Kultivasi Spirulina Formulasi tablet hisap spirulina platensis sebagai suplemen makanan

Tabel 2 Kandungan mineral Spirulina Komposisi Jumlah Mineral per 1gr Spirulina Kalsium 7 mg Iron 1 mg Magnesium 4 mg Sodium 9 mg Potassium 14 mg Fosfor 9 mg Zinc 0,03 mg Mangan 0,05 mg Copper 12 mcg Chromium 2.5 mcg Sumber: Farms 1995 dalam Henrikson 2009

2.2 Kultivasi Spirulina

Kultivasi atau produksi Spirulina pada dasarnya meliputi pertumbuhan ganggang kultur, pemanenan, pencucian, pengeringan dan penyimpanan produk Angka dan Suhartono 2000. Faktor lingkungan utama yang berpengaruh pada kultivasi Spirulina adalah nutrisi, suhu, dan cahaya Richmond 1988. Kultur Spirullina dilakukan dengan membiakkan bibit Spirulina dalam media zarrouk. Kemudian dilakukan pengaturan pH hingga mencapai 8,3 dengan penambahan HCl. Kultur diletakkan didekat sumber cahaya dan diberi aerasi atau pengadukan Diharmi 2000. Spirulina hidup dalam lingkungan pH yang tergolong basa dengan kandungan senyawa-senyawa karbonat tinggi. Kisaran pH optimum untuk pertumbuhan Spirulina antara 8,3-11. Spirulina dapat mentoleransi perubahan pH jika tidak bersifat tiba-tiba. Perubahan pH yang cepat pada Spirulina akan menyebabkan kematian alga. Hal itu dapat ditanggulangi dengan penambahan larutan penyangga buffer pada media. Larutan penyangga yang baik pada media tumbuh adalah 0,2 M NaHCO 3 Zarouk 1996 dalam Arylza 2005 a . Spirulina memerlukan cahaya dan CO 2 untuk fotosintesis. Oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis dapat meningkatkan kandungan O 2 dalam media pertumbuhannya. Unsur nitrogen harus dipasok karena mikroalga ini tidak mendapatkannya dari udara dan jika kondisi pertumbuhan sesuai, biomassa kering Spirulina dapat mencapai 60-70 tonhektar kolam Arylza 2005 b Nutrien dalam media tumbuh sangat berpengaruh dalam kultivasi Spirulina. Bila keberadaannya tidak merata maka pertumbuhan kultur akan terganggu. Faktor utama dalam media tersebut sangat tergantung dari hara nitrogen dan fosfat serta faktor eksternal pertumbuhan seperti cahaya dan suhu. Agar penyebaran ketiga faktor tersebut merata maka diperlukan pengadukan Colla et al. 2004 Spirulina merupakan alga fotoautotrof yang berarti tidak dapat tumbuh dalam gelap dan media tumbuh yang mengandung sumber karbon organik. Namun, bila terkena sinar dapat menggunakan karbon dari karbohidrat dalam bentuk glukosa yang ditambahkan sebanyak 0,1 bv dalam media tumbuh Richmond 1998. Suhu optimum Spirulina untuk kultur di laboratorium berkisar antara 35 – 37 ○ C. Suhu minimum berkisar antara 18-20 ○ C. pada daerah beriklim tropis, Spirulina dapat tumbuh optium pada kisaran suhu 25- 35 ○ C Kuniastuty dan Isnansetyo 1995. Pengeringan Spirulina dapat dilakukan dengan pemanasan yang dirancang sedemikian rupa hingga suhu berkisar antara 40-60 ○ C. Suhu pengeringan diatas 60 ○ C akan menyebabkan degradasi fikosianin dan timbulnya reaksi Maillard Desmorieux dan Decaen 2006. Kondisi pengeringan secara konveksi pada lapisan tipis yang paling optimum dilakukan pada kondisi suhu dibawah 40 ○ C. penyimpanan Spirulina dilakukan dalam keadaan kering karena Spirulina kering tidak mudah terfermentasi Angka dan Suhartono 2000.

2.3 Tablet Hisap