agak basahcair tanpa membuat tablet menjadi basah. Adsorben biasanya ditambahkan pada bahan aktif yang basah atau berminyak seperti vitamin E
sebelum dicampur dengan bahan lainnya Peck et al. 1989.
2.5 Suplemen Makanan
Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM RI mendefinisikan suplemen makanan sebagai produk yang dimaksudkan untuk melengkapi
kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain berasal dari tumbuhan atau bukan
tumbuhan yang mempuyai nilai gizi atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi BPOM RI 2005.
Suplemen makanan berfungsi sebagai zat tambahan yang berguna untuk memperbaiki dan meningkatkan daya tahan tubuh. Zat aktif yang dikandungnya
hanya mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh, tidak dapat mengobati atau mencegah suatu penyakit. Anjuran penggunaan suplemen hanya diberikan bila
asupan zat gizi seseorang tidak mencukupi kebutuhannya Loni 2001. Peraturan perundang-undangan dibidang suplemen makanan menyatakan
bahwa suplemen makanan harus memiliki kriteria sebagai berikut: a menggunakan bahan yang memenuhi standar mutu dan persyaratan keamanan
serta standard dan persyaratan yang ditetapkan; b Komposisi atau bahan yang digunakan memiliki manfaat yang dapat dibuktikan dan didukung oleh data;
c Diproduksi dengan menerapkan cara pembuatan yang baik; d Penandaan yang harus mencantumkan informasi yang lengkap, objektif, benar, dan tidak
menyesatkan; e Dalam bentuk sediaan pil, tablet, kapsul, serbuk, granul, setengah padat dan cairan yang tidak dimaksud untuk pangan. Selain itu,
suplemen makanan harus diproduksi dengan menggunakan bahan yang memenuhi standar mutu sesuai dengan Farmakope Indonesia atau standar yang diakui
BPOM RI 2005.
2.6 Antioksidan
Antioksidan berfungsi untuk melindungi lemak dan peroksidasi oleh radikal bebas. Antioksidan dapat bekerja secara efektif karena antioksidan mampu
mendonorkan sebuah elektron untuk radikal bebas. Apabila radikal bebas telah mendapatkan elektron dari antioksidan maka radikal bebas akan kehilangan
kemampuannya untuk menyerang sel dan rantai reaksi oksidasi akan terputus. Setelah mendonorkan elektronnya antioksidan akan beruah menjadi radikal bebas.
Akan tetapi dalam fase ini antioksidan tidak berbahaya karena antioksidan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan perubahan elektron tanpa berubah
menjadi reaktif Dekkers et al. 1996 dalam Widianingsih 2008. Antioksidan dapat digolongkan menjadi antioksidan primer chain
breaking antioxidant dan antioksidan sekunder preventive antioxidant. Antioksidan dapat bereaksi dengan radikal lipid dan mengubahnya menjadi
bentuk yang stabil. Sebuah senyawa dapat disebut antioksidan primer apabila senyawa tersebut dapat mendonorkan atom hidrogennya dengan cepat ke radikal
bebas atau radikal antioksidan yang dihasilkan lebih stabil dari radikal lipid atau dapat diubah menjadi produk lain yang lebih stabil Gordon 1990. Senyawa yang
termasuk antioksidan primer adalah vitamn E tokoferol, Vitamin C asam askorbat,
β-karoten, dan sistein Taher 2003. Antioksidan sekunder berfungsi sebagai antiosidan pencegah yaitu
menurunkan kecepatan inisiasi dengan berbagai mekanisme seperti melalui pengikatan ion-ion logam, penangkapan oksigen dan penguraian hidroperoksida
menjadi produk-produk non radikal. Contoh antioksidan sekunder antara lain turunan asam fosfat, asam askorbat, senyawa karoten, sterol, fosfolipid, dan
produk-produk reaksi maillard Gordon 1990.
2.7 Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH 1,1- diphenyl-2