Karakteristik fisik Kejernihan KARAKTERISASI SARI BUAH DENGAN FILTRASI 1. Karakteristik Kimia

72 A1B1 34,5ns 36,0A 32,0A 35,0AB 36,0ns 35,3ns A1B2 34,3ns 39,0B 36,0AB 37,0B 37,0ns 34,3ns A2B1 37,5ns 31,5C 25,5B 36,5AB 36,0ns 31,7ns A2B2 37,3ns 35,0CB 33,0AB 39,5A 33,0ns 35,7ns Gambar 22. Grafik Kadar Bilangan Formol pada Sari Buah Rambutan Dengan Filtrasi membran Keterangan : A2B1 = penyimpanan suhu 27 o C±2 o C A2B2 = penyimpanan suhu 5 o C±2 o C A1B1 = Pengkondisian pH asam sitrat 1 g l dan penyimpanan suhu 27 o C±2 o C A1B2 = Pengkondisian pH asam sitrat 1 gl dan penyimpanan suhu 5 o C±2 o C Perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama, berarti tidak berbeda nyata. Bilangan formol adalah salah satu syarat mutu Standar Nasional Indonesia 1995 untuk minuman sari buah. Berdasarkan grafik pada Gambar 22 dapat diketahui bahwa kisaran bilangan sari buah rambutan adalah 25,5-37,3 ml N NaOH100 ml. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah minimal 15, sehingga dengan melihat kandungan bilangan formol yang dimiliki sari buah rambutan maka persyaratan tersebut telah dipenuhi.

4.2.2.2. Karakteristik fisik Kejernihan

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa interaksi perlakuan pengkondisian pH dan penyimpanan pada suhu yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap kejernihan sari buah rambutan yang 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 ke-0 ke-7 ke-14 ke-30 ke-60 ke-90 Bilangan formol ml N NaOH 100 ml Penyimpanan hari a2b2 a2b1 a1b1 a1b2 73 dihasilkan. Pengaruh yang nyata pada taraf 5 untuk faktor tunggal suhu penyimpanan yang berbeda terdapat pada penyimpanan hari ke-30 dan hari ke-90. Selanjutnya untuk penyimpanan hari ke-60 faktor tunggal pengkondisian pH menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf 5 Lampiran 4.4.1-4.4.6. Gambar 23 menyajikan grafik persentase kejernihan T pada sari buah rambutan dengan filtrasi membran. Gambar 23. Grafik Persentase Kejernihan T pada Sari Buah Rambutan Dengan Filtrasi membran Keterangan : A2B1 = penyimpanan suhu 27 o C±2 o C A2B2 = penyimpanan suhu 5 o C±2 o C A1B1 = Pengkondisian pH asam sitrat 1 gl dan penyimpanan suhu 27 o C±2 o C A1B2 = Pengkondisian pH asam sitrat 1 gl dan penyimpanan suhu 5 o C±2 o C Nilai kejernihan T sari buah rambutan tanpa filtrasi berada pada kisaran 6,6 T sampai - 9,5 T. Nilai kejernihan T tertinggi pada penyimpanan hari ke-1, ke-30, ke-60 dan ke-90 diperoleh dari perlakuan pengkondisian pH dan penyimpanan suhu 5 o C±2 o C yaitu 9,3 T, 9,3 T, 9,1 T dan 8,8 T. Sedangkan untuk penyimpanan hari ke-7 dan ke-14 nilai kejernihan tertinggi diperoleh dari perlakuan tanpa pengkondisian pH dan penyimpanan suhu 5 o C±2 o C yaitu 9,3 T dan 9,5 T. Faktor tunggal suhu penyimpanan berpengaruh pada kejernihan sari buah rambutan dengan filtrasi membran yaitu penyimpanan suhu 5 o C±2 o C memperlihatkan kecendrungan yang lebih baik dalam mempertahankan kualitas 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 8.5 9.0 9.5 10.0 ke-1 ke-7 ke-14 ke-30 ke-60 ke-90 Kejernihan T penyimpanan hari a1b1 a1b2 a2b1 a2b2 74 kejernihan sari buah rambutan. menurut Chang et al., 2000 bahwa sari buah leci yang telah melalui proses sentrifuse, filtrasi, pengalengan, sterilisasi dan disimpan pada suhu 0 o C dan 25 o C selama setahun. