumsi Kurs Rp; 8.577,13 2003, 8.938,85 2004 9.704,74 2005, 9.800 2006
Investasi di masing-masing sektor kategori infrastruktur sendiri yaitu sektor listrik, gas dan air, sektor konstruksi dan sektor transpor, pergudangan dan
perhubungan, ketiganya mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui diadakannya Infrastructure Summit tahun
2005 tidak banyak membawa perbaikan untuk penanaman modal dalam negeri, dimana justru terjadi penurunan nilai investasi dari tahun sebelumnya meskipun
pada sektor transpor, pergudangan dan perhubungan terjadi sedikit kenaikan. Namun dari segi penanaman modal asing terjadi kenaikan yang cukup signifikan
pada sektor konstruksi serta sektor pergudangan dan perhubungan meskipun terjadi penurunan yang sangat besar terhadap sektor listrik, gas dan air.
Penanaman modal asing cenderung mempunyai nilai yang lebih besar pada beberapa sektor kategori infrastruktur sehingga pemerintah melakukan
pembatasan terhadap investasi luar negeri sebesar 55 persen pada tahun 2009 dengan tujuan untuk melindungi investor dalam negeri. Sedangkan rendahnya
minat investor untuk berinvestasi di sektor infrastruktur pada Infrastructure Summit
I dan II lalu diantaranya disebabkan oleh penjaminan resiko yang tidak jelas, kerangka peraturan perundang-undangan yang belum memenuhi
international best practice , sistem dan penyelenggaraan hukum yang masih
buruk, implementasi pengadaan dan pengoperasian proyek yang tidak tertib serta persoalan likuiditas finansial domestik yang sangat terbatas. Kendala-kendala
tersebut menyebabkan para investor masih kurang tertarik untuk menanamkan
modalnya di sektor infrastruktur sehingga pertumbuhan investasinya pun berfluktuasi dari tahun ke tahun.
4.2. Perkembangan Tenaga Kerja di Sektor Infrastruktur