Taraf Hidup Masyarakat Industri

peluang yang bersifat terbatas. Pemanfaatan peluang terbatas seperti menjadi pegawai kantor dan satkam pabrik atau memasok makanan pekerja pabrik dan memperdagangkan limbah padat industri memerlukan koneksi dengan pihak pabrik. Oleh karena itu elit formal lebih mampu merespons peluang-peluang yang bersifat terbatas tersebut. Bentuk responsnya seperti antara lain menyediakan tempat pemondokan, transportasi ojek atau mendirikan toko dan warung untuk memenuhi kebutuhan para pekerja pabrik.

2.1.4. Taraf Hidup Masyarakat Industri

Sunarjan 1991 mengemukakan bahwa pembangunan nasional yang dilakukan di Indonesia berusaha untuk meningkatkan laju pertumbuhan di sektor industri, sehingga diharapkan adanya keseimbangan antara sektor pertanian dan sektor industri. Industri sebagai salah satu strategi pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Pembangunan industri merupakan upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, yaitu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Pembangunan industri tidak hanya mencapai kegiatan mandiri saja, tetapi mempunyai tujuan pokok untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitarnya. Taraf hidup dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti yang dikutip dari Sunarjan 1991 kehadiran industri berakibat pada perubahan sosial ekonomi yang meliputi kegiatan ekonomi, psikis dan relasi sosial. Sunarjan 1991 memaparkan lebih dalam bahwa hadirnya industri mempunyai pengaruh terhadap kondisi psikologis masyarakat, seperti perubahan rasa aman, perubahan rasa percaya diri dan perubahan rasa gotong royong. Rasa aman yang berubah juga lebih disebabkan karena adanya perubahan pendapatan. Kenaikan pendapatan menimbulkan turunnya rasa aman, dalam artian aman dari gangguan kejahatan. Apabila seseorang tidak memiliki sesuatu, tentunya tidak perlu khawatir akan kehilangan sesuatu. Adapun perubahan rasa percaya diri itu terkait erat dengan keterlibatan istri melakukan kerja di luar sebagai ibu rumah tangga, dan memerankan fungsi ganda, selain fungsinya sebagai pendamping suami ia sendiri melakukan kegiatan yang dapat menopang kehidupan rumah tangganya. Perubahan pada rasa kepercayaan diri pada anggota keluarga untuk tidak menggantungkan penghasilan pada seorang kepala keluarga saja, atau pada suami saja. Rasa percaya diri yang meningkat pada para istri penduduk asli, meningkatkan pula tingkat taraf hidup hidupnya, dengan terpenuhinya salah satu kebutuhan hidup berupa kerja, sebagai sirkulasi penyaluran tenaga yang diarahkan kepada gerak yang produktif, serta pemenuhan kebutuhan sosialnya. Masuknya indsutri juga berdampak pada perubahan relasi sosial, baik relasi sosial formal, relasi sosial nonformal relasi sosial dalam keluarga, maupun relasi sosial nonformal atau dalam kegiatan kemasyarakatan. Perubahan sosial ekonomi ini, yang menurut Sunarjan juga berpengaruh terhadap taraf hidup masyarakat. Supardian 2005 menguraikan bahwa dalam pengembangan masyarakat didorong dengan melakukan diversifikasi nafkah, peningkatan kapasitas SDM dan pendekatan lingkungan. Sektor usaha yang dikembangkan bersifat padat karya dan potensial untuk dikembangkan serta mempunyai prospek ekspor, sehingga pada dasarnya kriteria tersebut tidak mengarah pada pembatasan munculnya kreatifitas dan pemanfaatan potensi lokal. Diversifikasi nafkah ini dilakukan agar masyarakat memperoleh pendapatan meningkat. Namun, untuk menuju ke arah tersebut tentu diperlukan kualitas SDM yang bermutu. Hal ini diupayakan dengan peningkatan pendidikan dan keterampilan masyarakat. Di samping itu kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan ini juga memperhatikan aspek lingkungan, baik dari hal prasarana perhubungan maupun prasarana sosial. Apabila peningkatan kualitas dari tiga aspek tersebut diversifikasi nafkah, peningkatan kapasitas SDM dan pendekatan lingkungan tercapai, maka menurut Supardian 2005 taraf hidup masyarakat juga akan meningkat. Pengembangan industri pedesaan masih sering kali menemui berbagai masalah. Hal tersebut merupakan masalah mendasar yang dihadapi oleh pengusaha dan pekerja dalam mengembangkan usaha mereka Helmi Jhon 2003. Dari faktor internal terdapat pengaruh dari kurangnya modal untuk pengembangan usaha, rendahnya harga jual, kurangnya kekompakan diantara pengusaha, rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan lain-lain. Industri juga kerap menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Sedangkan jika dari faktor eksternal muncul faktor berupa mitra bisnis yang sulit didapat, masih minimnya pembinaan atas pengusaha dan pekerja, serta juga tidak adanya sarana prasarana pemasaran yang mendukung usaha. Kedua faktor internal dan eksternal ini mengakibatkan harga jual menjadi rendah. Hal tersebut berkonsekuensi pada menurunnya pendapatan masyarakat. Jika demikian, hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap taraf hidup masyarakat. Ada suatu kecenderungan di mana kelompok rumah tanggapetani pemilik lahan luas yang lahannya terkena alih fungsi lahan untuk