c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Oo dan Parese
d. Sebelah Barat berbatasan deng Lonca dan Winatu
Desa Omu terletak pada titik 119°56’43” BT dan 1°16’37” LS dengan luas wilayah ±49,18 km
2
dan ketinggiaan rata-rata 154 m di atas permukaan laut. Desa Omu secara administratif berada di wilayah Kecamatan Gumbasa, Kabupaten
Sigi, Propinsi Sulawesi Tengah. Menuju Desa Omu dapat di tempuh menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua. Waktu tempuh dari Palu,
ibukota Propinsi Sulawesi Tengah menuju Desa Omu adalah 2 jam perjalanan. Batas-batas wilayah Desa Omu secara administratif adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Simono
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Anca
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tuva
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bangga.
5.2.2 Topografi
Topografi Toro termasuk dalam kategori pegunungan, dimana persentase pegunungan sebanyak 50, dataran 30, dan perbukitan 20. Tingkat
kemiringan tanah cukup curam yaitu berkisar antara 60 - 70. Topografi Desa Omu termasuk daerah perbukitan. Hal ini dilihat dari persentase topografi yang
ada di Desa Omu. Sebanyak 50 wilayahnya adalah perbukitan, pegunungan 20 dan dataran sebanyak 30. Tingkat kemiringan tanah berupa perbukitan
dengan kelerangan berkisar 40 - 60. Jenis tanah berupa Asosiasi Cokelat kelabu, Podsol dan Renzina Badan Pusat Statistik 2011.
5.2.3 Iklim
Menurut klasifikasi curah hujan Schmidt-Fregusson, daerah lokasi penelitian mempunyai tipe iklim G dengan rata-rata curah hujan tahunan pada
rentang tahun 1991 – 2010 sebesar 725 mmtahun dengan curah hujan tahunan terendah pada tahun 2004 yaitu sebesar 434 mm dan curah hujan tahunan tertinggi
pada tahun 1999 sebesar 1063 mm. Rata-rata curah hujan bulanan pada rentang tahun 1991 – 2000 adalah 37 mmbulan – 92 mmbulan dengan rata-rata curah
hujan bulanan terendah pada bulan September dan tertinggi pada bulan Juli. Rata- rata curah hujan bulanan pada rentang 2001 – 2010 adalah 39 mmbulan – 77
mmbulan dengan rata-rata curah hujan bulanan terendah pada bulan Februari dan tertinggi pada bulan April. Badan Pusat Statistik 2011. Data curah hujan dan
temperatur udara dapat dilihat pada lampiran 3 dan lampiran 4.
5.2.4 Vegetasi
Taman Nasional Lore Lindu TNLL memiliki tingkat keanekaragaman jenis vegetasi yan tinggi di Pulau Sulawesi. Diperkirakan 5.000 spesies tumbuhan
tinggi terdapat di dalamnya. Flora di dalam TNLL umumnya diklasifikasikan ke dalam jenis-jenis vegetasi utama berdasarkan ketinggian, meskipun bentuk lahan,
topografi dan iklim juga memegang peranan penting. Pada ketinggian 500 – 1.000 mdpl, hutan dataran rendah berkembang
dengan baik. Jenis-jenis yang dapat dijumpai antara lain: Mussaendopsis beccariana, Dysoxylum sp., Ficus sp., Myristica spp., Caryota spp., Elmerilia
ovalis, Strychnos axillaris, Celtis sp., Pterospermum subpeltatum, Canangium odoratum, dan Durio zibethinus. Pada pegunungan rendah dengan ketinggian
1.000 – 1.500 mdpl dijumpai jenis-jenis Castanopsis argentea, Lithocarpus spp., Garcinia spp., serta berbagai epifit, termasuk didalamnya puluhan jenis Anggrek
dan pakis yang tumbuh di dahan-dahan pohon Purwawangsa 2008.
5.2.5 Satwa Liar
Taman Nasional Lore Lindu TNLL memiliki berbagai tipe ekosistem yang merupakan habitat bagi berbagai jenis satwa langka dan dilindungi. Dari jenis
mamalia langka dapat dijumpai Anoa quarlesi, Anoa depressicornis, Babyrousa babyrusa, Sus celebensis, Macaca tonkeana, Phalanger ursinus, Phalanger
celebensis, Tarsius spectrum dan Cervus timorensis. Kawasan ini juga terkenal akan keanekaragaman jenis burung. Sekitar 224 jenis burung ditemukan, 97
diantaranya merupaka endemik di Sulawesi, seperti Tanygnatus sumtrana, Loriculus exillis, Trichoglossus platurus, Cacatua sulphurea, Buceros rhinoceros,
Aceros cassidix, Anhinga rufa, Rallus plateni, Scolopax celebencis, Tyto inexspectata, Geomalia heinrichi, Macrocephalon maleo dan Megapoidus
freycynet. Selain itu, terdapat pula jenis reptil seperti Phyton reticulatus, Ophiophagus hannah dan Elaphe erythura. Jenis serangga antara lain Papilio
blumei, Graphium androcles dan Appies spp Purwawangsa 2008.
5.3 Keadaan Sosial dan Ekonomi