BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Sejarah Desa
5.1.1 Sejarah Toro
Dalam Bahas Kulawi, Toro berati “sisa”. Terminologi ini mengacu pada suatu wilayah yang telah ditinggal pergi oleh penduduknya dalam waktu yang
cukup lama, sehingga menjadai hutan belantara. Diperkirakan sekitar 500 tahun yang silam, terjadi perpindahan penduduk dari Malino ke Toro. Perpindahan
tersebut terjadi akibat terdesak peperangan dengan suku lain. Keluarga yang terdesak dan sempat mengungsi saat itu sebanyak tujuh rumah tangga, dibawah
pimpinan Mpone Shohibuddin 2003. Sebelum akhirnya mendiami daerah Toro, kelompok pimpinan ini transit di
beberapa tempat. Awal mulanya mereka tinggal di Balinggi yaitu wilayah bagian Parigi yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Parimo. Di Balinggi
mereka berkembang menjadi 11 rumah tangga. Setelah itu, mereka pindah ke tempat transit kedua yaitu Kulawi melalui Paboya Palu, Bora Sigi Biromaru,
Tuwa, dan kemudian Namo. Atas perkenaan Balu, seorang bangsawan Kulawi, mereka ditempatkan di Kauawu yang saat itu masih berupa hutan, dengan harapan
mereka dapat mengelola untuk menopang hidupnya. Di tempat transit kedua ini pun tidak berlangsung lama. Ternyata setelah mereka berhasil, mereka mengalami
tekanan-tekanan berupa kewajiban membayar pajak untuk setiap lahan yang dikelolanya pada orang Kulawi. Keadaan yang tidak menguntungkan ini
mendorong orang asal Malino tersebut untuk mencari tempat baru. Melihat gelagat ini, Balu, orang pertama yang menempatkan mereka di
Kauawu mengambil kebijakan dengan menawarkan alternatif lain. Balu menawarkan lokasi perburuan miliknya agar dibeli dan terjadilah kesepakatan jual
beli antara Balu dengan orang asal Malino. Tempat dilaksanakan kesepakatan tersebut disebut ”kaputua” yang artinya keputusan akhir jual beli tanah di
wilayah perburuan Balu. Kawasan perburuan tersebut dihargai setara dengan tujuh biji emas, masing-masing sebesaar burung pipit. Sejak saat itu hingga sekarang,
orang Malino ini mendiami wilayah yang dinamai Toro.
5.1.2 Sejarah Omu