Tingkat Kesehatan TINGKAT SDM

merasa demikian. Sedangkan, di kelompok non industri penilaiannya lebih merata, untuk yang merasa lebih mahal hanya mencapai 37,1 per sen, untuk yang merasa sama saja terdapat 34,3 per sen dan yang merasa lebih murah sebesar 28,6 per sen seperti nampak pada Tabel 12. Perbedaan pada dua kelompok ini karena di kelompok responden industri sebagian besar merupakan keluarga muda yang sudah memiliki anak di usia sekolah namun dari segi pendapatan masih belum mapan sehingga tanggungan biaya sekolah terasa lebih mahal. Tabel 12. Perubahan Biaya Sekolah Setelah Masuknya Industri Responden Perubahan Biaya Sekolah Lebih Mahal Sama saja Lebih murah Jumlah Jumlah Jumlah Industri 28 80,0 5 14,3 2 5,7 Non Industri 13 37,1 12 34,3 10 28,6

7.2.2. Tingkat Kesehatan

Masyarakat Desa Benda dengan kondisi wilayah yang tingkat produktivitas cukup tinggi memacu masyarakatnya untuk memiliki kesehatan prima dalam menunjang segala bentuk aktivitasnya. Untuk beberapa perusahaan di Desa Benda sendiri sudah menerapkan tes kesehatan bagi setiap pekerja yang akan bekerja di perusahaannya. Hal ini tentu membuat masyarakat semakin memperhatikan kesehatannya. Di samping itu, keberadaan aktivitas pabrik-pabrik tentu berakibat pada keadaan lingkungan. Dampak lingkungan yang dapat dengan jelas terasa adalah semakin menyempitnya lahan terbuka hijau karena alih fungsi lahan terutama untuk perumahan dan bangunan-bangunan penunjang lainnya. Selain itu juga, hal yang paling mudah dirasakan adalah tingkat polusi udara dan suara yang cukup tinggi. Hal ini karena aktivitas pabrik yang mengeluarkan limbah salah satunya berupa asap dan juga suara bising mesin pabrik. Tingginya aktivitas kendaraan bermotor juga bersumbangsih pada tingkat polusi di Desa Benda tersebut. Keadaan seperti ini membuat kondisi kesehatan masyarakat terganggu. RT yang didapati menderita penyakit dalam enam bulan terakhir pada kelompok responden industri mencapai 91,4 per sen sedangkan pada kelompok non industri mencapai 68,8 per sen RT. Penyakit yang paling banyak diderita adalah penyakit flu mencapai 71,4 per sen di kelompok industri dan 51,4 per sen di kelompok non industri seperti nampak pada Tabel 13. Tabel 13. Jumlah RT dan ART Penderita Penyakit dalam Enam Bulan Terakhir Responden Penyakit RT Penderita ART Penderita Jumlah Jumlah Industri Muntaber 5 14,3 5 10,9 ISPA 2 5,7 2 4,3 Flu 25 71,4 39 84,8 Total 32 91,4 46 100,0 Non Industri Muntaber 0,0 0,0 ISPA 4 11,4 4 12,9 Flu 18 51,4 27 87,1 Total 22 68,8 31 100,0 Meskipun, sudah ada beberapa perusahaan di Desa Benda yang menerapkan tes kesehatan dalam merekrut pekerjanya, kelompok responden industri ternyata lebih rentan dalam terkena penyakit. Hal ini karena biasanya tes kesehatan hanya dilakukan di awal perekrutan saja, sedangkan setelah proses bekerja kontrol terhadap kesehatan pekerja masih tergolong minim. Kondisi kerja dengan aktivitas tinggi serta polusi yang dihasilkan oleh industri juga disinyalir merupakan penyebab kelompok industri lebih rentan dalam menerima penyakit. Adapun masyarakat Desa Benda khususnya masyarakat RW 01 dan RW 09 untuk masalah pengobatan baik kelompok responden industri dan non industri, lebih banyak memilih untuk berobat ke dokter. Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, frekuensi berobat dalam enam bulan terakhir yang memilih berobat ke dokter mencapai 111 kali, sedangkan berobat ke bidan praktek mencapai 23 kali, puskesmas 16 kali dan rumah sakit hanya dua kali. Hal ini bisa saja dikarenakan anggapan masyarakat bahwa berobat ke dokter umum lebih bisa mengobati berbagai penyakit. Selain itu juga dokter umum waktu pelayanan jasa berobatnya relatif lebih lama. Adapun untuk pelayanan posyandu, responden yang memanfaatkan jasanya dalam enam bulan terakhir hanya sebanyak 20 rumah tangga. Sebagian besar responden tidak menggunakan jasa posyandu karena tidak memiliki keperluan untuk berobat disana karena posyandu menurut pandangan mereka hanya diperuntukan bagi keluarga yang memiliki balita atau ibu hamil. Alasan tidak menggunakan jasa pelayanan tersebut mencapai 72 per sen.

BAB VIII TARAF HIDUP MASYARAKAT