Analisis Keberlanjutan Untuk menganalisis tingkat keberlanjutan wilayah pesisir Kota Makassar

Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam pemodelan spasial adalah citra satelit landsat enhanced thematic mapper+7 untuk wilayah pesisir Kota Makassar Sulawesi Selatan. Data sosial ekonomi dan geofisik wilayah diperoleh dari berbagai sumber; Kondisi eksisting penggunaan lahan wilayah pesisir Kota Makassar Kondisi eksisting penggunaan lahan Kota Makassar diperoleh dari data citra satelit landsat enhanced tematic mapper+7. Citra satelit tersebut diinterpresetasikan menjadi peta penggunaan lahan eksisting. Kondisi sosial ekonomi Kondisi sosial ekonomi wilayah pesisir Kota Makassar meliputi kepadatan penduduk , tingkat pendidikan , kondisi tempat tinggal dan mata pencaharian penduduk, tingkat pendidikan, kondisi tempat tinggal dan mata pencaharian penduduk bidang pertanian dan perikanan. Kondisi geofisik Kondisi geofisik wilayah pesisir Kota Makassar diwakili oleh jenis tanah, geologi, ketinggian elevasi, slope, kualitas air, kedalaman perairan.

c. Analisis Keberlanjutan Untuk menganalisis tingkat keberlanjutan wilayah pesisir Kota Makassar

