Nilai Efek Pengganda Multiplier Effect

54 melakukan penyiraman jalan lintas angkutan bahan baku dari lokasi pelabuhan hingga ke lokasi pabrik yang melintasi pemukiman penduduk. Upaya ini dilakukan setiap hari selama UBPN Sultra beroperasi. Penyiraman debu pada musim kemarau dilakukan lebih sering dibanding musim hujan, karena debu yang lebih tebal. Sumber air untuk penyiraman debu ini berasal dari sungai terdekat, yaitu sungai Kumoro maupun Huko-Huko Laporan Keberlanjutan PT.ANTAM Persero Tbk. UBPN, 2012a. Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi dampak pencemaran udara berupa debu berasal dari penyewaan satu unit alat berat water truck dan upah tenaga kerja outsourcing berjumlah dua orang yang mengoperasikan alat tersebut. Biaya penyewaan water truck pada tahun 2012 sebesar Rp 2 400 000 dan upah tenaga kerja outsourcing sebagai operator alat berat sebesar Rp 44 232 000. Tabel 28 Biaya pengendalian debu per tahun Uraian per tahun Jumlah Rp Biaya Sewa Water Truck 2 773 500 Upah TK Outsourcing 51 115 605 Biaya Penyiraman 53 889 105 Sumber: Laporan Pemakaian Alat Berat Satuan Kerja Pengelolaan Lingkungan Tambang 2012c Biaya pengendalian debu didapatkan dari hasil penjumlahan biaya penyewaan water truck dan upah tenaga kerja outsourcing kemudian nilai tersebut dikonversi ke nilai saat ini dengan cara mengalikan nilai tersebut dengan tingkat suku bunga deposito yang telah ditambah satu dan dipangkatkan dengan selisih tahun pengeluaran dengan saat ini yaitu pada tahun 2014 dengan tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia 7.50 periode April 2014. Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan biaya pengendalian debu sebesar Rp 53 889 105, dapat dilihat pada Lampiran 6.

6.2.3 Biaya Kesehatan Masyarakat

Dampak lingkungan yang muncul sebagai akibat dari kegiatan pertambangan nikel oleh UBPN Sultra menimbulkan dampak bagi kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi kegiatan tersebut. Dampak lingkungan berupa pencemaran debu mengganggu kesehatan masyarakat sehingga masyarakat harus mengeluarkan biaya untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Selain 55 biaya untuk pengobatan, kerugian lain yang dialami masyarakat adalah kehilangan pendapatan akibat tidak dapat bekerja karena sakit. a. Biaya Pengobatan Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 30 dari 30 responden 9 responden menderita sakit akibat penurunan kualitas udara berupa debu di sekitar UBPN Sultra. Penyakit yang diderita oleh responden terkait penurunan kualitas udara adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA. Dari 9 responden yang menderita sakit, 1 responden 11.11 berobat ke rumah sakit dan 8 responden lainnya 88.89 berobat ke puskesmas terdekat. Hasil estimasi total biaya pengobatan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 29. Seluruh responden yang menderita sakit mengeluarkan biaya pengobatan untuk mengobati penyakitnya. Jumlah biaya pengobatan responden adalah sebesar Rp 1 230 000, dapat dilihat pada Lampiran 7. Jumlah biaya pengobatan tersebut dibagi dengan 9 responden yang mengeluarkan biaya pengobatan sehingga menghasilkan rata-rata biaya pengobatan sebesar Rp 136 667 per orang. Biaya rata-rata ini kemudian dikalikan dengan 30 dari jumlah populasi penduduk yang berjumlah 983 orang, sehingga didapatkan total biaya pengobatan yang dikeluarkan masyarakat akibat penurunan kualitas udara berupa debu di sekitar UBPN Sultra pada tahun 2014 adalah sebesar Rp 40 303 000. Sebanyak 30 dari jumlah populasi desa dalam asumsi tersebut menggambarkan persentase masyarakat yang menderita sakit. Tabel 29 Biaya pengobatan masyarakat tahun 2014 Uraian Jumlah Biaya pengobatan Rp 1 230 000 Responden yang Mengeluarkan Biaya Pengobatan 30 Rata-Rata Biaya Pengobatan Per Tahun Rp 136 667 Populasi Orang 983 Potensi Populasi yang Terkena Dampak Orang 295 Total Biaya Pengobatan Masyarakat Rp 40 303 000 Sumber: Data primer diolah 2014 b. Kehilangan Pendapatan Karena Sakit Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 26.67 dari 30 responden 8 responden tidak bekerja karena sakit pada tahun 2014. Hilangnya waktu bekerja responden mempengaruhi pendapatan yang diterima. Kehilangan pendapatan