92 sumber pendapatan yang sama sehingga ekonomi keluarga akan tetap stabil.
Reklamasi pantai di Manado juga telah membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan reklamasi selain tetap bekerja
sebagai nelayan Wunas dan Lumain 2003. Priyandes dan Majid 2009 mengemukakan bahwa nelayan di Pulau
Batam yang terdampak reklamasi kemudian beralih profesi menjadi pedagang dan buruh. Namun karena keterampilan berdagang dan buruh yang dimiliki
sangat minim, pada akhirnya banyak dari mereka yang bangkrut. Pasca kebangkrutan, mereka kemudian kembali bekerja sebagai nelayan dan berpindah
ke daerah lain yang tidak terdampak oleh reklamasi dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
5.5 Analisisis Kebijakan
Secara umum peraturan dan perundang-undangan yang mengatur tentang reklamasi secara eksplisit dan berlaku nasional adalah UU No 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil dan PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah Kalalo, 2009. Lebih lanjut, dalam
studi tersebut disebutkan bahwa reklamasi merupakan suatu hal yang pelaksanaannya tidak dapat ditolak oleh masyarakat perkotaan. Berdasarkan
pasal 12 dalam PP No 16. Tahun 2004, maka Kalalo 2009 menyebutkan bahwa tanah hasil reklamasi dikuasai oleh negara.
Selain kedua peraturan tersebut yang mengatur secara langsung kegiatan reklamasi, maka terdapat peraturan lainnya yang juga berkaitan dengan
kegiatan reklamasi. Kagiatan kegiatan dalam reklamasi baik proses maupun hasil reklamasi yang diatur dalam peraturan dan perundang undangan antara
lain;
1 Dampak langsung terhadap daerah penangkapan ikan
Walaupun reklamasi merupakan kegiatan yang tidak dapat di tolak UU No. 272007 namun di dalam pasal 35 l UU No. 272007 juga disebutkan
bahwa dalam melakukan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau pulau kecil, setiap orang secara langsung atau tidak langsung dilarang melakukan
pembangunan fisik yang menimbulkan kerusakan lingkungan danatau merugikan masyarakat sekitarnya. Di dalam Pasal 12 UU No. 312004 juga
disebutkan bahwa kegiatan reklamasi meskipun tidak dapat ditolak namun dilarang merugikan masyarakat sekitar, sehingga diperlukan sebuah
93 mekanisme sehingga masyarakat sekitar tidak dirugikan dengan adanya
kegiatan reklamasi. Salah satu contoh mekanisme yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kompensasi bagi nelayan yang daerah
penangkapannya hilang atau harus berpindah. Kompensasi yang diberikan harus setara dengan nilai ekonomi nelayan yang hilang akibat reklamasi.
2 Dampak sedimentasi dari proses reklamasi
Reklamasi akan dapat menyebabkan sedimentasi baik pada saat proses reklamasi maupun setelah reklamasi. Sedimentasi akan berdampak
terhadap tempak pelelangan ikan TPI, keberadaan ikan di perairan, dergradasi habitat ikan dan ekosistem pesisir. Untuk itu diperlukan tindakan
preventif yang harus dilakukan agar dampak kegiatan reklamasi masih berada pada ambang batas yang telah ditetapkan. Berbagai peraturan dan
perundang undangan serta pedoman umumteknis telah diberlakukan untuk memperkecil resiko sedimentasi dari kegiatan reklamasi. Peraturan yang
berkenaan dengan dampak ini adalah; a Undang Undang No. 27 tahun 2007 Pasal 34 dan 35,
b Undang Undang No. 32 tahun 2009 Pasal 20, 21, dan 68, c Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1999 Pasal 9, 10, 12, 13, 14,
15, dan 16, d Peraturan Presiden No 122 tahun 2012,
e Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 1 tahun 2012, f
Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir tahun 2004, g Pedoman Teknis Kegiatan Pengerukan dan Reklamasi tahun 2006,
h Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai 2007.