menggunakan perangkat lunak Rapfish Kavanagh, 2001 dan Budiharsono, 2007. Tahap penentuan atribut pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dan berkelanjutan berdasar pada lima 5 dimensi yaitu; ekonomi ekologi, sosial,teknologi, hukum dan kelembagaan, tahap penilaian setiap atribut dalam skala ordinal 5 dimensi. Analisis ordinasi ”Rapfish” berbasis metode multidimensional scaling MDS, selanjutnya penyusunan Indeks dan Status keberlanjutan. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang diperlukan dalam analisis keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir Kota Makassar adalah data primer berupa atribut-atribut yang terkait dengan lima dimensi keberlanjutan pembangunan yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, serta hukum dan kelembagaan. Data primer dapat bersumber dari para responden dan pakar yang terpilih, serta hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam analisis keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir Kota Makassar dilakukan melalui wawancara, diskusi, kuisioner, dan survey lapangan dengan responden di wilayah studi yang terdiri dari berbagai pakar dan stakeholder yang terkait dengan topik penelitian. Metode Analisis Data. Analisis keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir dilakukan dengan pendekatan multidimensional scaling MDS yang disebut dengan pendekatan Rap-Coastal yang merupakan pengembangan dari metode Rapfish yang digunakan untuk menilai status keberlanjutan perikanan tangkap. Analisis keberlanjutan ini, dinyatakan dalam Indeks Keberlanjutan Pengelolaan wilayah pesisir ikb-Coastal Analisis dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu 1 penentuan atribut pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan yang mencakup lima dimensi yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya, teknologi, dan hukum dan kelembagaan; 2 penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi; dan 3 penyusunan indeks dan status keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir Kota Makassar Sulawesi Selatan Setiap atribut pada masing-masing dimensi diberikan skor berdasarkan s cientific judgment dari pembuat skor. Rentang skor berkisar antara 0 – 3 atau tergantung pada keadaan masing-masing atribut yang diartikan.mulai dari yang buruk 0 sampai baik 3. Tabel 7. berikut menyajikan atribut-atribut dan skor yang digunakan untuk menilai keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir pada setiap dimensi. Tabel 7. Atribut-atribut dan skor keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir Kota Makassar Dimensi dan Atribut Skor Baik Buruk Keterangan Dimensi Ekologi Dimensi Ekonomi Dimensi Sosial-Budaya Dimensi Teknologi Dimensi Hukum dan Kelembagaan Nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis secara multidimensional untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik baik good dan titik buruk bad. Adapun nilai skor yang merupakan nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat dilihat pada tabel 7. berikut. Tabel 8. Kategori status keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir berdasarkan nilai indeks hasil analisis Rap-COASTALMAK Nilai Indeks Kategori 00,00 – 25,99 26,00 – 49,99 50,00 – 74,99 75,00 – 100,0 Buruk Kurang Cukup Baik Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Dengan proses rotasi, maka posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0 buruk dan 100 baik. Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks keberlanjutan lebih besar atau sama dengan 50 50 , maka sistem dikatakan berkelanjutan sustainable dan tidak berkelanjutan jika nilai indeks kurang dari 50 50 . Ilustrasi hasil ordinasi nilai indeks keberlanjutan dapat dilihat pada gambar 10. Buruk Baik 50 100 Gambar 36. Ilustrasi indeks keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir Kota Makassar sebesar 50 Berkelanjutan 41,7 36,5 34,82 56,24 53,95 20 40 60 80 100 Ekologi Ekonomi Sosial-Budaya Teknologi Hukum dan Kelembagaan Nilai indek keberlajutan setiap dimensi dapat divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram seperti pada Gambar 37. Gambar 37. Ilustrasi indeks keberlanjutan setiap dimensi pengelolaan wilayah pesisir Untuk melihat atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir dilakukan analisis sensivitas dengan melihat bentuk perubahan root mean square RMS ordinasi pada sumbu X. Semakin besar perubahan nilai RMS, maka semakin sensitif atribut tersebut dalam pengeloaan wilayah pesisir. Dalam analisis tersebut di atas akan terdapat pengaruh galat yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam pembuatan skor karena kesalahan pemahaman terhadap atribut atau kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna, variasi skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti, proses analisis MDS yang berulang-ulang, kesalahan pemasikan data atau ada data yang hilang, dan tingginya nilai stress nilai stress dapat diterima jika nilainya 25 , Kanvanagh, 2001, Fauzi dan Anna, 2002. Untuk mengevaluasi pengaruh galat pada pendugaan nilai ordinasi pengelolaan wilayah pesisir digunakan analisis Monte Carlo . Berikut tahapan analisis status keberlanjutan wilayah pesisir Kota Makassar pada Gambar 12. MULAI Kondisi Pembangunan W ilayah Pesisir Penentuan Atribut Sebagai Kriteria Penilaian Penilaian Skor Setiap Atribut MDS Ordinasi Setiap Atribut Analisis Monte Carlo Analisis RAP - COASTAL Analisis Sensivitas STATUS INDEKS Keberlanjutan Pengelolaan W ilayah Pesisir Gambar 38. Tahapan analisis status keberlanjutan wilayah pesisir Kota Makassar d. Trade-off Analysis Trade-off analysis Brown,2001 dalam penelitian ini dipergunakan untuk mengetahui skenario pengelolaan yang terbaik dalam jangka waktu 20 tahun kedepan dengan memperkirakan dampak-dampak yang mungkin terjadi terhadap kriteria ekonomi, sosial, ekologi, teknologi serata hukum dan kelembagaan. Pilihan skenario terbaik adalah skenario yang memberikan manfaat yang paling maksimal dengan tingkat kerugian yang paling minimal dari aktifitas pengelolaan yang dilakukan dengan menggunakan software ”Powersim” dan GIS analisis. e. Analisis Kapasitas Asimilasi Nilai kapasitas asimilasi didapatkan dengan cara membuat grafik hubungan antara konsentrasi masing – masing parameter limbah di perairan danau dengan total beban pencemaran parameter tersebut di muara sungai. Titik perpotongan dengan nilai baku mutu yang berlaku untuk setiap parameter disebut sebagai nilai kapsitas asimilasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pencemaran di muara sungai secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : y = fx ...........................................................................................................2 Secara matematis persamaan regresi linier dapat dituliskan : y = a + bx ......................................................................................................3 Dimana : x = nilai parameter di sungai y = nilai parameter di perairan danau a = nilai tengahrataan umum b = koefisien regresi untuk parameter di sungai Peubah x merupakan jumlah nilai dari seluruh muara yang diamati untuk parameter tertentu dan y merupakan nilai parameter di perairan danau. Pengambilan contoh air menggunakan perahu motor Tempel. Parameter yang diukur meliputi parameter fisika dan kimia Tabel 9. Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 9. Parameter fisika – kimia No Parameter Satuan Alat Metode Fisika : 1 Kedalaman m Batu duga Ehosonder In situ 2 Suhu C Termometer Hg In situ 3 Salinitas 000 Salinometer In Situ Kimia : 4 pH - pH meter Potensiometrik, In situ 5 DO mgL Peralatan titrasiDO meter Titrasi Winkler, Laboratorium In situ 6 BOD 5 mgL Peralatan titrasi Titrasi, Laboratorium 7 COD mgL Peralatan titrasi Titrasi, Laboratorium 8 Logam berat Pb, Cd,Cu mgL AAS Spektrofotometrik, Laboratorium

f. Analisis Kebijakan dengan Model Dinamik