Analisa Nilai Tambah TINJAUAN PUSTAKA

24 BEP = .. ..5 Analisis sensitivitas diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan kesalahan perkiraan nilai biaya atau manfaat serta mengantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan suatu harga saat proyek sedang dilaksanakan sehingga mengubah asumsi-asumsi yang ditetapkan di awal proyek. Pada umumnya analisis sensitivitas dilakukan pada kisaran 10-50 dari nilai yang berlaku saat ini Gray et al., 1992. Pada bidang pertanian, proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama. Keempat masalah tersebut adalah adanya perubahan harga. keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya dan adanya kesalahan dalam perkiraan hasil Gittinger, 1986. Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah nilai pengganti switching value. Menurut Gittinger 1986, pengujian ini dilakukan sampai dicapai tingkat minimum dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol NPV=0. NPV sama dengan nol akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net BC sama dengan satu. Analisis dilakukan pada perubahan harga input dan output yang terdiri dari empat perubahan harga, yaitu : 1. Penurunan harga output 2. Kenaikan biaya total 3. Kenaikan biaya investasi 4. Kenaikan biaya operasional.

2.5. Analisa Nilai Tambah

Sifat perishable mudah rusak dan bulky kamba yang dimiliki produk pertanian memberikan motivasi terhadap petani untuk melakukan penanganan yang tepat sehingga produk pertanian tersebut siap dikonsumsi oleh konsumen. Di dalam sistem komoditas pertanian terjadi arus komoditas yang mengalir dari hulu ke hilir, yang berawal dari petani dan berakhir pada konsumen akhir. Dalam perjalanan tersebut, komoditas pertanian mendapat perlakuan-perlakuan seperti pengolahan, pengawetan, dan pemindahan untuk menambah kegunaan atau menimbulkan nilai tambah Sudiyono, 2002. 25 Nilai tambah merupakan salah satu kriteria dalam perancangan atau pengembangan suatu produk. Menurut Gittinger 1985, nilai tambah added value adalah jumlah nilai ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan yang diselenggarakan di dalam masing-masing satuan produksi dalam perekonomian. Value added menurut Gumbira-Said dan Intan 2000, adalah nilai tang tercipta dari kegiatan mengubah input pertanian menjadi produk pertanian atau yang tercipta dari kegiatan mengolah hasil pertanian menjadi produk akhir. Menurut Hayati et al., 1987 dalam Sudiyono 2002, ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain. Menurut Sudiyono 2002, besarnya nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Dengan kata lain, nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen yang dapat dinyatakan secara matematik sebagai berikut: Nilai Tambah = f { K. B. T. U. H. h. L } dimana, K = Kapasitas produksi B = Bahan baku yang digunakan T = Tenaga kerja yang digunakan U = Upah tenaga kerja H = Harga output h = Harga bahan baku L = Nilai input lain nilai dan semua korbanan yang terjadi selama proses perlakuan untuk menambah nilai. Kelebihan dari analisis nilai tambah oleh Hayati et al., 1987 dalam Sudiyono, 2002. adalah: 1. Dapat diketahui besarnya nilai tambah. 2. Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik faktor produksi. 26 3. Dapat diterapkan di luar subsistem pengolahan, misalnya kegiatan pemasaran Langkah-langkah yang dilakukan Sudiyono, 2002 adalah: a. Membuat arus komoditas yang menunjukkan bentuk-bentuk komoditas, lokasi, lamanya penyimpanan dan berbagai perlakuan yang diberikan. b. Mengidentifikasi setiap transaksi yang terjadi menurut perhitungan parsial c. Memilih dasar perhitungan, yaitu satuan input bahan baku bukan satuan output. Perhitungan nilai tambah dalam penelitian ini menggunakan metode Hayami dan Kawagoe 1993 karena nilai tambah yang diperoleh dapat lebih mewakili besarnya nilai tambah yang diterima dari kegiatan pengolahan. Tabel 5 menyajikan model perhitungan nilai tambah dari Hayami dan Kawagoe 1993. Tabel 5. Model perhitungan nilai tambah dari hayami dan kawagoe 1993 No. Variabel Perhitungan I. II.

III. Output, input dan harga

1. Output kgth 2. Bahan baku kgth 3. Tenaga kerja HOKth 4. Faktor konversi 1:2 5. Koefisien tenaga kerja HOKkg 6. Harga output Rpkg 7. Upah rata-rata tenaga kerja RpHOK Pendapatan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku Rpkg 9. Sumbangan input lain Rpkg 10. Nilai output Rpkg 11.a. Nilai tambah Rpkg b. Rasio nilai tambah 12.a. Imbalan tenaga kerja Rpkg b. Bagian tenaga kerja 13.a. Keuntungan Rpkg b. Tingkat keuntungan Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14. Marjin keuntungan Rpkg a. Pendapatan tenaga kerja b. Sumbangan input lain c. Keuntungan perusahaan a b c d = a b e = c b f g h i j = d x f k = j - I - h i = k j x 100 m = e x g n = m k x 100 o = k - m p = o j x 100 q = j - h r = m q x 100 s = i q x 100 t =oqx100 Konsep pendukung dalam analisis nilai tambah menurut Hayami dalam Sudiyono, 2002 untuk subsistem pengolahan adalah sebagai berikut: a. Faktor konversi, merupakan jumlah output yang dihasilkan satu satuan input