Dampak Industrialisasi Tinjauan Pustaka

bahwa wilayah pedesaan memang mempunyai daya tarik tertentu lahan, pasar, bahan baku, tenaga kerja, atau bahkan keterbelakangan masyarakatnya bagi pembangunan industri.

2.1.2. Dampak Industrialisasi

Selain dapat meningkatkan produksi barang-barang, industrialisasi diperkirakan dapat juga mengatasi masalah kesempatan kerja yang makin menyempit di sektor pertanian. Seperti dipaparkan Rahardjo 1984, terdapat alasan-alasan yang lebih rasional mengapa sektor industri dianggap lebih penting untuk dikembangkan. Pertama, karena penanaman modal di sektor pertanian dinilai kurang menguntungkan. Lagi pula, karena tekanan perkembangan penduduk yang terus menerus, maka bidang ini akan makin terkena hukum “hasil yang makin kecil” law of deminishing return. Alasan lain adalah, bahwa sektor pertanian dianggap lambat pertumbuhannya, bahkan berkecenderungan stagnan, antara lain disebabkan karena terdapatnya hambatan sosial dan institusional yang sulit diubah, setidak-tidaknya dalam tempo cepat. Transformasi sektor pertanian dalam konteks modernisasi, hal ini industrialisasi, di kawasan pedesaan yang menimbulkan masalah-masalah kesempatan kerja. Sunarjan 1991 menyatakan bahwa kehadiran industri menyebabkan perubahan-perubahan di dalam bidang sosial-ekonomi seperti perubahan pemilikan dan pemanfaatan lahan, perubahan profesi dan perubahan pendapatan penduduk. Adapun Rahardjo 1984 menyatakan bahwa proses industrialisasi berpengaruh lebih luas lagi yaitu membawa gejala ekonomi, berupa perkembangan infrastruktur dan perdagangan dengan proses kapitalisasi akumulasi dan konsentrasi modal, persaingan ekonomi, gejala sosial berupa demokratisasi dan pertentangan kelas, serta gejala budaya berupa timbulnya gaya hidup yang produktif dan konsumtif, persepsi yang rasional, antisipatif dan pragmatis. Akibatnya hubungan antar manusia human relations menjadi berubah, demikian juga struktur sosial masyarakat di sekitarnya. Industrialisasi yang semula berupa sebuah sistem yang diterapkan dalam usaha-usaha produksi pabrik, kemudian mempengaruhi komunitas secara keseluruhan. Dengan demikian industri telah menciptakan pola kerja baru sebagai suatu model kerja yang belum pernah ada sebelumnya, dan kini merupakan gejala baru dalam tata kerja dan profesi yang spesifik Sunarjan 1991. Dengan demikian, terjadi pula perubahan distribusi pendapatan masyarakat antara sebelum dan sesudah masuknya industri ke desa. Menurut Purwanto 2003, pembangunan industri di pedesaan akan membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi, terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan berusaha di bidang non pertanian. Hal tersebut berdampak pada makin banyaknya pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik. Di kawasan industri sendiri, hal ini menyebabkan kepadatan penduduk meningkat. Lahan pertanian yang makin sempit akibat alih fungsi lahan untuk pembangunan industri dan sarana penunjangnya dipaksa untuk menampung jumah penduduk yang terus meningkat sehingga mengakibatkan merosotnya kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pertanian. Namun di sisi lain, hal yang juga tak bisa dipungkiri, masuknya industri ini juga membuka peluang bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Masayarakat di sekitar pabrik dapat memanfaakan peluang kerja yang terbuka dengan memasuki bidang-bidang pekerjaan yag ditawarkan oleh pabrik, dan para pemilik modal dapat memanfaatkan berbagai peluang usaha untuk mengakomodasi kebutuhan pembangunan pabrik dan kebutuhan para migran pekerja yang tinggal di sekitar kawasan industri seperti dengan menyediakan jasa tempat pemondokan, transportasi ojek atau mendirikan toko dan warung untuk memenuhi kebutuhan para pekerja pabrik. Perubahan lingkungan dan nilai atau pandangan hidup masyarakat memengaruhi bentuk pencaharian nafkahnya, pembangunan industri telah mendorong usaha seperti toko, warung, tempat pemondokan dan usaha transportasi ojek. Kelompok rumah tangga yang memanfaatkan peluang usaha ini biasanya adalah rumah tangga pemilik lahan sempit dan rumah tangga yang tidak mempunyai lahan.

2.1.3. Respons Masyarakat Terhadap Industrialisasi