3 Dampak reklamasi terhadap penurunan kualitas perairan
Penurunan kualitas lingkungan laut yang diakibatkan kegiatan reklamasi juga akan berdampak terhadap kegiatan perikanan. Penurunan kualitas perairan
akan mengganggu kondisi sumberdaya ikan. Bahkan dapat menyebabkan kematian massal bagi ikan. Peraturan yang berkenaan dengan dampak ini
adalah: a Undang Undang No. 32 2009 Pasal 20 dan 68,
b Peraturan Pemerintah No. 191999 Pasal 9, 10, 12, 13, 14, 15, dan 16,
94 c Peraturan Presiden No. 54 tahun 2008 Pasal 2 ayat 2 huruf b.3,
d Peraturan Presiden No. 122 tahun 2012, e Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 512004,
f Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir tahun 2004.
4 Dampak reklamasi terhadap kawasan konservasi
Di wilayah yang akan direklamasi terdapat kawasan konservasi Suaka Margasatwa Muara Angke dan hutan lindung yang penetapannya dilindungi
oleh UU No. 5 Tahun 1990 beserta turunannya. Jika kegiatan reklamasi mengganggu kawasan konservasi, maka kegiatan tersebut akan melanggar
UU Nomor 5 Tahun 1990 sehingga diperlukan sebuah strategi reklamasi yang tidak mengganggu keberadaan kawasan konservasi tersebut. Lebih
lanjut di dalam Peraturan Presiden No. 122 Tahun 2012 secara jelas disebutkan reklamasi tidak boleh dilakukan di wilayah kawasan konservasi.
Untuk melengkapi hasil analisis kebijakan terhadap dampak reklamasi berikut ini dijabarkan hasil analisis kebijakan terhadap beberapa peraturan yang
terkait. Peraturan yang dimaksud menyangkut undang-undang, peraturan pemerintah dan terkait.
Tabel 28 Hasil analisis kebijakan perundangan terkait reklamasi
No Undang-Undang Pasal Isi
1. UU No. 51990 19
1 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan
terhadap keutuhan kawasan suaka alam. cagar alam dan suaka margastwa
2 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tidak termasuk kegiatan
pembinaan habitat untuk kepentingan satwa di dalam suaka margasatwa.
3 Perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas kawasan
suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.
2. UU No 312004 12
1 Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran danatau kerusakan
95
No Undang-Undang Pasal Isi
sumberdaya ikan danatau lingkungannya di wilayah pengelolaan perikanan
Republik Indonesia.
2 Setiap orang dilarang membudidayakan ikan yang dapat membahayakan
sumberdayaikan, lingkungan sumberdaya ikan,danatau kesehatan manusia
di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia.
3 Setiap orang dilarang membudidayakan ikan hasil rekayasa genetika yang dapat
membahayakan sumberdaya ikan,lingkungan sumberdaya
ikan,danatau kesehatan manusia di wilayah pengelolaan perikanan Republik
Indonesia.
4 Setiap orang dilarang menggunakan obat- obatan dalam pembudidayaan ikan yang
dapat membahayakan sumberdaya ikan,lingkungan sumberdaya ikan,
danatau kesehatan manusia diwilayah pengelolaan perikanan Republik
Indonesia.
5 Ketentuan lebih lanjut mengenai hal-hal sebagaimana dimaksud pada ayat1,
ayat2, ayat3, dan ayat4, diatur dengan Peraturan Pemerintah.
3. UU No 272007 34
1 Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil dilakukan dalam rangka
meningkatkan manfaat danatau nilai tambah Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil ditinjau dari aspek teknis, lingkungan, dan sosial ekonomi.
2 Pelaksanaan Reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib menjaga
dan memperhatikan: a. keberlanjutan kehidupan dan
penghidupan masyarakat; b. keseimbangan antara kepentingan
pemanfaatan dan kepentingan pelestarian fungsi lingkungan Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil; serta
c. persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan penimbunan
96
No Undang-Undang Pasal Isi
material. 3 Perencanaan dan pelaksanaan Reklamasi
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.
