Pengaruh Fasilitas Kerja terhadap Sikap Kerja pada Pekerja Bagian

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1.1. Pengaruh Fasilitas Kerja terhadap Sikap Kerja pada Pekerja Bagian

Penggorengan Industri Rumah Tangga Keripik Singkong di Kabupaten Aceh Besar Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang dibutuhkan Effendi, 2007. Sikap tubuh dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, susunan dan penempatan peralatan serta perlengkapan kerja Suma’mur, 2009. Menurut Tarwaka 2010, sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah tubuh, misalnya pergelangan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Di Indonesia, sikap kerja yang tidak alamiah lebih banyak disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh pekerja. Berdasarkan observasi dan penilaian sikap kerja dengan menggunakan metode RULA diketahui bahwa sikap kerja ketika duduk yang dilakukan oleh sebagian besar 86,4 pekerja di bagian penggorengan industri rumah tangga keripik singkong di Kabupaten Aceh Besar menunjukkan sikap kerja tidak alamiah dengan tingkat risiko Universitas Sumatera Utara sedang. Hal serupa juga ditunjukkan ketika pekerja melakukan sikap kerja berdiri, dimana sebagian besar pekerja 90,9 menunjukkan sikap kerja dengan tingkat risiko sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja melakukan sikap kerja yang tidak alamiah karena pada saat duduk pekerja sering melakukan gerakan membungkuk melebihi 20º, sedangkan pada saat berdiri pekerja sering melakukan gerakan menunduk dalam waktu yang lama saat menggoreng keripik. Gerakan membungkuk dan menunduk yang dilakukan pekerja disebabkan karena tungku penggorengan yang rendah dan terletak agak jauh dari pekerja sehingga pekerja harus menjangkau melebihi jangkauan tangannya. Sikap kerja pekerja sebelum intervensi dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 5.1 Sikap Kerja Saat Duduk sebelum Intervensi Universitas Sumatera Utara Gambar 5.2 Sikap Kerja Saat Berdiri sebelum Intervensi Sikap kerja membungkuk merupakan salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan dalam melakukan pekerjaan karena dapat menyebabkan kondisi tubuh tidak stabil. Kondisi yang tidak stabil ini dapat memberikan tekanan berlebih pada syaraf-syaraf di sekitar tulang belakang. Tulang belakang tersusun atas ruas-ruas tulang yang dihubungkan menjadi satu kesatuan melalui persendian, mulai dari daerah leher sampai tulang ekor. Ruas tulang yang diatas dihubungkan dengan ruas dibawahnya oleh sebuah bantalan yang disebut diskus intervertebralis persendian tulang belakang, didalam bantalan ruas tulang belakang tersebut terdapat suatu bahan pengisi seperti jeli kenyal yang disebut nukleus pulposus. Bantalan tersebut berfungsi seperti “shock breaker” peredam getaran dan memungkinkan tulang belakang lentur. Apabila terjadi tekanan berlebih pada syaraf-syaraf tulang belakang terutama pada lumbal-5 dan sakrum-1 dapat Universitas Sumatera Utara menyebabkan terjadinya kenyerian umum akibat ketegangan otot dan ligament pada masing-masing vertebra tersebut. Kenyerian yang terjadi secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan cedera atau penyakit pada tulang belakang. Hal ini juga dapat menyebabkan nukleus pulposus didalam bantalan keluar melalui dinding bantalan yang lemah, maka nukleus pulposus masuk ke dalam rongga ruas tulang belakang, keadaan inilah yang disebut Hernia Nukleus Pulposus HNP Tarwaka, 2010 dan Malthida, 2011 Sikap kerja menunduk 20° yang terlalu lama akan menyebabkan nyeri dan rasa tidak nyaman pada leher bagian belakang tengkuk atau kuduk. Leher terdiri atas ruas-ruas tulang belakang yang berakhir didasar tengkorak. Sepanjang ruas-ruas tulang belakang diikat dengan ikatan sendiligamen seperti deretan karet yang kuat membuat tulang belakang menjadi stabil. Didaerah leher juga terdapat otot-otot untuk mendukungmenyokong beban leher dan untuk gerakan leher. Bagian leher ini sangat sedikit dilindungi dibandingkan bagian tulang belakang yang lain sehingga sangat mudah terkena gangguan, trauma yang menyebabkan sakit dan membatasi gerakan Anonymous, 2008. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada tengkuk umum terjadi pada waktu kerja, antara lain terjadi pada pekerjaan dengan beban yang berat, pekerjaan manual dengan duduk, pekerjaan yang duduk terus menerus. Dalam suatu sikap yang statis, otot bekerja statis dimana pembuluh-pembuluh darah dapat tertekan sehingga aliran darah dalam otot menjadi berkurang, yang berakibat berkurangnya glikosa dan oksigen dari darah dan harus menggunakan cadangan yang ada, selain itu sisa metabolisme tidak Universitas Sumatera Utara diangkut keluar dan menumpuk di dalam otot yang berakibat otot menjadi lelah dan tim bul rasa nyeriAnonymous, 2008. Sikap kerja duduk yang terlalu lama dapat menyebabkan otot perut melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga cepat lelah, sedangkan bekerja dengan posisi berdiri terlalu lama juga memberikan kerugian karena pembebanan pada kaki, pemakaian energi dan keperluan untuk sirkulsi darah bertambah Tarwaka, 2010. Sikap kerja duduk yang salah dapat menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh menjauhi secara alamiah, misalnya punggung terlalu membungkuk, kepala terlalu terangkat dan menyandarkan tubuh pada posisi di salah satu sisi tubuh. Semakin jauh bagian tubuh dari gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot