menyusun dan menetapkan pola karir Pegawai Negeri Sipil di lingkungan masing-masing berdasarkan pola dasar karir.
2.6. Analytical Hierarchy Process AHP
Analytical Hierarchy Process AHP pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matemtika dari univeristas Pittsburg, Amerika
Serikat, pada awal tahun 1970-an. AHP adalah metode pengambilan keputusan yang termasuk dalam kategori complex decision keputusan yang
pelik, rumit. AHP adalah alat bantu yang telah terbukti kemampuannya, dan secara efektif dapat digunakan dalam complex decision process. Tidak hanya
itu AHP dapat mengarahkan proses pengambilan keputusan dengan mengidentifikasi dan menimbang kriteria yang dipilih, menganalisis data
yang berhasil dikumpulkan dari kriteria tersebut, dan tentunya proses pengambilan keputusan dapat berlangsung lebih cepat dan efisien. AHP
merupakan metode yang memodelkan prioritas permasalahan yang tidak terstruktur seperti dalam bidang ekonomi, sosial, dan ilmu-ilmu manajemen.
Saaty 1991 menyatakan terdapat tiga prinsip AHP, yaitu: 1. Penyusunan hirarki, yaitu memecahkan persoalan menjadi unsur-unsur
yang terpisah 2. Penetapan prioritas, yaitu menentukan peringkat elemen-elemen menurut
kepentingannya. 3. Konsistensi logis, yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan
secara logis dan diperingkatkan. Tahapan paling penting dalam analisis adalah penilaian dengan teknik
komparasi berpasangan pairwise comparison terhadap elemen-elemen pada suatu tingkat hirarki. Penilaian dilakukan dengan memberikan bobot numerik
dan membandingkan antara satu elemen dengan elemen lain berdasarkan skala komparasi yang telah ditetapkan Tabel 2. Tahap berikutnya adalah
melakukan sintesis terhadap hasil penilaian yang dilakukan untuk menentukan elemen mana yang memiliki prioritas tertinggi dan terendah.
Tabel 2. Skala Komparasi
Skala Verbal Bobot Numerik
Sama Penting 1
Sedikit Lebih Penting 3
Jelas Lebih Penting 5
Sangat Lebih Penting 7
Mutlak Lebih Penting 9
Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
2, 4, 6, 8
Sumber: Saaty, 1991
Metode Pemecahan masalah dengan menggunakan proses hirarki analitik untuk menguraikan sistem yang komplek sehingga menjadi elemen-elemen
yang lebih sederhana. Menurut Saaty 1991, hirarki merupakan abstraksi hubungan dan pengaruh antara elemen-elemen dalam struktur pada
keseluruhan sistem yang dipelajari. Abstraksi merupakan bentuk hubungan antara elemen yang menggambarkan sistem secara keseluruhan.
Cara yang paling umum digunakan untuk menyusun hirarki adalah dengan mempelajari literatur mengenai sistem yang dipelajari atau melakukan diskusi
dengan pihak atau orang yang berhubungan dengan sistem, karena pada prakteknya tidak ada prosedur baku yang digunakan untuk menyusun hirarki.
Hirarki dalam metode ini, terdiri atas fokus, faktor, aktor, tujuan, dan alternatif yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Keuntungan digunakannya hirarki dalam pemecahan masalah menurut Saaty 1991 adalah:
1. Hirarki mewakili suatu sistem yang dapat menerangkan bagaimana prioritas pada level yang lebih tinggi dapat mempengaruhi prioritas pada
level bawahnya. 2. Hirarki memberikan informasi rinci mengenai struktur dan fungsi dari
sistem pada level yang lebih rendah dan memberikan gambaran mengenai aktor dan tujuan pada level yang lebih tinggi.
3. Sistem akan menjadi lebih efisien jika disusun dalam bentuk hirarki dibandingkan dalam bentuk lain.
4. Bersifat stabil dan fleksibel dalam arti penambahan elemen pada struktur yang telah tersusun baik tidak akan mengganggu penampilannya.
Analytical Hierarchy Process AHP memasukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis. Proses ini tergantung pada imajinasi,
pengalaman dan pengetahuan untuk menyusun hirarki suatu masalah, dan tergantung pada logika, intuisi dan pengalaman untuk memberi pertimbangan.
Selanjutnya AHP menunjukkan bagaimana menghubungkan elemen-elemen dari bagian lain untuk memperoleh hasil gabungan.
Saaty 1991 juga mengemukakan bahwa tahapan-tahapan proses dalam AHP adalah menyusun hirarki, menetapkan prioritas dan prinsip konsistensi.
Penilaian dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan terhadap elemen- elemen keputusan pada suatu tingkat hirarki keputusan dengan menggunakan
skala pengkuran yang dapat membedakan setiap pendapat serta mempunyai keteraturan, sehingga memudahkan transformasi dalam bentuk pendapat
kualitatif ke dalam bentuk nilai angka kuantitatif.
2.7. Penelitian Terdahulu