35 Dalam pemanfaatan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil, setiap Orang secara langsung atau tidak langsung dilarang:
a. menambang terumbu karang yang
menimbulkan kerusakan Ekosistem terumbu karang;
b. mengambil terumbu karang di Kawasan konservasi;
c. menggunakan bahan peledak, bahan beracun, danatau bahan lain yang
merusak Ekosistem terumbu karang; d. menggunakan peralatan, cara, dan
metode lain yang merusak Ekosistem terumbu karang;
e. menggunakan cara dan metode yang merusak Ekosistem mangrove yang
tidak sesuai dengan karakteristik Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
f. melakukan konversi Ekosistem mangrove di Kawasan atau Zona
budidaya yang tidak memperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil;
g. menebang mangrove di Kawasan konservasi untuk kegiatan industri,
pemukiman, danatau kegiatan lain; h. menggunakan cara dan metode yang
merusak padang lamun; i. melakukan penambangan pasir pada
wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial, danatau budaya
menimbulkan kerusakan lingkungan danatau pencemaran lingkungan
danatau merugikan Masyarakat sekitarnya;
j. melakukan penambangan minyak dan gas pada wilayah yang apabila secara
teknis, ekologis, sosial danatau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan
danatau pencemaran lingkungan
97
No Undang-Undang Pasal Isi
danatau merugikan Masyarakat sekitarnya;
k. melakukan penambangan mineral pada wilayah yang apabila secara teknis
danatau ekologis danatau sosial danatau budaya menimbulkan
kerusakan lingkungan danatau pencemaran lingkungan danatau
merugikan Masyarakat sekitarnya; serta
l. melakukan pembangunan fisik yang menimbulkan kerusakan lingkungan
danatau merugikan Masyarakat sekitarnya.
4. UU No. 32 Tahun 2009
20 1 Penentuan terjadinya pencemaran
lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup.
2 Baku mutu lingkungan hidup meliputi: a. baku mutu air;
b. baku mutu air limbah; c. baku mutu air laut;
d. baku mutu udara ambien; e. baku mutu emisi;
f. baku mutu gangguan; dan g. baku mutu lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3 Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan
hidup dengan persyaratan: a. memenuhi baku mutu lingkungan
hidup; dan b. mendapat izin dari Menteri, gubernur,
atau bupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya.
4 Ketentuan lebih lanjut mengenai baku mutu lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 huruf a, huruf c, huruf d, dan huruf g diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
5 Ketentuan lebih lanjut mengenai baku mutu lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 huruf b, huruf e, dan huruf f diatur dalam peraturan
menteri.
98
No Undang-Undang Pasal Isi
21 1 Untuk menentukan terjadinya kerusakan
lingkungan hidup, ditetapkan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
2 Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup meliputi kriteria baku kerusakan
ekosistem dan kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim.
3 Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi:
a. kriteria baku kerusakan tanah untuk b. produksi biomassa;
c. kriteria baku kerusakan terumbu
karang; d. kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup e. yang berkaitan dengan kebakaran
hutan f. danatau lahan;
g. d. kriteria baku kerusakan mangrove; h. kriteria baku kerusakan padang
lamun; i. kriteria baku kerusakan gambut;
j. kriteria baku kerusakan karst; danatau
k. kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya
l. sesuai dengan perkembangan ilmu m. pengetahuan dan teknologi.
4 Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim didasarkan pada paramater antara
lain: a. kenaikan temperatur;
b. kenaikan muka air laut; c. badai; danatau
d. kekeringan.
5 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dan ayat 4 diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
68 Setiap orang yang melakukan usaha
danatau kegiatan berkewajiban:
a. memberikan informasi yang terkait
99
No Undang-Undang Pasal Isi
dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar,
akurat, terbuka, dan tepat waktu;
b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan menaati
ketentuan tentang baku mutu c. lingkungan hidup danatau kriteria
baku d. kerusakan lingkungan hidup.
5. PP No. 9 1999 9
Setiap orang atau penanggung jawab usaha danatau kegiatan dilarang melakukan
perbuatan yang dapat menimbulkan pencemaran laut.
10 1 Setiap penanggung jawab usaha
danatau kegiatan yang dapat menyebabkan pencemaran laut, wajib
melakukan pencegahan terjadinya pencemaran laut.
