dan keuangan oleh responden yang minim sehingga kegiatan jual-beli lahan sulit untuk dilakukan.
Peruntukan lahan bagi perumahan merupakan yang sangat dominan pada kegiatan jual-beli lahan baik pada kelompok responden industri maupun non industri.
Hal ini karena pertambahan penduduk yang tinggi karena adanya industri menyebabkan kebutuhan akan perumahan juga meningkat. Di Desa Benda tepatnya di RW 09 sejak
tahun 2002 telah beridiri Perumahan Mutiara Lido 2. Kehadiran komplek perumahan tersebut tentu merupakan representasi dari kebutuhan akan perumahan di Desa Benda
yang tinggi. Selain itu, mudah sekali dijumpai di Desa Benda rumah-rumah kontrakankosan yang disewakan. Umumnya yang menyewa adalah para pekerja pabrik
yang berasal dari luar Desa Benda, tapi juga banyak selain dari pekerja pabrik yang tinggal di rumah kontrakan. Tingginya minat yang membutuhkan tempat tinggal
menjadikan usaha kos-kosan ini menjadi sumber usaha yang menjanjikan.
Tabel 10. Jumlah Luas Lahan yang Dijual dan Dibeli Responden Berdasarkan
Peruntukan Lahan dan Periode Waktu di Desa Benda Tahun 2011
Respo nden
Peruntukan Lahan
Sebelum Industri m
2
Sesudah Industri m
2
Perubahan Sesudah-
sebelum m
2
Dijual Dibeli
Dijual Dibeli
Dijual Dibeli
Indus tri
Perumahan 535
875 535
875 Pertanian
Total 535
875 525
875 Non
Indus tri
Perumahan 100
1110 460
1110 360
Pertanian 225
-225
Total 325
1110 460
1110 135
7.2. TINGKAT SDM
7.2.1 Tingkat Pendidikan
Pendidikan Desa Benda jika melihat jumlah sekolahnya hanya ada Sekolah Dasar SD sebanyak lima buah, yang terdiri dari empat SD negeri dan satu SD swasta.
Untuk Sekolah Menengah Pertama SMP hanya ada satu sekolah SMP swasta, sedangkan untuk sekolah Sekolah Menengah Atas SMA di Desa Benda belum
tersedia. Dengan keterbatasan sekolah tersebut apalagi di tingkat SMP dan SMA menyebabkan banyak siswa sekolah yang bersekolah ke luar Desa Benda.
Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Benda Tahun 2011
Responden Tingkat Pendidikan
Jumlah
Industri
SD Sederajat 3
8,6 SMP sederajat
14 40,0
SMA sederajat 16
45,7 Perguruan Tinggi
2 5,7
Total 35
100.0
Non Industri
SD Sederajat 8
22,9 SMP sederajat
12 34,2
SMA sederajat 15
42,9 Perguruan Tinggi
0,0
Total 35
100,0
Tingkat pendidikan SMA pada dua kelompok responden menjadi yang paling tinggi persentasenya, kelompok industri 45,7 per sen dan non industri 42,9 per sen
seperti nampak pada Tabel 11. Namun persentase SMA tersebut tidak terlalu berbeda jauh dengan persentase responden berpendidikan SMP yaitu pada kelompok industri
mencapai 40 per sen dan di kelompok non industri sebesar 34,2 per sen. Hal ini karena kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan sudah semakin baik. Selain itu, saat
ini pekerjaan-pekerjaan formal sudah menerapkan standard pendidikan untuk merekrut pekerjanya termasuk industri di desa. Khusus untuk industri, kehadirannya paling nyata
membuat masyarakat Desa Benda untuk memiliki tingkat pendidikan yang baik. Sebagian besar pihak perusahaan merekrut pekerja dengan kualifikasi tingkat
pendidikan SMA, walaupun masih sering dijumpai juga yang menerima berpendidikan SMP tapi itu biasanya mendapatkan posisi yang lebih rendah.
Pada kelompok responden industri juga nampak bahwa sudah dominan berpendidikan tinggi SMA dan Perguruan Tinggi sebesar 51,4 per sen dan yang
berpendidikan SD hanya mencapai 8,6 per sen. Hal ini bisa karena pengaruh industri yang membuat mereka harus memiliki tingkat pendidikan yang baik agar bisa kerja di
industri. Sedangkan, untuk kelompok non industri masih dominan yang berpendidikan rendah SD dan SMP sebesar 57,1 per sen, dengan yang berpendidikan SD mencapai
22,9 per sen. Penilaian perubahan biaya sekolah setelah masuknya industri pada kelompok
industri banyak yang merasa biaya pendidikan saat ini masih lebih mahal dibandingkan sebelum adanya industri. Sebesar 80 per sen responden pada kelompok industri ini
merasa demikian. Sedangkan, di kelompok non industri penilaiannya lebih merata, untuk yang merasa lebih mahal hanya mencapai 37,1 per sen, untuk yang merasa sama
saja terdapat 34,3 per sen dan yang merasa lebih murah sebesar 28,6 per sen seperti nampak pada Tabel 12. Perbedaan pada dua kelompok ini karena di kelompok
responden industri sebagian besar merupakan keluarga muda yang sudah memiliki anak di usia sekolah namun dari segi pendapatan masih belum mapan sehingga tanggungan
biaya sekolah terasa lebih mahal.
Tabel 12. Perubahan Biaya Sekolah Setelah Masuknya Industri Responden
Perubahan Biaya Sekolah Lebih Mahal
Sama saja Lebih murah
Jumlah Jumlah
Jumlah Industri
28 80,0
5 14,3
2 5,7
Non Industri 13
37,1 12
34,3 10
28,6
7.2.2. Tingkat Kesehatan