aliran sungai Omu. Curah hujan dengan intensitas tinggi juga menyebabkan terjadinya bencana longsor bagi masyarakat di Desa Omu seperti yang terjadi
pada tahun 2000 dan tahun 2004. bencana longsor merusak sebagian rumah warga yang berada di kaki-kaki bukit Taman Nasional Lore Lindu TNLL. Curah hujan
yang tinggi juga menyebabkan menurunnya produksi perkebunan seperti coklat dan kopra Gambar 8. pada kondisi normal satu pohon bisa menghasilkan 2
hingga 4 kilogram buah kakao matang, namun meningkatnya curah hujan menyebabkan 1 pohon kakako hanya menghasilkan sekitar 1 kilogram buah kakao
matang.
a b
Gambar 8 a Buah kakao milik warga yang hampir masak, b Proses penjemuran biji kakao.
6.3.3 Musim Kemarau
Musim kemarau yang terjadi secara ekstrim tidak berpengaruh besar bagi masyarakat di Desa Toro karena letak Desa Toro yang berada di hulu hampir di
kelilingi oleh Taman Nasional Lore Lindu TNLL. Kondisi tutupan lahan terjaga oleh status taman nasional serta aturan adat mengenai pelarangan mengambil kayu
di hutan turut menjaga ketersedian mata air di musim kemarau. Irigasi yang dibangun secara gotong royong oleh masyarakat atas bantuan pemerintah daerah
menjaga sawah masyarakat dari kekeringan. Kearifan lokal masyarakat Desa Toro dalam menjaga dan mengelola sumberdaya alam berlangsung secara turun-
temurun. Mereka percaya bahwa alam di sekitar mereka memberi penghidupan bagi mereka dan harus dijaga kelestariannya. Salah satu kearifan masyarakat Desa
Toro adalah adanya peraturan yang melarang membuka lahan atau menebang pohon di atas tanah dengan kemiringan 35. Masyarakat dilarang membuka
ladang di daerah yang terdapat sumber mata air. Masyarakat juga membantu menangkap para penebang liar di kawasan TNLL baik yang berasal dari desa
mereka atau dari luar desa. Musim kemarau panjang bagi masyarakat Desa Omu berpengaruh pada
konsumsi air yang mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan air untuk kehidupan sehari-hari masyarakat akan disuplai dari bak-bak penampungan
air dari atas bukit. Kemarau panjang membuat sumur-sumur warga mengering sehingga berkurangnya konsumsi untuk pertanian dan ternak. Akibat kemarau
panjang hasil produksi kopra menurun. Hal ini karena kelapa yang dihasilkan memiliki daging buah yang tipis akibat kurangnya air. Sebelum dibuat bak
penampungan, saat kemarau panjang masyarakat kesulitan mendapatkan air karena sumber mata air yang berada dekat pemukiman warga mengering.
Masyarakat harus berjalan berjalan jauh ke hutan untuk mencari sumber mata air bagi kebutuhan sehari-hari. Kondisi air yang sulit dan berkurangnya produksi
pertanian memaksa warga untuk pergi ke hutan mencari rotan sebagai tambahan penghasilan Gambar 9.
Gambar 9 Keadaan sungai saat musim kemarau.
6.3.4 Klasifikasi Dampak Perubahan Iklim