BAB V PENGEMBANGAN INDUSTRI
Seperti sudah dijelaskan sepintas dalam Bab IV di atas bahwa pembangunan industri di Desa Benda, khususnya di RW 09 telah ada sejak tahun 1989. Semenjak
kehadiran perusahaan tersebut keadaan sosial ekonomi di desa ini banyak mengalami perubahan. Proses industrialisasi di pedesaan ditandakan dengan semakin hadirnya
pabrik-pabrik yang berproduksi. Namun untuk kepentingan studi, dalam bab ini hanya akan dibicarakan garis besar proses pengembangan industri, yang meliputi aspek
perizinan aras desa dan pembebasan tanah.
5.1. Perizinan Aras Desa
Keberadaan perusahaan-perusahaan di Desa Benda menjadikan Desa Benda sebagai desa industri. Hal ini bisa saja dikarenakan lokasi Desa Benda yang cukup
strategis, dilintasi oleh jalan negara dan memiliki jarak tempuh ke Jalan Tol Jagorawi yang hanya sekitar 30 menit. Kemudahan akses lalu lintas tersebut tentu membuat
proses distribusi produksi menjadi mudah. Selain itu upah minimum regional UMR Kabupaten Sukabumi yang sebesar Rp 850.000,00 masih di bawah daerah-daerah
lainnya, seperti dengan Kabupaten Bogor yang merupakan daerah perbatasan langsung. Kondisi ini, letak yang strategis dan upah pekerja yang relatif rendah, menjadikan para
pengusaha tertarik untuk membangun usahanya di Desa Benda. Hal demikian membuat biaya distribusi dan produksi dapat ditekan seminimal mungkin.
Ketertarikan para pengusaha untuk mendirikan pabrik tersebut tentu harus dibarengi dengan aspek legalitasnya yaitu perizinan. Tanpa menngantongi perizinan
sulit bagi perusahaan-perusahaan dapat memulai usahanya. Awal proses pembangunan pabrik, pihak perusahaan menghubungi para elit desa yang bersangkutan. Elit desa yang
dihubungi terutama perangkat desa kepala desa dan sekretaris desa dan juga Lembaga Musyawarah Desa LMD dalam rangka memperoleh tanah untuk keperluan industri
maupun pemenuhan persyaratan formal yang mesti dipenuhi. Setelah melakukan proses pengajuan tersebut pihak perusahaan lalu diarahkan oleh desa ke RTRW yang akan
didirikan pabrik untuk mendapatkan perizinan. Namun setelah itu, perizinan yang paling penting yaitu perusahaan harus memperoleh izin lingkungan yang ditandatangani oleh
masyarakat sebagai bentuk persetujuan dari masyarakat. Masyarakat yang dilibatkan dalam perizinan lingkungan sekitar 40 orang yang terdiri dari berbagai elemen
masyarakat, seperti tokoh masyarakat, kepala keluarga, pemuda dan kaum perempuan. Apabila surat izin lingkungan dari masyarakat telah keluar maka proses setelah itu
kembali lagi ke desa untuk mendapatkan keterangan domisili perusahaan. Domisili tersebut dapat keluar hanya bagi perusahaan-perusahaan yang sudah memiliki akte
pendirian dari notaris. Domisili perusahaan tersebut lalu diketahui oleh kecamatan yang dijadikan rekomendasi untuk perizinan ke dinas-dinas terkait seperti ke Dinas Perijinan
Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Sukabumi.
Gambar 4. Pekerja Pabrik Pulang Kerja
Selama ini belum pernah terjadi penolakan pendirian pabrik di Desa Benda baik oleh aparat desa maupun oleh masyarakat. Apabila proses alur perizinannya sudah
dilakukan dengan baik oleh perusahaan terutama sudah mendapatkan tanah dan izin lingkungan biasanya sudah dipastikan pabrik tersebut dapat didirikan. Sedangkan
permasalahan terkait perizinan sebuah industri yang pernah ada yaitu pemberhentian produksi salah satu pabrik oleh masyarakat. Pabrik tersebut diketahui telah melanggar
izin usaha, seharusnya pabrik tersebut hanya beroperasi sebagai tempat proses
pengolahan produksi tapi kenyataannya pabrik tersebut juga mengambil sumber daya alam mineral sebagai bahan baku dalam jumlah massal. Masyarakat langsung bereaksi
keras setelah mengetahui pelanggaran tersebut, karena pada kesepakatan awal yang juga ditandai dengan keluarnya izin lingkungan dari masyarakat, perusahaan tersebut tidak
berhak mengambil sumber daya alam mineral dalam jumlah besar untuk keperluan komersial. Setelah berkoordinasi dengan aparat pemerintahan dan membuktikan
terjadinya pelanggaran izin lingkungan, perusahaan berinisial PT. A tersebut langsung dilarang untuk berproduksi lagi dan sekarang sudah digantikan oleh industri yang lain.
5.2. Pembebasan Tanah