keripik singkong yang ada di Desa Jantho Baru dan Suka Damai Kabupaten Aceh Besar.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas X yaitu fasilitas kerja 2. Variabel terikat Y Sikap kerja dan Kelelahan kerja
3.5.2. Definisi Operasional
1. Kelelahan pekerja adalah kelelahan umum yang dirasakan pekerja saat menggoreng keripik singkong yang ditandai dengan lambatnya waktu
reaksi terhadap cahaya. 2. Sikap kerja adalah posisi postur tubuh pekerja pada saat menggoreng
keripik. 3. Fasilitas kerja yaitu peralatan kerja berupa kursi dan tungku penggorengan
yang dirancang secara ergonomis berdasarkan data antropometri pekerja
untuk membantu pekerja dalam melakukan pekerjaan. 3.6.
Metode Pengukuran
1. Pengukuran kelelahan dilakukan secara obyektif. Pada penelitian ini, pengukuran obyektif dilakukan dengan menggunakan alat Reaktion Timer,
karena alat ini lebih mudah dibawa dan cara penggunaannya tidak rumit sehingga responden mudah memahaminya. Pengukuran dilakukan dengan
melihat lambat, cepat dan reaksinya dengan mengukur waktu respons dari
Universitas Sumatera Utara
tangan terhadap cahaya. Penghitungan waktu reaksi setiap pekerja dilakukan dengan pengukuran sebanyak 5 kali pada saat sebelum bekerja dan 5 kali
setelah bekerja. Hasil pengukuran setiap pekerja akan dirata-rata dan selanjutnya akan ditetapkan sebagai waktu reaksi pekerja yang bersangkutan.
Alat ukur waktu reaksi yang digunakan dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.1 Alat Ukur Waktu Reaksi Reaction Timer
Menurut Setyawati 1994 dalam Rusdjijati 2005, kelelahan dapat dikatagorikan ke dalam 4 tingkatan yaitu :
a. Normal bila waktu reaksi ≤ 240 milidetik
b. Ringan bila waktu reaksi 240 – 410 milidetik c. Sedang bila waktu reaksi 410 – 580 milidetik
d. Berat bila waktu reaksi 580 milidetik 2. Penilaian Sikap kerja dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap sikap
kerja pekerja pada saat melakukan pekerjaan dengan menggunakan metode RULA Rapid Upper Lime Assesment karena pada penelitian ini responden
lebih banyak bekerja dengan menggunakan ekstremitas atas tanpa
Universitas Sumatera Utara
pembebanan. Metode ini merupakan penilaian yang sistematis dan cepat terhadap risiko gangguan khususnya pada anggota tubuh bagian atas.
Metode ini juga tidak membutuhkan peralatan spesial dalam penetapan penilaian postur leher, punggung dan lengan atas. Setiap pergerakan diberi
skor yang ditetapkan. Rula dikembangkan sebagai suatu metode untuk mendeteksi postur kerja yang merupakan faktor resiko Mc Atamney dan
Corlett, 1993
Dalam mempermudah penilaiannya maka tubuh dibagi atas 2 segmen group yaitu group A dan group B.
A. Penilaian Postur Group A Postur tubuh group A terdiri atas lengan atas upper arm, lengan bawah
lower arm, pergelangan tangan wrist dan putaran pergelangan tangan wrist twist. a. Lengan Atas upper arm
Penilaian terhadap lengan atas upper arm adalah penilaian yang dilakukan terhadap sudut yang dibentuk lengan atas pada saat melakukan aktivitas kerja.
Sudut yang dibentuk oleh lengan atas diukur menurut posisi batang tubuh.
Tabel 3.1 Skor Penilaian Lengan Atas Pergerakan
Skor Skor Perubahan
20º ke depan maupun ke belakang dari tubuh
1 + 1 jika bahu naik
20º ke belakang atau 20-45º
2 +1 jika lengan berputar
bengkok 45-90º
3 90º
4
Universitas Sumatera Utara
b. Lengan Bawah lower arm Penilaian terhadap lengan bawah lower arm adalah penilaian yang dilakukan
terhadap sudut yang dibentuk lengan bawah pada saat melakukan aktivitas kerja.
Tabel 3.2 Skor Lengan Bawah Pergerakan
Skor Skor Perubahan
60-100º 1
+1 jika lengan bawah bekerja melewati garis tengah atau
keluar dari sisi tubuh
60º atau 100º 2
c. Pergelangan Tangan wrist
Penilaian terhadap pergelangan tangan wrist adalah penilaian yang dilakukan sterhadap sudut yang dibentuk oleh pergelangan tangan pada saat
melakukan aktivitas kerja.
