Manfaat Penelitian Analisis Ekonomi Dan Lingkungan Kegiatan Pertambangan Nikel (Studi Kasus: Pt. Antam (Persero) Tbk. Ubpn Sultra).

11 ke pihak pembeli. Proses pengangkutan bijih nikel menggunakan kombinasi peralatan dump truck dan kapal tongkang. 6. Penimbunan Kegiatan penambangan akan menghasilkan perubahan bentuk muka bumi berupa cekungan-cekungan bekas lokasi penambangan. Oleh karena itu, perusahaan tambang memiliki kewajiban untuk melakukan kegiatan penimbunan pada lokasi bekas tambang sehingga dapat meminimalisasi perubahan bentang alam yang terjadi. Dalam tahap ini, lapisan tanah paling atas yang mengandung humus dan unsur hara digunakan kembali. Kegiatan penimbunan ini menggunakan kombinasi peralatan back hoe dan bulldozer.

2.1.2 Dampak Lingkungan Pertambangan Nikel

Kegiatan penambangan dengan sistem tambang terbuka memberikan dampak terhadap lingkungan. Pada umumnya, kegiatan penambangan menggunakan sistem tambang terbuka melibatkan kegiatan seperti mobilisasi peralatan, pembangunan dan peningkatan jalan tambang, pembukaan lahan, serta pembangunan sarana penunjang. Secara keseluruhan, kegiatan pertambangan nikel memberikan dampak lingkungan berupa perubahan komponen ruang, lahan dan tanah, penurunan kualitas udara, gangguan berupa getaran, perubahan iklim mikro, gangguan terhadap siklus hidrologi, peningkatan erosi tanah dan sedimentasi, penurunan kualitas air, gangguan terhadap biota darat flora dan fauna dan gangguan terhadap biota perairan Zubayr, 2009. Gangguan terhadap biota perairan dapat diakibatkan oleh semakin keruhnya perairan pesisir sebagai dampak dari aktivitas pertambangan yang dilakukan. Peningkatan laju erosi tanah terutama terjadi karena hilangnya vegetasi penutup tanah yang terjadi akibat kegiatan pembukaan lahan, pengupasan lapisan tanah pucuk topsoil, dan penambangan bijih nikel Hamzah, 2009.

2.1.3 Limbah Pertambangan Nikel

Dalam kegiatan pertambangan nikel tidak terlepas dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan yaitu dihasilkannya tiga jenis limbah cair berupa air pendingin mesin, air pendingin slag dan oli bekas serta dua jenis limbah padat berupa overburden dan tailingslag Hamzah, 2009. 12 Tailing pertambangan nikel yaitu slag berupa butiran-butiran semen yang seperti logam. Bila limbah padat slag tersebut sifatnya terlalu asam bisa menyebabkan logam-logam tertentu seperti seng dan logam lain terlepas sehingga dapat membahayakan suatu perairan karena dapat menyebabkan penurunan kualitas perairan baik secara fisik maupun kimia dan memberikan pengaruh terhadap struktur komunitas organisme suatu perairan Zubayr, 2009. Limbah dari kegiatan pertambangan nikel dapat berupa limbah Bahan Berbahaya dan Beracun B3. Definisi umum dari limbah B3 adalah limbah yang berpotensi menimbulkan resiko terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat Zubayr, 2009. Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999, definisi limbah B3 adalah sisa suatu usaha danatau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya danatau beracun yang karena sifat danatau konsentrasinya danatau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan danatau merusakkan lingkungan hidup, danatau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Dalam peraturan pemerintah ini juga dijelaskan bahwa limbah yang termasuk limbah B3 apabila setelah melalui pengujian memiliki salah satu atau lebih karakteristik seperti berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif.

2.2 Multiplier Effect

Richardson 1972 dalam Laoh 1989 mengatakan bahwa analisis input- output merupakan suatu alat untuk menduga dampak dari pembangunan ekonomi suatu wilayah, dan besarnya dampak tersebut dapat dilihat melalui besaran koefisien pengganda multiplier. Koefisien pengganda yang banyak digunakan antara lain yaitu koefisien pengganda output, koefisien pengganda tenaga kerja, dan koefisien pengganda pendapatan. Menurut tipe perlakuannya, koefisien pengganda dapat dibedakan atas koefisien pengganda tipe I dan koefisien pengganda tipe II. Menurut Cooper et al 1998 konsep multiplier didasarkan pada penjualan perusahaan yang membutuhkan pembelian dari perusahaan lain di dalam perekonomian lokal, seperti sektor industri ekonomi yang saling bergantung satu