Perumusan Masalah Analisis Ekonomi Dan Lingkungan Kegiatan Pertambangan Nikel (Studi Kasus: Pt. Antam (Persero) Tbk. Ubpn Sultra).

9 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertambangan Nikel 2.1.1 Tahapan Kegiatan Pertambangan Nikel Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Bapedal 2001 mengemukakan bahwa kegiatan pertambangan pada umumnya memiliki tahap- tahap kegiatan sebagai berikut: 1. Eksplorasi 2. Pembangunan infrastruktur, jalan akses, dan sumber energi. 3. Pembangunan kamp kerja dan kawasan pemukiman. 4. Ekstraksi dan pembuangan limbah batuan. 5. Pengolahan bijih dan operasional. 6. Penampungan tailing slag, pengolahan, dan pembuangannya. Sumberdaya nikel umumnya terdapat tidak terlalu dalam dari permukaan tanah sehingga sistem penambangan bijih nikel yang digunakan di Indonesia adalah sistem tambang terbuka. Bijih nikel hasil penambangan terbagi menjadi bijih nikel saprolit dan limonit. Bijih nikel limonit adalah bijih nikel laterit dengan kadar rendah dan mengandung 0.8 - 1.5 nikel, 25-35 besi dan sedikit kobalt. Limonit terletak di atas lapisan saprolit dan lebih murah dan lebih mudah untuk ditambang. Bijih nikel saprolit terbentuk dibawah zona limonit. Saprolit secara umum mengandung sekitar 1,5-2,5 nikel dan digolongkan sebagai bijih laterit kadar tinggi. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam sistem pertambangan terbuka, antara lain 5 : 5 http:halteng.orgtambang_sistem.php. Diakses pada tanggal 21 Maret 2013 pukul 15:25 10 1. Land Clearing Proses land clearing adalah proses membersihkan terlebih dahulu vegetasi yang terdapat diatas cadangan nikel untuk memudahkan pembongkaran dan penggalian material tanah penutup dan bijih nikel yang akan dilakukan kemudian. 2. Top Soiling Setelah tahap land clearing selesai dilakukan, lapisan tanah paling atas yang mengandung humus dan unsur hara yang penting untuk kesuburan tanah dikupas dan diangkut lalu ditimbun pada lokasi khusus. Hal ini dilakukan dengan harapan kondisi dan komposisi tanah paling atas tersebut tidak berubah dan dapat digunakan kembali ketika proses reklamasi dan revegetasi dilakukan setelah kegiatan penambangan selesai dilakukan. 3. Pengupasan dan Pengangkutan Tanah Penutup Overburden Setelah tahapan land clearing dan top soiling telah selesai dilakukan, lapisan tanah yang tidak mengandung atau memiliki kadar nikel yang rendah dikupas dan diangkut terlebih dahulu overburden. Tahapan ini dilakukan karena endapan cadangan nikel saprolit dan limonit biasanya terletak dibawah lapisan tanah penutup. 4. Pengupasan dan Pengangkutan Bijih Nikel Setelah lapisan tanah penutup telah selesai dikupas, maka penambangan bijih nikel saprolit dan limonit dapat dilakukan. Tahapan penambangan ini dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi peralatan back hoe dan dump truck. Bijih nikel yang telah ditambang kemudian akan diangkut ke stock pile untuk ditimbun sementara pada lokasi tambang atau langsung menuju pabrik pengolahan maupun dikirim ke pelabuhan untuk dikirim ke lokasi yang telah ditentukan. 5. Pengangkutan Setelah ditambang, material bijih nikel selanjutnya akan diangkut menuju lokasi pengolahan untuk diolah maupun ke pelabuhan untuk dikirim 11 ke pihak pembeli. Proses pengangkutan bijih nikel menggunakan kombinasi peralatan dump truck dan kapal tongkang. 6. Penimbunan Kegiatan penambangan akan menghasilkan perubahan bentuk muka bumi berupa cekungan-cekungan bekas lokasi penambangan. Oleh karena itu, perusahaan tambang memiliki kewajiban untuk melakukan kegiatan penimbunan pada lokasi bekas tambang sehingga dapat meminimalisasi perubahan bentang alam yang terjadi. Dalam tahap ini, lapisan tanah paling atas yang mengandung humus dan unsur hara digunakan kembali. Kegiatan penimbunan ini menggunakan kombinasi peralatan back hoe dan bulldozer.

2.1.2 Dampak Lingkungan Pertambangan Nikel

Kegiatan penambangan dengan sistem tambang terbuka memberikan dampak terhadap lingkungan. Pada umumnya, kegiatan penambangan menggunakan sistem tambang terbuka melibatkan kegiatan seperti mobilisasi peralatan, pembangunan dan peningkatan jalan tambang, pembukaan lahan, serta pembangunan sarana penunjang. Secara keseluruhan, kegiatan pertambangan nikel memberikan dampak lingkungan berupa perubahan komponen ruang, lahan dan tanah, penurunan kualitas udara, gangguan berupa getaran, perubahan iklim mikro, gangguan terhadap siklus hidrologi, peningkatan erosi tanah dan sedimentasi, penurunan kualitas air, gangguan terhadap biota darat flora dan fauna dan gangguan terhadap biota perairan Zubayr, 2009. Gangguan terhadap biota perairan dapat diakibatkan oleh semakin keruhnya perairan pesisir sebagai dampak dari aktivitas pertambangan yang dilakukan. Peningkatan laju erosi tanah terutama terjadi karena hilangnya vegetasi penutup tanah yang terjadi akibat kegiatan pembukaan lahan, pengupasan lapisan tanah pucuk topsoil, dan penambangan bijih nikel Hamzah, 2009.

2.1.3 Limbah Pertambangan Nikel

Dalam kegiatan pertambangan nikel tidak terlepas dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan yaitu dihasilkannya tiga jenis limbah cair berupa air pendingin mesin, air pendingin slag dan oli bekas serta dua jenis limbah padat berupa overburden dan tailingslag Hamzah, 2009.