akibat tekanan yang tinggi pada syaraf tulang belakang dan ketidakseimbangan tonus otot yang menyebabkan skoliosis Tarwaka, 2004. Pada penelitian ini dilakukan intervensi dengan pemberian fasilitas kerja yang ergonomis untuk memperbaiki sikap kerja yang dilakukan pekerja menjadi sikap kerja dinamis duduk berdiri secara bergantian. Fasilitas kerja yang diberikan yaitu berupa tungku penggorengan dan kursi kerja. Tungku penggorengan ditinggikan dan ditempatkan sesuai dengan jangkauan tangan pekerja agar lebih ergonomis sehingga pekerja tidak lagi melakukan gerakan membungkuk dan menunduk serta mengurangi kelelahan, walaupun. tungku penggorengan yang telah dibuat ini mungkin akan berpengaruh terhadap jumlah kebutuhan kayu bakar yang digunakan untuk menggoreng. Universitas Sumatera Utara Untuk melihat perbedaan sikap kerja, maka pekerja dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol, pekerja tidak diberikan fasilitas kerja baru, sedangkan pada kelompok perlakuan diberikan fasilitas kerja baru. Sebelum intervensi, diketahui bahwa tidak terlihat adanya perbedaan sikap kerja baik pada saat duduk maupun pada saat berdiri antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Pada saat duduk, sebagian besar pekerja baik pada kelompok kontrol 84,8l maupun kelompok perlakuan 87,9 menunjukkan sikap kerja dengan tingkat risiko sedang. Begitu pula pada saat berdiri, dimana sebagian besar pekerja 93,9 kelompok kontrol dan 90,9 kelompok perlakuan menunjukkan sikap kerja dengan tingkat risiko sedang. Dengan uji t-independent tidak berpasangan, pada saat duduk didapat nilai p sebesar 0,710 dan pada saat berdiri didapat nilai p sebesar 0,704. Kedua nilai p tersebut 0,05 p α, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 tidak terdapat perbedaan yang signifikan sikap kerja baik pada saat duduk maupun berdiri antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebelum intervensi. Hal ini sesuai dengan Sugiyono 2008 yang menyatakan bahwa pada penelitian true eksperimental dengan pretest – posttest control group design, hasil pretest yang baik adalah bila nilai kelompok kontrol dan kelompok perlakuan tidak berbeda secara signifikan. Sesudah intervensi dengan pemberian fasilitas kerja yang ergonomis selama ±1 bulan, terdapat perbedaan sikap kerja baik pada saat duduk maupun berdiri antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol, sikap kerja Universitas Sumatera Utara masih menunjukkan sikap kerja yang tidak alamiah dengan tingkat risiko sedang, sedangkan pada kelompok perlakuan, terjadi perubahan sikap kerja menjadi lebih dinamis duduk-berdiri bergantian. Sikap kerja baik pada saat duduk maupun berdiri berubah dari tingkat risiko sedang menjadi kecil. Perubahan sikap kerja ini membuat pekerja lebih nyaman dan keluhan-keluhan seperti sakit kepala, perasaan berat dikaki, pegal di lengan serta nyeri pada pinggang dan punggung berkurang. Menurut Tarwaka 2010, pada saat duduk tanpa menyandar, akan lebih baik jika tulang pinggul condong miring ke depan untuk mendapatkan sikap tubuh yang netral, sedangkan pada saat berdiri, tulang belakang harus tetap dalam keadaan netral seperti lumbar lordosis. Dengan keadaan seperti ini, maka tekanan pada disc vertebral akan didistribusikan secara merata dan ketegangan ligament tulang belakang dapat diminimalkan sehingga kenyerian pada otot dan tulang dapat berkurang. Sikap kerja pekerja pada kelompok perlakuan sesudah intervensi dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Universitas Sumatera Utara Gambar 5.3 Sikap Kerja Saat Duduk sesudah Intervensi Gambar 5.4 Sikap Kerja Saat Berdiri sesudah Intervensi Universitas Sumatera Utara Sesudah intervensi, terlihat ada perbedaan sikap kerja baik pada saat duduk maupun berdiri antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Dengan uji t- independent tidak berpasangan, baik sikap kerja saat duduk maupun berdiri didapat nilai p sebesar 0,000 0,05 yang berarti bahwa pada tingkat kepercayaan 95 terdapat perbedaan yang signifikan sikap kerja pada saat duduk dan berdiri antara pekerja yang tidak diberikan fasilitas kerja ergonomis kelompok kontrol dengan pekerja yang diberikan fasilitas kerja yang ergonomis kelompok perlakuan. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh fasilitas kerja terhadap sikap kerja pada pekerja di bagian penggorengan industri rumah tangga keripik singkong di Kabupaten Aceh Besar. Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Masrah 2009 dalam penelitiannya pada pekerja industri pencetakan batu bata di desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Begadai yang menyatakan bahwa setelah diberikan alat bantu kerja berupa kereta beroda sederhana, terjadi perbaikan sikap postur kerja menjadi lebih baik dan penurunan tingkat keluhan musculoskeletal. Selain itu, Hamonangan 2006 dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa fasilitas kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan penyesuaian sikap kerja seperti sikap kerja duduk membungkuk dan jongkok yang tidak alamiah. Rancangan kerja yang salah dapat dihindari dengan cara membuat rancangan kerja yang memperhatikan ukuran tubuh pekerja. Rancangan kerja yang lebih ergonomis akan membuat pekerja tidak harus bekerja dengan posisi membungkuk Universitas Sumatera Utara atau posisi lain yang tidak memberikan kenyamanan bagi anggota tubuh lainnya Wignjosoebroto, 2008.