2 Setiap penanggung jawab usaha danatau kegiatan yang membuang
limbahnya ke laut, wajib memenuhi persyaratan mengenai baku mutu air laut,
baku mutu limbah cair, baku mutu emisi dan ketentuan-ketentuan lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
12 Limbah cair danatau limbah padat dari
kegiatan rutin operasional di laut wajib dikelola dan dibuang di sarana pengelolaan
limbah cair danatau limbah padat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
13 Setiap orang atau penanggung jawab usaha
danatau kegiatan dilarang melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan
kerusakan laut.
14 1 Setiap penanggung jawab usaha
danatau kegiatan yang dapat mengakibatkan kerusakan laut wajib
melakukan pencegahan perusakan laut.
2 Kepala instansi yang bertanggung jawab menetapkan pedoman teknis pencegahan
perusakan
100
No Undang-Undang Pasal Isi
15 1 Setiap orang atau penanggung jawab
usaha danatau kegiatan yang mengakibatkan pencemaran danatau
perusakan laut wajib melakukan penanggulangan pencemaran danatau
perusakan laut yang diakibatkan oleh kegiatannya.
2 Pedoman mengenai penanggulangan pencemaran danatau perusakan laut
sebagaimana dimaksud ayat 1 ditetapkan oleh Kepala instansi yang
bertanggung jawab.
16 1 Setiap orang penanggung jawab usaha
danatau kegiatan yang mengakibatkan pencemaran danatau kerusakan laut
wajib melakukan pemulihan mutu laut.
2 Pedoman mengenai pemulihan mutu laut sebagaimana dimaksud ayat 1
ditetapkan oleh Kepala instansi yang bertanggung jawab.
6. PP No. 162004 12
Tanah yang berasal dari tanah timbul atau hasil reklamasi di wilayah perairan pantai,
pasang surut, rawa, danau, dan bekas sungai
dikuasai langsung oleh Negara
7. Perpres No. 542008
19 Sasaran penyelenggaraan penataan ruang
Kawasan Jabodetabekpunjur adalah terwujudnya
peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air, udara, flora, dan fauna dengan ketentuan
kualitas air menjamin kesehatan lingkungan
8 Perpres No.
122 2012 2 3
Reklamasi tidak dapat dilakukan di kawasan konservasi dan alur laut
3
Pemerintah , pemerintah daerah, atau setiap orang yang akan melaksanakan reklamasi
harus menyiapkan perencanaan reklamasi yang termasuk didalamnya
a. Penentuan lokasi; b. Penyusunan rencana induk;
c. Studi kelayakan; dan d. Penyusunan rancangan detail.
101
No Undang-Undang Pasal Isi
41
Penentuan lokasi reklamasi dilakukan berdasarkan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil RZWP-3-K Provinsi, KabupatenKota danatau Rencana Tata
Ruang Wilayah RTRW Nasional, Provinsi, KabupatenKota.
4 3
Penentuan lokasi reklamasi dan lokasi sumber material
reklamasi wajib mempertimbangkan aspek teknis, aspek lingkungan hidup, dan aspek
sosial ekonomi.
5
Aspek teknis dalam penentuan reklamasi meliputi hidro-oceanografi, hidrologi,
batimetri, topografi, geomorfologi, danatau geoteknik.
8
Aspek lingkungan hidup meliputi kualitas air laut, kualitas air tanah, kualitas udara, kondisi
ekosistem pesisir mangrove, lamun, terumbu karang, flora dan fauna darat, serta biota
perairan.
9
Aspek sosial ekonomi meliputi demografi, akses publik, dan potensi relokasi.
11
Penyusunan rencana induk reklamasi harus memperhatikan:
a. Kajian lingkungan hidup strategis; b. Kesesuaian dengan Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil RZWP-3-K Provinsi,
KabupatenKota danatau Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW
Nasional, Provinsi, KabupatenKota;
c. Sarana prasarana fisik di lahan reklamasi dan di sekitar
lahan yang di reklamasi; d. Akses publik;
e. Fasilitas umum; f. Kondisi ekosistem pesisir;
g. Kepemilikan danatau penguasaan
lahan; h. Pranata sosial;
i. Aktivitas ekonomi; j. Kependudukan;
102
No Undang-Undang Pasal Isi
k. Kearifan lokal; dan l. Daerah cagar budaya dan situs
sejarah.
13 1
Studi kelayakan meliputi: a. Teknis;
b. Ekonomi-finansial; dan c. Lingkungan hidup.