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan warna pada sari buah leci pada penyimpanan suhu 0 o C dan hanya timbul sedikit perubahan warna sari buah leci pada suhu penyimpanan 25 o C. Selain faktor suhu tersebut faktor utama yang berpengaruh terhadap kejernihan sari buah adalah tersaringnya pulp buah rambutan melalui proses filtrasi menggunakan mikrofiltrasi, menurut Chang et al., 2000, bahwa pada dasarnya penyebab terjadinya perubahan warna pada sari buah leci karena partikel pulp dari buah-buahan yang mengandung leucoantosianin. Warna sari buah rambutan yang menggunakan membran mikrofiltrasi adalah bening, karena semua partikel-partikel yang terdapat pada sari buah rambutan telah tersaring Gambar 9, sebagai pembanding dilakukan pengukuran kejernihan T pada sari buah selama penyimpanan. Nilai kejernihan yang terbaik dari sari buah dengan penggunaan filtrasi membran adalah sari buah dengan tingkat kejernihan yang tertinggi, hal ini berarti bahwa semua suspensi yang mungkin ada pada sari buah telah tersaring dengan sempurna. Semakin tinggi tingkat kejernihan sari buah berarti semakin banyak cahaya yang lolos melewati sampel sehingga sari buah yang dihasilkan semakin jernih pH Hasil analisis keragaman interaksi perlakuan pengkondisian pH dan penyimpanan pada suhu yang berbeda terhadap pH sari buah rambutan dengan filtrasi menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf 5 yang terdapat pada penyimpanan hari ke-14 dan hari ke-30. Pengaruh faktor tunggal pengkondisian pH terhadap nilai pH sari buah rambutan disajikan pada penyimpanan hari ke-1, hari ke-60 dan hari ke-90. Hasil uji lanjut Tukey pada penyimpanan hari ke-14 menunjukkan bahwa perlakuan pengkondisian pH + penyimpanan pada suhu 27 o C±2 o C sama dengan perlakuan tanpa pengkondisian pH + penyimpanan suhu 5 o C±2 o C tetapi berbeda dengan perlakuan lainnya. Sedangkan untuk uji lanjut pada penyimpanan hari ke-30 menunjukkan bahwa perlakuan pengkondisian pH + 75 penyimpanan pada suhu 27 o C±2 o C sama dengan perlakuan pengkondisian pH +penyimpanan pada suhu 5 o C±2 o C l tetapi menunjukkan perbedaan dengan perlakuan yang lain, seperti disajikan pada Lampiran 4.5.1-4.5.6. Gambar 24 menyajikan persentase pengukuran pH pada sari buah rambutan dengan filtrasi membran. A1B1 3,9ns 3,7ns 3,8A 4,3B 3,8ns 3,7ns A1B2 3,9ns 3,9ns 4,0B 4,3B 3,8ns 3,8ns A2B1 4,1ns 3,9ns 4,0B 4,4C 3,9ns 4,0ns A2B2 4,0ns 3,9ns 3,8A 4,2A 4,0ns 4,0ns Gambar 24. Grafik Persentase pengukuran pH pada Sari Buah Rambutan Dengan Filtrasi membran Keterangan : A2B1 = penyimpanan suhu 27 o C±2 o C A2B2 = penyimpanan suhu 5 o C±2 o C A1B1 = Pengkondisian pH asam sitrat 1 gl dan penyimpanan suhu 27 o C±2 o C A1B2 = Pengkondisian pH asam sitrat 1 gl dan penyimpanan suhu 5 o C±2 o C Perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama, berarti tidak berbeda nyata. Nilai pH sari buah rambutan tanpa filtrasi berada pada kisaran 4,4 sampai 3,7. Nilai pH terendah pada hari ke-1 dan ke-60 diperoleh pada perlakuan pengkondisian pH + penyimpanan suhu 27 o C±2 o C dan perlakuan pengkondisian pH + penyimpanan suhu 5 o C±2 o C yaitu 3,9 dan 3,8. Pada penyimpanan hari ke-7 dan ke-90 sari buah rambutan tanpa filtrasi, nilai pH terendah diperoleh dari perlakuan pengkondisian pH + penyimpanan suhu 27 o C±2 o C yaitu 3,7. pH terendah pada penyimpanan hari ke-14 pH terendah diperoleh dari perlakuan 3.0 3.2 3.4 3.6 3.8 4.0 4.2 4.4 ke-1 ke-7 ke-14 ke-30 ke-60 ke-90 pH Penyimpanan hari A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 76 tanpa pengkondisian pH + penyimpanan suhu 5 o C±2 o C dan perlakuan pengkondisian pH + penyimpanan suhu 27 o C±2 o C, selanjutnya pada penyimpanan hari ke-30 nilai pH terendah diperoleh dari perlakuan tanpa pengkondisian pH + penyimpanan suhu 5 o C±2 o C Gambar 24 menunjukkan hasil pengukuran pH lebih rendah pada perlakuan pengkondisian pH + penyimpanan suhu kamar dan pengkondisian pH + penyimpanan suhu 5 o C dibandingkan pada perlakuan tanpa pengkondisian