Sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan secara ergonomik adalah yang memberikan rasa nyaman, aman, sehat dan selamat dalam bekerja, yang dapat
dilakukan antara lain dengan cara ; a. Menghindarkan sikap yang tidak alamiah dalam bekerja
b. Diusahakan beban statis menjadi sekecil-kecilnya c. Perlu dibuat dan ditentukan kriteria dan ukuran baku tentang peralatan
kerja yang sesuai dengan antropometri pekerja penggunanya. d. Agar diupayakan bekerja dengan sikap duduk dan berdiri secara
bergantian Ramandhani, 2008 Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,
ukuran, susunan, dan penempatan mesin dan peralatan serta perlengkapan kerja; juga bentuk, ukuran dan penempatan alat kendali serta alat petunjuk, cara kerja
mengoperasikan mesin dan peralatan yang merinci macam gerak, arah dan kekuatannya yang harus dilakukan Suma’mur, 2009.
2.2.1. Sikap Kerja Duduk
Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Namun sikap duduk yang keliru
akan merupakan penyebab masalah-masalah punggung. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri ataupun
berbaring Nurmianto, 2008 Grandjean 1993 berpendapat bahwa bekerja dengan posisi duduk
mempunyai keuntungan antara lain : pembebanan pada kaki, pemakaian energi dan
Universitas Sumatera Utara
keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi. Namun demikian sikap kerja duduk yang terlalu lama dapat menyebabkan otot perut melembek dan tulang belakang
melengkung sehingga cepat merasa lelah. Pulat 1992, memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi duduk yaitu sebagai
berikut : 1. Pekerjaan yang memerlukan kontrol dengan teliti pada kaki
2. Pekerjaan utama adalah menulis atau memerlukan ketelitian pada tangan 3. Tidak diperlukan tenaga dorong yang besar
4. Obyek yang dipegang tidak memerlukan tangan bekerja pada ketinggian lebih dari 15 cm dari landasan kerja
5. Diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi 6. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama
7. Seluruh obyek yang dikerjakan atau disuplai masih dalam jangkauan dengan posisi duduk Tarwaka, 2004
2.2.2. Sikap Kerja Berdiri
Selain posisi kerja duduk, posisi berdiri juga banyak ditemukan di perusahaan. Menurut Sutalaksana 2000, bahwa sikap berdiri merupakan sikap siaga baik fisik
maupun mental, sehingga aktifitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Namun demikian mengubah posisi duduk ke berdiri dengan masih menggunakan alat
kerja yang sama akan melelahkan. Pada dasarnya berdiri itu sendiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15
dibandingkan dengan duduk Tarwaka, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah bila
berbagai bentuk bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai Santoso, 2004. Untuk meminimalkan pengaruh kelelahan dan keluhan subyektif maka
pekerjaan harus didesain agar tidak terlalu banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan posisi kepala yang tidak alamiah. Untuk maksud tersebut
Pulat 1992 dan Clark 1996 memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi berdiri adalah sebagai berikut :
1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut 2. Harus memegang obyek yang berat lebih dari 4,5 kg
3. Sering menjangkau keatas, kebawah, dan kesamping 4. Sering melakukan pekerjaan dengan menekan kebawah
5. Diperlukan mobilitas tinggi Tarwaka, 2004
2.2.3. Sikap Kerja Dinamis