134
Kelayakan lingkungan hidup didasarkan atas keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL.
15
Pemerintah, pemerintah daerah, dan setiap orang yang akan
melaksanakan reklamasi wajib memiliki izin lokasi dan izin
pelaksanaan reklamasi.
161
Untuk memperoleh izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi, Pemerintah,
pemerintah daerah dan setiap orang wajib terlebih dahulu mengajukan permohonan
kepada Menteri, gubernur, atau bupatiwalikota
16 2
Menteri memberikan izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi pada Kawasan
Strategis Nasional Tertentu, kegiatan reklamasi lintas provinsi, dan kegiatan
reklamasi di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh Pemerintah.
16 4
Gubernur dan bupatiwalikota memberikan izin lokasi dan
izin pelaksanaan reklamasi dalam wilayah sesuai dengan
kewenangannya dan kegiatan reklamasi di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh
pemerintah daerah.
18
Permohonan izin pelaksanaan reklamasi
103
No Undang-Undang Pasal Isi
1
wajib dilengkapi dengan: a. Izin lokasi;
b. Rencana induk reklamasi; c. Izin lingkungan;
d. Dokumen studi kelayakan teknis dan
ekonomi finansial; e. Dokumen rancangan detail reklamasi;
f. Metoda pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan reklamasi; dan
g. Bukti kepemilikan danatau penguasaan lahan.
20 1
Izin pelaksanaan reklamasi dapat dicabut apabila:
a. Tidak sesuai dengan perencanaan reklamasi; danatau
b. Izin lingkungan dicabut.
26
Pelaksanaan reklamasi wajib menjaga dan memperhatikan:
a. Keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat;
b. Keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan kepentingan
pelestarian fungsi lingkungan pesisir dan pulaupulau kecil; serta
c. Persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan penimbunan
material.
27
Keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat dilakukan dengan:
a. Memberikan akses kepada masyarakat menuju pantai;
b. Mempertahankan mata pencaharian penduduk sebagai nelayan,
pembudidaya ikan, dan usaha kelautan dan perikanan lainnya;
c. Memberikan kompensasiganti kerugian kepada masyarakat sekitar
yang terkena dampak reklamasi; d. Merelokasi permukiman bagi
masyarakat yang berada pada lokasi reklamasi; danatau
e. Memberdayakan masyarakat sekitar yang terkena dampak reklamasi.
29
Untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan kepentingan
pelestarian fungsi lingkungan pesisir dan
104
No Undang-Undang Pasal Isi
pulau-pulau kecil, pelaksana reklamasi wajib mengurangi dampak:
a. Perubahan hidro-oceanografi yang meliputi arus, gelombang, dan
kualitas sedimen dasar laut; b. Perubahan sistem aliran air dan
drainase; c. Peningkatan volumefrekuensi banjir
danatau genangan; d. Perubahan batimetri;
e. Perubahan morfologi dan tipologi pantai;
f. Penurunan kualitas air dan pencemaran lingkungan hidup; dan
g. Degradasi ekosistem pesisir.
301
Persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan penimbunan material
meliputi:
a. Metode pengambilan, pengerukan, dan penimbunan material yang
digunakan tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup,
merusak ekosistem, semburan lumpur mud explosion, gelombang lumpur
mud wave, bencana pesisir serta mematikan keberlanjutan kehidupan
dan penghidupan masyarakat; dan material reklamasi merupakan tanah
dominan pasir dan
b. Tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun B3.
311
Monitoring dan evaluasi reklamasi dilakukan oleh Menteri,
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
gubernur, bupatiwalikota atau pejabat yang ditunjuk
sesuai dengan kewenangannya.
312
Monitoring dan evaluasi dilakukan pada tahap pelaksanaan reklamasi agar sesuai
105
No Undang-Undang Pasal Isi
dengan perencanaan dan izin lingkungan.
322
Izin lokasi reklamasi dan izin pelaksanaan reklamasi yang
telah diterbitkan sebelum ditetapkannya Peraturan Presiden ini dinyatakan tetap
berlaku sampai dengan jangka waktu izin berakhir.
5.6 Kebijakan Strategis