12 Tailing pertambangan nikel yaitu slag berupa butiran-butiran semen yang
seperti logam. Bila limbah padat slag tersebut sifatnya terlalu asam bisa menyebabkan logam-logam tertentu seperti seng dan logam lain terlepas sehingga
dapat membahayakan suatu perairan karena dapat menyebabkan penurunan kualitas perairan baik secara fisik maupun kimia dan memberikan pengaruh
terhadap struktur komunitas organisme suatu perairan Zubayr, 2009. Limbah dari kegiatan pertambangan nikel dapat berupa limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun B3. Definisi umum dari limbah B3 adalah limbah yang berpotensi menimbulkan resiko terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat
Zubayr, 2009. Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999, definisi limbah B3 adalah sisa suatu usaha danatau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya danatau beracun yang karena sifat danatau konsentrasinya danatau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
danatau merusakkan lingkungan hidup, danatau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lain. Dalam peraturan pemerintah ini juga dijelaskan bahwa limbah yang termasuk limbah B3 apabila setelah melalui pengujian memiliki salah satu atau lebih
karakteristik seperti berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif.
2.2 Multiplier Effect
Richardson 1972 dalam Laoh 1989 mengatakan bahwa analisis input- output merupakan suatu alat untuk menduga dampak dari pembangunan ekonomi
suatu wilayah, dan besarnya dampak tersebut dapat dilihat melalui besaran koefisien pengganda multiplier. Koefisien pengganda yang banyak digunakan
antara lain yaitu koefisien pengganda output, koefisien pengganda tenaga kerja, dan koefisien pengganda pendapatan. Menurut tipe perlakuannya, koefisien
pengganda dapat dibedakan atas koefisien pengganda tipe I dan koefisien pengganda tipe II.
Menurut Cooper et al 1998 konsep multiplier didasarkan pada penjualan perusahaan yang membutuhkan pembelian dari perusahaan lain di dalam
perekonomian lokal, seperti sektor industri ekonomi yang saling bergantung satu
13 sama lain. Menurut terminologi, terdapat tiga efek multiplier, yaitu efek langsung
direct effect, efek tidak langsung indirect effect, dan efek lanjutan induced effect
. Ketiga efek ini digunakan untuk menghitung ekonomi yang selanjutnya digunakan untuk mengestimasi dampak ekonomi di tingkat lokal.
Ratio Income Multiplier yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar
dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran unit usaha yang berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung
indirect dan lanjutan induced. Ratio income multiplier tipe 1 menggambarkan nilai dampak tidak langsung dari pengeluaran pedagang atau unit usaha,
sedangkan ratio income multiplier tipe 2 merupakan ukuran dari dampak lanjutan. Secara matematis dirumuskan Marine Ecotourism for Atlantic Area, 2001 :
Keynesian Local Income Multiplier = D + N + U
E Ratio Income Multiplier Tipe 1
= D + N D
Ratio Income Multiplier Tipe 2 = D + N + U
D Dimana :
E = Tambahan pengeluaran pedagangunit usaha rupiah
D = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E rupiah
N = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E
rupiah U
= Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E rupiah 2.3 Penilaian terhadap Kerusakan atau Pencemaran Sumberdaya Alam
dan Lingkungan
Menurut KLH 2007, valuasi ekonomi dapat juga diterapkan untuk mengetahui nilai kerusakan suatu lingkungan. Setelah unsur kerusakan dan
menurunnya fungsi lingkungan diidentifikasi, dapat dilakukan pendekatan nilai ekonomi total kerusakan lingkungan maupun pendekatan nilai ekonomi total atas
biaya rehabilitasi dan restorasi sumberdaya alam dan lingkungan untuk mengetahui besarnya nilai ekonomi total kerusakan.