pembangunan industri tetap mempertahankan sumber nafkah dari hasil pertanian dengan menanamkan kembali uang hasil penjualan lahannya untuk membeli lahan sawah atau tegal dan modal usaha tani Purwanto 1993. Mereka juga dapat memanfaatan modal yang dimiliki untuk usaha lain di luar usahatani. Pola seperti ini mengakibatkan terjadinya akumulasian kekayaan. Di sisi lain masih banyak masyarakat, terutama masyarakat kelas bawah, sulit sekali dalam memanfaatkan peluang yang jumlahnya terbatas tersebut. Hal ini pula terkait dengan kepemilikan modal sosial pada masyarakat. Modal sosial merujuk pada konsep yang digunakan oleh Bank Dunia 2003 yang menyatakan bahwa modal sosial hanya dapat diakses melalui hubungan dengan orang lain. Struktur yang diberikan, jaringan yang berinteraksi dengan siapa, seberapa sering, dan apa yang dilakukan sehingga memiliki pengaruh besar pada arus sumber daya melalui jaringan tersebut. Mereka yang menduduki posisi strategis dalam jaringan bisa dikatakan memiliki modal yang lebih sosial daripada rekan-rekan mereka, justru karena posisi jaringan mereka memberikan akses ke sumber daya yang meningkat dan lebih baik. Pendekatan kedua modal sosial dan lebih umum, yang paling erat terkait dengan ilmuwan politik Robert Putnam, mengacu pada sifat dan tingkat keterlibatan seseorang dalam berbagai jaringan informal dan organisasi sipil formal. Dari mengobrol dengan tetangga atau terlibat dalam kegiatan rekreasi untuk bergabung dengan organisasi-organisasi lingkungan dan partai politik, modal sosial dalam pengertian ini digunakan sebagai istilah konseptual untuk menggambarkan berbagai cara dan bervariasi di mana para anggota suatu masyarakat yang berinteraksi. Jadi dipahami, adalah mungkin untuk melakukan peta kehidupan asosiasi masyarakat, dan dengan demikian dengan itu rasa kondisi kesehatan sipil nya. Lebih lanjut lagi Bank Dunia 2003 memapaparkan dalam kerangka konseptual berbasis modal sosial di tingkat rumah tangga, masih penting untuk mengakui bahwa ada sejumlah isu-isu substantif di mana informasi yang relevan dapat diperoleh yang terbagi dalam enam bagian besar: 1. Kelompok dan Jaringan Ini adalah kategori yang paling sering dikaitkan dengan modal sosial. Pertanyaan di sini mempertimbangkan sifat dan tingkat partisipasi anggota rumah tangga dalam berbagai jenis organisasi sosial dan jaringan informal, dan berbagai kontribusi yang satu memberi dan menerima dari mereka. Hal ini juga menganggap keragaman keanggotaan kelompok tertentu, Bagaimana kepemimpinannya dipilih, dan bagaimana keterlibatan seseorang telah berubah dari waktu ke waktu. 2. Kepercayaan dan Solidaritas Selain pertanyaan kepercayaan kategori ini berusaha untuk mendapatkan data pada kepercayaan terhadap tetangga, penyedia layanan utama, dan orang asing, dan bagaimana persepsi ini telah berubah dari waktu ke waktu. 3. Kolektif Aksi dan Kerjasama Kategori ini membahas apakah dan bagaimana anggota rumah tangga telah bekerja dengan orang lain dalam komunitas mereka pada proyek-proyek bersama dan atau dalam menanggapi krisis. Hal ini juga mempertimbangkan konsekuensi dari melanggar harapan masyarakat mengenai partisipasi. 4. Informasi dan Komunikasi Akses ke informasi yang semakin diakui sebagai pusat untuk membantu masyarakat miskin memiliki suara kuat dalam hal yang mempengaruhi kesejahteraan mereka. Kategori ini mengeksplorasi cara dan sarana yang rumah tangga miskin menerima informasi mengenai kondisi pasar dan pelayanan publik, dan tingkat akses mereka terhadap infrastruktur komunikasi. 5. Kohesi Sosial Masyarakat bukan entitas tunggal, melainkan ditandai dengan berbagai bentuk pembagian dan perbedaan yang dapat menimbulkan konflik. Pertanyaan dalam kategori ini berusaha untuk mengidentifikasi sifat dan tingkat perbedaan-perbedaan ini, mekanisme yang mereka dikelola, dan kelompok mana yang dikecualikan dari pelayanan publik kunci. Pertanyaan yang berkaitan dengan bentuk-bentuk interaksi sosial sehari-hari juga dipertimbangkan. 6. Pemberdayaan dan Politik aksi Individu diberdayakan sejauh mereka memiliki ukuran kontrol atas lembaga-lembaga dan proses-proses secara langsung memengaruhi kesejahteraan mereka. Pertanyaan dalam bagian ini mengeksplorasi pengertian anggota rumah tangga kebahagiaan, keberhasilan pribadi, dan kapasitas untuk mempengaruhi baik acara lokal dan hasil politik yang lebih luas’. Adapun modal sosial menurut Putnam 1993 dalam Siregar 2004 merupakan seperangkat nilai-nilai, norma-norma dan kepercayaan yang mempermudah masyarakat bekerja sama secara efektif dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan-tujuannya. Pengaruh yang diakibatkan oleh kehadiran industrialisasi tidak hanya sebagai bentuk kegiatan ekonomi tetapi juga terkait dengan aspek sosial dan budaya. Akumulasi modal sosial tersebut juga pada akhirnya bersumbangsih pada apakah masyarakat di sekitar kawasan industri tersebut mengalami peningkatan taraf hidup – kualitas kehidupan yang lebih baik yang salah satunya diekpresikan dalam bentuk peningkatan status sosial mereka.

2.2. Kerangka Pemikiran