Tabel 3.3 Skor Pergelangan Tangan Pergerakan
Skor Skor Perubahan
Posisi neutrals 0-15º ke atas maupun ke bawah
15º ke atas maupun ke bawah 1
2 3
+1 jika pergelangan tangan putaran menjauhi
sisi tengah
d. Putaran Pergelangan Tangan wrist twist Untuk putaran pergelangan tangan wrist twist pada postur yang netral diberi
skor : 1=Posisi tengah dari putaran
2=Pada atau dekat dari putaran
Universitas Sumatera Utara
Nilai dari postur tubuh lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan dimasukkan ke dalam tabel postur tubuh group A untuk
memperoleh skor seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 3.4 Skor Grup A Wrist
Upper Lower 1
2 3
4 Arm
Arm Wrist
Twist Wrist
Twist Wrist
Twist Wrist
Twist 1
2 1
2 1
2 1
2
1 1
2 2
2 2
3 3
3
1
2 2
2 2
2 3
3 3
3 3
2 3
2 3
3 3
4 4
1 2
2 2
3 3
3 4
4
2
2 2
2 2
3 3
3 4
4 3
2 3
3 3
3 4
4 5
1 2
3 3
3 4
4 5
5
3 2
2 3
3 3
4 4
5 5
3 2
3 3
4 4
4 5
5 1
3 4
4 4
4 4
5 5
4 2
3 4
4 4
4 4
5 5
3 3
4 4
5 5
5 6
6 1
5 5
5 5
5 6
6 7
5 2
5 6
6 6
6 7
7 7
3 6
6 6
7 7
7 7
8 1
7 7
7 7
7 8
8 9
6
2 7
8 8
8 8
9 9
9 3
9 9
9 9
9 9
9 9
e. Penambahan Skor Aktivitas
Setelah diperoleh hasil skor untuk postur tubuh group A pada table di atas, maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor aktivitas. Penambahan skor
aktivitas dapat dilihat pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.5 Skor Aktivitas Aktivitas
Skor Keterangan
Postur Statik Pengulangan
+1 +1
Satu atau lebih bagian tubuh statisdiam Tindakan dilakukan berulang-ulang lebih
dari 4 kali permenit
f. Penambahan Skor Beban
Setelah diperoleh hasil penambahan dengan skor aktivitas untuk postur tubuh grup A pada Tabel , maka hasil hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor beban.
Penambahan skor beban tersebut berdasarkan kategori yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.6 Skor Beban Beban
Skor Keterangan
2 kg 2 kg – 10 kg
10 kg 1
3 -
+1 jika postur statis dan dilakukan berulang-ulang
B.Penilaian Postur Tubuh Grup B Postur tubuh grup B terdiri atas leher neck, batang tubuh trunk, dan kaki
leght. a. Leher neck
Peniaian terhadap leher neck adalah penilaian yang dilakukan terhadap posisi leher pada saat melakukan aktivitas kerja. Adapun skor penilaian untuk leher
neck dapat dilihat pada tabel 3.7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.7 Skor Bagian Leher Pergerakan
Skor Skor Perubahan
0 – 10º 10º – 20º
20º Ekstensi
1 2
3 4
+1 jika leher berputarbengkok +1 batang tubuh bengkok
b. Batang Tubuh trunk Penilaian terhadap batang tubuh trunk, merupakan penilaian terhadap sudut
yang dibentuk tulang belakang tubuh pada saat melakukan aktivitas kerja dengan kemiringan yang sudah diklasifikasikan.
Tabel 3.8 Skor Bagian Batang Tubuh Trunk
Pergerakan Skor
Skor Perubahan
Posisi normal 90º 0-20º
20º-60º 60º
1 2
3 4
+1 jika leher berputarbengkok +1 jika batang tubuh bengkok
c. Kaki legs Penilaian terhadap kaki legs adalah penilaian yang dilakukan terhadap posisi
kaki pada saat melakukan aktivitas kerja.
Tabel 3.9 Skor Bagian Kaki legs
Pergerakan Skor
Posisi normalseimbang Tidak seimbang
1 2
Universitas Sumatera Utara
Nilai dari skor postur tubuh leher, batang tubuh dan kaki dimasukkan ke dalam tabel berikut :
Tabel 3.10 Skor Grup B Trunk Postur Score
Trunk Postur Score Neck
1 2
3 4
5 6
Legs Legs
Legs Legs
Legs Legs
1 2 1 2
1 2 1 2
1 2 1 2
1
1 3 2 3
3 4 5 5
6 6 7 7
2
2 3 2 3
4 5 5 5
6 7 7 7
3
3 3 3 4
4 5 5 6
6 7 7 7
4
5 5 5 6
6 7 7 7
7 7 8 8
5 7 7
7 7 7 8
8 8 8 8
8 8
6
8 8 8 8
8 8 8 9
9 9 9 9
d. Penambahan Skor Aktivitas Setelah diperoleh hasil skor untuk postur tubuh grup B pada Tabel 3.10, maka
hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor aktivitas.
