Status Keberlanjutan Dimensi Hukum dan Kelembagaan

142 dari nilai stress dan nilai koefisien determinasi R. Nilai ini diperoleh secara otomatis dalam analisis MDS dengan menggunakan software Rapfish yang dimodifikasi menjadi Rap-COASTALMAK. hasil analisis dianggap akurat dan dapat dipertanggung jawabkan apabila memiliki nilai stress lebih kecil dari 0,25 atau 25 persen dan nilai koefisien determinasi R mendekati nilai 1,0 atau 100 persen Kavanagh dan Pitcher, 2004. Hasil analisis MDS dengan Rap- COASTALMAK menunjukkan bahwa semua atribut yang dikaji, cukup akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Ini terlihat dari nilai stress yang hanya berkisar antara 12 sampai14 persen dan nilai koefisien determinasi Ryang diperoleh berkisar 0,93 sampai 0,95. Adapun nilai stress dan koefisien determinasi seperti Tabel 25. berikut. Tabel 25. Hasil analisis Rap-COASTALMAK untuk nilai stress dan koefisien determinasi R 2 Parameter Dimensi Keberlanjutan A B C D E F Stress 0,122 0,127 0,136 0,133 0,139 0,115 R 2 0,946 0,942 0,939 0,925 0,952 0,936 Iterasi 3 3 3 3 3 3 Keterangan : A = Dimensi ekologi, B = Dimensi ekonomi, C = Dimensi sosial-budaya, D = Dimensi infrastruktur-teknologi, E = Dimensi hukum- kelembagaan, dan F = multidimensi Sumber : Data diolah tahun 2008 Berdasarkan hasil analisis MDS dengan Rap-COASTALMAK wilayah pesisir Kota Makassar untuk pengembangan kawasan pesisir dapat disimpulkan sebagai berikut. Secara multidimensi, wilayah pesisir Kota Makassar untuk pengembangan kawasan pesisir termasuk dalam status kurang berkelanjutan dengan nilai indeks keberlanjutan 41,09 . Status keberlanjutan wilayah pesisir Kota Makassar pada setiap dimensi masing-masing dimensi ekologi termasuk dalam status kurang berkelanjutan 47,13, dimensi ekonomi cukup berkelanjutan 53,89, dimensi sosial- budaya kurang berkelanjutan 34,82 , dimensi infrastruktur dan teknologi tidak berkelanjutan 13,28 dan dimensi hukum dan kelembagaan cukup berkelanjutan 50,74 Atribut-atribut yang sensitif berpengaruh atau perlu diintervensi terhadap peningkatan status keberlanjutan wilayah pesisir Kota Makassar untuk 143 pengembangan wilyah pesisir sebanyak 14 atribut dari 52 atribut yang meliputi intensitas konversi lahan perikanan, kondisi prasarana jalan desa, ketersediaan informasi zona agroklimat,dan produktifitas usaha perikanan dimensi ekologi, kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB Kota Makassar, kelayakan usaha perikanan dimensi ekonomi, pola hubungan masyarakat dalam kegiatan perikanan, peran masyarakat adat dalam kegiatan perikanan, pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan perikanan dimensi sosial budaya, dukungan sarana dan prasarana jalan, tingkat penguasaan teknologi perikanan dimensi infrastruktur dan teknologi, ketersediaan lembaga sosial,keberadaan lembaga keuangan mikro, mekanisme lintas sektoral dalam pengembangan wilayah pesisir dimensi hukum dan kelembagaan Dalam analisis multi-dimensional MDS dengan Rap-COASTALMAK pengaruh galat dapat diperkecil pada taraf kepercayaan 95 persen. Dengan demikian, analisis dengan Rap-COASTALMAK ini dapat dipakai untuk mengeveluasi tingkat keberlanjutan wilayah pesisir Kota Makassar untuk pengembangan wilayah pesisir. Untuk mempertahankan dan meningkatkan status keberlanjutan kedepan, perlu dilakukan intervensi perbaikan terhadap atribut yang berpengaruh terhadap peningkatan status keberlanjutan wilayah dengan mengacu pada indikator pembangunan berkelanjutan sebagaimana ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup 2004 dan Commision on Sustainable DevelopmentCSD 2001 yang disesuaikan dengan rencana pengembangan wilayah pesisir. Perlu diprioritaskan perbaikan atribut pada dimensi keberlanjutan yang mempunyai indeks keberlanjutan yang lebih rendah, yaitu dimensi ekologi, dimensi sosial dan budaya, serta dimensi infrastruktur dan teknologi, sedangkan dimensi ekonomi dan hukum dan kelembagaan berdasarkan kondisi existing, nilai indekks keberlanjutan kedepan dapat dipertahankan atau lebih ditingkatkan. Perbaikan terhadap atribut-atribut sebaiknya tidak hanya dilakukan pada atribut yang sensitif berpengaruh terhadap peningkatan status keberlanjutan, tetapi juga atribut-atribut yang tidak sensitif agar status keberlanjutan wilayah pesisir dapat ditingkatkan mendekati nilai indeks keberlanjutan 100 persen. Tentunya dengan pertimbangan kemampuan finansial, waktu, dan tenaga. 144

5. 2. Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar

Analisis kesesuaian lahan di wilayah pesisir Kota Makassar diarahkan untuk pengembangan 9 peruntukan yaitu i pemukiman ii industri iii budidaya tambak iv pelabuhan umum, v pelabuhan pantai, vi pariwisata pantai vii budidaya karamba jaring apung, viii budidaya rumput laut dan ix konservasi Analisis didasarkan atas faktor pembatas untuk masing-masing peruntukan ditinjau dari aspek biofisik. Analisis ini dimaksudkan untuk menilai kelayakan atau kesesuaian lahan untuk pengembangan dari kesembilan peruntukan tersebut diatas. Hasil analisis kesesuaian lahan dikelompokkan kedalam empat kategorikelas, yaitu i sangat sesuai S1, ii sesuai S2, iii sesuai bersyarat S3, dan iv tidak sesuai N. Berdasarkan analisis spasial dengan menggunakan sistem informasi geografis SIG dengan cara tumpan susun overlay diperoleh hasil kesesuaian lahan untuk masing-masing peruntukan sebagai berikut.

1. Kesesuaian Lahan untuk kawasan Pemukiman

Parameter yang digunakan dalam menganalisis kesesuaian lahan untuk kawasan pemukiman meliputi 6 parameter yaitu: i kemiringan lahan ii ketersediaan air tawar iii jarak dari pantai, iv jarak dari sarana jalan, v land use dan vi drainase. Berdasarkan hasil analisis spasial yang dilakukan terhadap 8 kecamatan yang mempunyai akses langsung dengan wilayah pesisir Kota Makassar, ternyata kategori sangat sesuai seluas 6.662,6 ha, kategori sesuai seluas 4.176,5 ha, kategori sesuai bersyarat seluas 1.001,4 ha, dan kategori tidak sesuai seluas 419,8 ha, untuk lebih jelasnya luas dan lokasi kesesuaian lahan untuk kawasan pemukiman dapat dilihat pada Tabel 26, sedangkan peta lokasi kesesuaian lahan untuk kawasan pemukiman dapat dilihat pada Gambar 49.