5.2. Pengaruh Fasilitas Kerja terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja Bagian

Dokumen yang terkait

Gambaran Perasaan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Proses Produksi di pabrik Kelapa Sawit PT. Socfin Indonesia (Socfindo) kebun Mata Pao tahun 2010

11 83 72

IbM PENGUSAHA KERIPIK SINGKONG RUMAH TANGGA

3 33 15

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN PADA PEKERJA DI BAGIAN SIZING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Kelelahan Pada Pekerja Di Bagian Sizing Pt. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

0 3 16

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN PADA PEKERJA DI BAGIAN SIZING PT. ISKANDAR INDAH Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Kelelahan Pada Pekerja Di Bagian Sizing Pt. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

0 3 12

PENGARUH MUSIK PENGIRING KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN BATIK TULIS DI INDUSTRI BATIK BROTOSENO SRAGEN.

0 0 13

Pengaruh Kebisingan Terhadap Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Instalasi Gizi Di Rumah Sakit X Sri Suparni

0 0 68

3. Pendidikan Terakhir - Pengaruh Fasilitas Kerja Terhadap Sikap Kerja dan Kelelahan pada Pekerja Bagian Penggorengan Industri Rumah Tangga Keripik Singkong di Kabupaten Aceh Besar

0 0 52

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelelahan Kerja 2.1.1. Pengertian Kelelahan - Pengaruh Fasilitas Kerja Terhadap Sikap Kerja dan Kelelahan pada Pekerja Bagian Penggorengan Industri Rumah Tangga Keripik Singkong di Kabupaten Aceh Besar

0 0 22

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Fasilitas Kerja Terhadap Sikap Kerja dan Kelelahan pada Pekerja Bagian Penggorengan Industri Rumah Tangga Keripik Singkong di Kabupaten Aceh Besar

0 2 8

Pengaruh Fasilitas Kerja Terhadap Sikap Kerja dan Kelelahan pada Pekerja Bagian Penggorengan Industri Rumah Tangga Keripik Singkong di Kabupaten Aceh Besar

0 0 11