Tabel 3.11 Skor Aktivitas Aktivitas
Skor Keterangan
Postur Statik Pengulangan
+1 +1
Satu atau lebih bagian tubuh statisdiam Tindakan dilakukan berulang-ulang lebih
dari 4 kali permenit
Universitas Sumatera Utara
e. Penambahan Skor Beban Setelah diperoleh hasil penambahan dengan skor aktivitas untuk postur tubuh
grup B pada table 3.11, maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor beban. Pada skor beban tersebut berdasarkan kategori yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.12 Skor Beban Beban
Skor Keterangan
2 kg 2 kg – 10 kg
10 kg 1
3 -
+1 jika postur statis dan dilakukan berulang- ulang
-
Untuk memperoleh skor akhir grand score, skor yang diperoleh untuk postur tubuh grup A dan grup B dikombinasikan ke tabel berikut ;
Tabel 3.13 Grand Total Score Table
Score Score Group B
Group A 1
2 3
4 5
6 7
1 1
2 3
3 4
5 5
2
2 2
3 4
4 5
5
3
3 3
3 4
4 5
6
4 3
3 3
4 5
6 6
5 4
4 4
5 6
7 7
6 4
4 5
6 6
7 7
7
5 5
6 6
7 7
7
+8 5
5 6
7 7
7 7
Universitas Sumatera Utara
Hasil skor dari tabel 3.13 diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori level resiko pada tabel 3.14.
Tabel 3.14 Katagori Tindakan RULA
Katagori Tindakan Level Resiko Tindakan
1 – 2 Minimum
Aman 3 – 4
Kecil Diperlukan beberapa waktu ke depan
5 – 6 Sedang
Tindakan dalam waktu dekat 7
Tinggi Tindakan sekarang juga
Berdasarkan penilaian dengan metode RULA tersebut, sikap kerja dikatagorikan menjadi 4 level risiko yaitu :
a. Sikap kerja aman, bila setelah dilakukan penilaian dengan metode RULA, didapat grand total score 1 - 2
b. Sikap kerja dengan level risiko kecil, bila setelah dilakukan penilaian dengan metode RULA, didapat grand total score 3 – 4
c. Sikap kerja dengan level risiko sedang, bila setelah dilakukan penilaian dengan metode RULA, didapat grand total score 5 – 6.
d. Sikap kerja dengan level risiko tinggi, bila setelah dilakukan penilaian dengan metode RULA, didapat grand total score 7.
3. Untuk merancang fasilitas kerja, dilakukan pengukuran terhadap dimensi tubuh pekerja dengan menggunakan meteran. Ukuran tubuh yang diukur adalah sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Pada posisi berdiri a. Tinggi badan berdiri, diukur dari puncak kepala ke telapak kaki
pada posisi berdiri dengan belakang kepala berada pada garis vertikal terhadap dinding.
b. Tinggi siku, diukur dari siku dan lengan bawah pada posisi horizontal ke telapak kaki pada posisi berdiri.
c. Tinggi pinggul, diukur dari bagian pinggul teratas ke telapak kaki pada posisi berdiri.
d. Lebar pinggul, diukur jarak antara bagian terluar pinggul kanan dan kiri pada posisi berdiri.
e. Tinggi pantat, diukur jarak dari telapak kaki sampai bawah pantat pada posisi berdiri
f. Panjang lengan atas, diukur jarak dari ketiak ke siku. g. Panjang lengan bawah dan tangan, diukur jarak dari siku ke ujung
jari tengah. h. Panjang depa, diukur jarak dari ujung jari tangan kanan dan tangan
kiri pada posisi horizontal. 2. Pada posisi duduk :
a. Tinggi duduk, diukur dari bagian teratas kepala ke tempat duduk. b. Tinggi siku, diukur dari siku ke tempat duduk.
c. Tinggi pinggul, diukur dari titik teratas pinggul ke tempat duduk.
Universitas Sumatera Utara
d. Tinggi lutut, diukur dari lutut ke telapak kaki. e. Panjang tungkai atas, diukur jarak dari lutut ke garis vertikal yang
melalui punggung. f. Panjang tungkai bawah, dari lipat lutut ke telapak kaki.
Berdasarkan data antropometri tersebut, fasilitas kerja yang akan diberikan dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3.2 Rancangan Kursi Kerja
Gambar 3.3 Rancangan Tungku Penggorengan
Universitas Sumatera Utara
3.6.1. Aspek Pengukuran