pH + penyimpanan suhu kamar dan perlakuan tanpa pengkondisian pH + penyimpanan suhu 5 o C selama penyimpanan. Menurut Vieira 1996, nilai pH mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme. Setiap mikroorganisme memiliki rentangan nilai pH dimana mereka dapat hidup dengan baik dan dimana mereka tidak dapat hidup sama sekali. Mikroorganisme banyak tumbuh dengan baik pada pH yang mendekati netral yaitu 5-8. Penambahan asam sitrat pada sari buah rambutan dengan filtrasi membran bertujuan untuk menurunkan pH sehingga pertumbuhan Mikroorganisme dapat dihambat. Menurut Winarno 1992, bahwa asam kadang-kadang ditambahkan pada produk buah-buahan dan sayuran yang pH-nya sedang dengan tujuan menurunkan pH sampai di bawah 4,5. Dengan penurunan pH ini maka suhu sterilisasi yang dibutuhkan juga akan lebih rendah dan kemungkinan tumbuhnya mikroorganisme berbahaya akan lebih kecil. Selanjutnya dikemukakan oleh Furia, 1972 asam sitrat digunakan sebagai asidulan untuk produk buah-buahan, selain sebagai pengawet asam sitrat digunakan sebagai penegas rasa segar. Total Padatan Terlarut TPT Hasil analisis keragaman interaksi perlakuan pengkondisian pH dan penyimpanan pada suhu yang berbeda terhadap total padatan terlarut sari buah rambutan dengan filtrasi menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf 5, yang terdapat pada penyimpanan hari ke-30 dan hari ke-90. Pengaruh yang nyata pada taraf 5 untuk faktor tunggal pengkondisian pH terdapat pada penyimpanan hari ke-60. Hasil uji lanjut pada penyimpanan hari ke-30 menunjukkan bahwa ada beberapa perlakuan yang berbeda, seperti yang disajikan pada Lampiran 4,6. Hasil uji lanjut tukey pada penyimpanan hari ke-90 menunjukkan bahwa 77 perlakuan pengkondisian pH + penyimpanan pada suhu 27 o C±2 o C berbeda dengan yang lain, pada perlakuan lain nilai total padatan terlarut lebih tinggi Lampiran 4.6.1-4.6.6. Hasil pengukuran total padatan terlarut disajikan pada Gambar 25. A1B1 16,7ns 16,8ns 16,6ns 15,9B 15,9B 16.5B A1B2 16,7ns 16,9ns 16,8ns 16,3B 16,2B 17,0A A2B1 16,9ns 17,1ns 16,9ns 16,6A 16,5A 16,9B A2B2 16,8ns 16,6ns 16,5ns 16,3AB 16,4AB 16,9AB Gambar 25. Grafik Persentase TPT o Brix pada Sari Buah Rambutan Dengan Filtrasi membran Keterangan : A2B1 = penyimpanan suhu 27 o C±2 o C A2B2 = penyimpanan suhu 5 o C±2 o C A1B1 = Pengkondisian pH asam sitrat 1 gl dan penyimpanan suhu 27 o C±2 o C A1B2 = Pengkondisian pH asam sitrat 1 gl dan penyimpanan suhu 5 o C±2 o C Perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama, berarti tidak berbeda nyata. Total padatan terlarut o Brix sari buah rambutan berada pada kisaran 17,1 o Brix sampai 15,9 o Brix. Pada hari ke-1, ke-7, ke-14, ke-30 dan ke-60 nilai total padatan terlarut o Brix tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa pengkondisian pH + penyimpanan suhu 27 o C±2 o C. Pada penyimpanan hari ke-90 nilai total padatan terlarut o Brix tertinggi diperoleh pada perlakuan pengkondisian pH dan penyimpanan suhu 5 o C±2 o C. Kecenderungan total padatan terlarut dari sari buah rambutan mengalami penurunan selama penyimpanan disajikan pada Gambar 25. Menurunnya total padatan terlarut pada sari buah rambutan juga dijelaskan oleh Dwidjoseputro 1985, bahwa komponen-komponen yang komplek seperti protein dan karbohidrat terurai menjadi persenyawaan yang lebih sederhana, Senyawa- 15.5 16.0 16.5 17.0 17.5 18.0 ke-1 ke-7 ke-14 ke-30 ke-60 ke-90 TPT Briks Penyimpanan hari a1b1 a1b2 a2b1 a2b2 78 senyawa sederhana ini mudah larut dalam air. Selanjutnya senyawa-senyawa yang telah terdegradasi ini sebagian telah diuraikan lagi menjadi senyawa volatil.

4.2.2.3. Karakteristik Mikrobiologis