benar, sehingga perfomansi kerja orang tersebut akan menurun, tidak efektif dan efisien Sutalaksana, 1999.
Suatu disain fasilitas kerja disebut ergonomis apabila secara antropometri, faal, biomekanik dan psikologis cocok dengan manusia pemakainya. Mendesain
fasilitas kerja, yang sangat penting diperhatikan adalah suatu desain berpusat pada manusia pemakainya. Sutalaksana, 1999
Menurut Wignjosoebroto 2008, dalam perancangan fasilitas kerja terdapat aspek-aspek yang mempengaruhi, meliputi :
1. Memperhatikan perbaikan-perbaikan metode atau cara kerja dengan menekan prinsip-prinsip ekonomi gerakan dengan tujuan pokok meningkatkan efisiensi
dan produktifitas kerja. 2. Mempertimbangkan kebutuhan akan data yang menyangkut dimensi tubuh
manusia. Data antropometri akan menunjang dalam proses perancangan fasilitas kerja dengan tujuan mencari keserasian hubungan fasilitas kerja
dengan manusia yang memakainya. 3. Mempertimbangkan pengaturan tata letak fasilitas kerja yang digunakan,
pengaturan ini pada prinsipnya bertujuan untuk mencari gerakan-gerakan yang efisien.
2.5. Antropometri dan Aplikasinya dalam Perancangan Fasilitas Kerja
Istilah antropometri berasal dari kata antro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Secara defenitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi
yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas
Universitas Sumatera Utara
akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan
secara luas antara lain dalam hal perancangan areal kerja, perancangan peralatan kerja, perancangan produk-produk konsumtif dan perancangan lingkungan kerja fisik
wingjosoebroto, 2008. Pengukuran antropometri tidak dapat dilakukan dengan mudah karena banyak
faktor yang mempengaruhi yaitu ukuran tubuh manusia yang beragam, dan tergantung pada umur, jenis kelamin dan suku bangsa. Berdasarkan kondisi tersebut
maka antropometri dibagi menjadi 2 bagian yaitu antropometri statis dan dan antropometri dinamis. Antropometri statis adalah dimensi tubuh manusia yang diukur
pada saat manusia dalam keadaan statis atau diam untuk posisi yang telah ditentukan atau standar. Antropometri dinamis adalah dimensi tubuh manusia yang diukur pada
saat seseorang melakukan aktifitas atau sedang melakukan pekerjaan Sulistyadi dan Susanti, 2003.
Antropometri merupakan suatu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh manusia, terutama seluk beluk dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia.
Antropometri yang merupakan ukuran tubuh digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu sarana kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh pengguna sarana
kerja tersebut Ramandhani, 2008 . Menurut Sulistyadi dan Susanti 2003, pengukuran antropometri pada
hakekatnya adalah pengukuran jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang ditentukan. Ada dua metode pengukuran antropometri yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Metode ukur dengan antropometer Antropometer adalah alat ukur dengan satuan panjang sentimeter yang
dirancang secara khusus untuk digunakan dalam pengukuran ukuran-ukuran tubuh manusia, mulai dari tinggi badan tegak berdiri, tinggi duduk tegak
sampai dengan ukuran lainnya. Dengan bantuan alat ini diukur data antropometri dengan mudah.
2. Metode ukur tukang jahit Pengukuran antropometri dengan metode ukur tukang jahit adalah pengukuran
terhadap ukuran bagian tubuh manusia dengan menggunakan pita atau rol ukur yang biasa digunakan oleh tukang jahit. Pada pengukuran antropometri
tukang jahit, pengukuran yang biasa dilakukan dengan antropometer diselenggarakan dengan meteran ukur plastik biasa.
Sulistyadi dan Susanti 2003 mengatakan bahwa hasil pengukuran data antropometri diaplikasikan untuk perancangan fasilitas kerja. Mengingat data ukuran
data jenis kelamin yang berbeda pada tiap individu maka dalam merancang digunakan data antropometri berdasarkan :
1. Prinsip perancangan fasilitas kerja berdasarkan individu ekstrim dapat dibagi menjadi dua. Pertama, perancangan dengan data nilai persentil tinggi 90,
95 atau 99. Misalnya untuk merancangkan tinggi pintu diambil dari tinggi manusia persentil 99 ditambah dengan kelonggaran. Kedua,
perancangan fasilitas dengan data persentil kecil atau rendah 10, 5 atau
Universitas Sumatera Utara
1. Misalnya membuat tinggi jemuran pakaian digunakan data tinggi jangkauan tangan persentil rendah.
2. Perancangan fasilitas kerja yang dapat disesuaikan Untuk fasilitas kerja yang dapat disesuaikan, dirancang memiliki daerah
ukuran minimal persentil 5 sampai dengan ukuran maksimal persentil 95 atau 99. Perlu diperhatikan bahwa rancangan yang demikian ini
biasanya memerlukan ongkos yang lebih mahal tetapi memiliki nilai fungsi yang lebih tinggi.
3. Perancangan fasilitas kerja berdasarkan data rata-rata pemakainya Perancangan fasilitas kerta berdasarkan data rata-rata bertujuan untuk
memberikan kenyamanan atau nilai fungsi yang tinggi bagi banyak orang dengan biaya yang rendah. Misalnya tinggi kursi tempat duduk.
2.6.Landasan Teori
Landasan teori pada penelitian ini mengacu pada teori kombinasi yang dikemukakan oleh Grandjean 1988, yang menyatakan bahwa faktor penyebab
terjadinya kelelahan sangat bervariasi, dan untuk memelihara mempertahankan kesehatan dan efisiensi proses penyegaran harus dilakukan. Faktor-faktor penyebab
kelelahan digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Teori Kombinasi Penyebab Kelelahan
Fasilitas kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan penyesuaian sikap kerja seperti sikap kerja duduk membungkuk dan jongkok yang menyebabkan
keluhan rasa sakit pada bagian tubuh dan terjadi peningkatan kelelahan pada pekerja Sabrina, 2009.
Samudro, dkk 2006 dalam penelitian pada pekerja di industri rumah tangga plastik Hasta Cipta Indoplast Surabaya mengatakan bahwa fasilitas kerja yang tidak
Penyembuhan
Tingkat Kelelahan
Universitas Sumatera Utara
ergonomis dapat mengakibatkan terjadinya kelelahan dan keluhan rasa sakit di bagian tubuh serta postur kerja yang tidak alamiah. Hal ini diketahui setelah penilaian
dengan metode Rula di dapat skor 7 yang berarti perlu segera dilakukan perbaikan postur kerja dengan perbaikan fasilitas kerja.
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan tersebut, maka peneliti akan memfokuskan untuk mengkaji tentang fasilitas kerja. Fasilitas kerja ini merupakan
bagian dari faktor fisiologis kerja yang dapat menyebabkan munculnya sikap kerja tidak alamiah dan kelelahan kerja.
2.7. Kerangka Konsep