mendonorkan sebuah elektron untuk radikal bebas. Apabila radikal bebas telah mendapatkan elektron dari antioksidan maka radikal bebas akan kehilangan
kemampuannya untuk menyerang sel dan rantai reaksi oksidasi akan terputus. Setelah mendonorkan elektronnya antioksidan akan beruah menjadi radikal bebas.
Akan tetapi dalam fase ini antioksidan tidak berbahaya karena antioksidan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan perubahan elektron tanpa berubah
menjadi reaktif Dekkers et al. 1996 dalam Widianingsih 2008. Antioksidan dapat digolongkan menjadi antioksidan primer chain
breaking antioxidant dan antioksidan sekunder preventive antioxidant. Antioksidan dapat bereaksi dengan radikal lipid dan mengubahnya menjadi
bentuk yang stabil. Sebuah senyawa dapat disebut antioksidan primer apabila senyawa tersebut dapat mendonorkan atom hidrogennya dengan cepat ke radikal
bebas atau radikal antioksidan yang dihasilkan lebih stabil dari radikal lipid atau dapat diubah menjadi produk lain yang lebih stabil Gordon 1990. Senyawa yang
termasuk antioksidan primer adalah vitamn E tokoferol, Vitamin C asam askorbat,
β-karoten, dan sistein Taher 2003. Antioksidan sekunder berfungsi sebagai antiosidan pencegah yaitu
menurunkan kecepatan inisiasi dengan berbagai mekanisme seperti melalui pengikatan ion-ion logam, penangkapan oksigen dan penguraian hidroperoksida
menjadi produk-produk non radikal. Contoh antioksidan sekunder antara lain turunan asam fosfat, asam askorbat, senyawa karoten, sterol, fosfolipid, dan
produk-produk reaksi maillard Gordon 1990.
2.7 Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH 1,1- diphenyl-2
picrylhydrazil
Aktivitas antioksidan suatu bahan dapat diukur dengan berbagai metode. Prinsip dasar pengukuran aktivitas antioksidan adalah penghambatan proses
oksidasi oleh senyawa antioksidan yang terdapat dalam bahan pangan atau ekstrak bahan alam Aryudhani 2007. Salah satu metode yang sering digunakan untuk
mengetahui aktivitas antioksidan adalah degan DPPH 1,1-diphenyl-2- picrylhydrazyl. Senyawa DPPH 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl adalah senyawa
radikal bebas yang stabil yang dapat bereaksi dengan atom hidrogen yang berasal
dari suatu antiokasidan membentuk DPPH tereduksi. Kelebihan dari metode DPPH adalah sederhana, mudah, cepat, dan peka serta hanya memerlukan sedikit
sampel Blois 1958 dalam Aryudhani 2007. Metode DPPH merupakan model radikal lipofilik. Rantai reaksi radikal
lipofilik diinisiasi oleh autooksidasi lemak. Aktivitas penangkapan radikal bebas dari ekstrak kasar tumbuhan di determinasi dari hasil reduksi melalui adsorbansi
pada panjang gelombang 517 nm sebagaimana penangkapan radikal bebas DPPH yang bersifat stabil. Pengukuran kuantitatif terhadap aktivitas antioksidan suatu
bahan dapat diketahui dari terjadinya peluruhan warna ungu bahan DPPH Gupta et al. 2003 dalam Setyaningsih 2009. Jika larutan DPPH ditambahkan pada
bahan yang mengandung antioksidan, intensitas warna larutan DPPH akan menurun sesuai dengan kosentrasi dan daya hambat bahan yang mengandung
antioksidan Molyneux
2004. Parameter
yang digunakan
untuk menginterpretasikan hasil pengujian dengan metode DPPH adalah EC
50
Efficient concentration atau biasa disebut IC
50
inhibition concentration. IC
50
merupakan konsentrasi larutan sampel yang akan menyebabkan reduksi terhadap aktivitas
DPPH sebesar 50 Molyneux 2004.
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan, Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Laboratorium Produktivitas Lingkungan
Manajemen Sumberdaya Perairan, Laboratorium Nutrisi Ikan Budidaya Perairan dan Laboratorium Lembaga Farmasi TNI Angkata Laut LAFIAL, Jakarta.
Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret hingga bulan Desember 2012.
3.2 Bahan dan Alat